Ice Princess
A Thousand Love ( One-Shot Collection )
ICE PRINCESS
Genre : Romance
Cast : Wooyoung, Nichkhun
Author : elzjang
A/N : ff ini special gift buat Nae ( WinkAngel ) yang ultah hari ini dan sekaligus besok wisuda ^^, dan untuk semua reader smoga suka.
happy reading ^^, sorry for typos
~~~****~~~
Ini sudah mangkuk es krim kedua yang aku lahap malam ini. Sudah dua jam berlalu sejak aku duduk di kedai ini, dan aku tak peduli. Kulihat pelayan tua yang sesekali memalingkan pandangannya dari korannya, menatapku dengan aneh. Mungkin dia pikir aku kurang waras. Gadis mana yang masih dengan senang hati menikmati es krim di cuaca sedingin ini, dimana hujan deras masih setia mengguyur jalanan di luar sana. Aku hanya mendengus pelan, melanjutkan prosesi makan es krim-ku. Tenang saja pak tua, gumam ku dalam hati, mungkin akan ada mangkuk yang ketiga, keempat, kelima dan seterusnya. Aku tak peduli.
Hap hap hap..
Sendok demi sendok aku nikmati. Tatapanku hanya menatap kosong pada suatu titik di sudut kedai. Kenangan demi kenangan berputar di otakku, seperti rol film yang sedang memutar scene demi scene. Entah kenapa, setiap scene yang terputar membuat hati ini campur aduk dan sedikit sesak. Aku menghembuskan nafas pelan saat rol kaset ingatanku me-rewind asal semua rutinitas gila makan es krim. Ya, dari mana rutinitas ini kalau bukan dari dia.
—
3 tahun yang lalu, di kedai es krim yang sama.
Senyum menghiasi wajahnya yang sedikit pucat dan tirus dengan rambut yang agak panjang dan sedikit berantakan. Dia hanya tersenyum dan menatapku penasaran, menunggu pendapatku tentang rasa es krim yang barusan aku cicipi.
“Bagaimana?” tatapnya penasaran, raut wajahnya mulai serius melihat ekspresiku yang mengerutkan dahi seperti ada yang salah dengan es krim ini.
“Tunggu...” jawabku sambil memutar mata seolah berfikir serius, mencoba mencari kata yang tepat untuk mendikripsikan sesuatu yang sedang lumer dilidahku. Lalu kucoba menyuapkan sesendok es krim lagi ke mulutku, berlagak seperti tester sejati.
“Enaak!” Seruku. Dia tersenyum kecil dan mencubit pipiku dengan gemas, seakan protes melihat ekspresiku yang menipu.
“Yaa, sakit Nichkhun!” Aku mengernyit pelan sambil mengusap pipiku yang sedikit merah setelah dicubitnya.
Ya, dialah Nichkhun.
Kami pertama kali bertemu di kantin kampus. Dia mengembalikan buku catatanku yang tertinggal di kelas. Disitulah kami berkenalan. Nichkhun sebenarnya seniorku di kampus, usianya terpaut setahun lebih tua dariku. Namun, Nichkhun mengambil cuti selama satu tahun di awal kuliah karena suatu alasan, oleh sebab itu kami akhirnya sekelas dan ia sering meminjam buku catatanku untuk mengejar ketinggalannya. Sebagai imbalan nya Khun sering mentaktirku makan es krim.
Berawal dari sebuah catatan dan satu cup es krim di kantin kampus-lah pertemanan kami semakin akrab. Khun dan aku adalah dua sosok manusia yang bisa dibilang tertukar dan sangat berkebalikan. Nickhun adalah lelaki dengan hobi membuat cake dan makanan manis lainnya. Sedangkan aku adalah gadis dengan hobi menonton spongebob dan bermain bola. Terbalik bukan?
Ice Princess, itu adalah julukanku darinya. Nichkhun memanggilku begitu karena dia bilang aku adalah wanita yang paling kuat dingin.
Dan Mr. ice cream adalah panggilanku untuknya. Aku memanggilonya begitu karena elaki kurus tinggi ini sangat addicted dengan es krim. Khun dan es krim itu seperti sesuatu yang tak bisa di pisahkan. Ia begitu mencintai es krim, dan sangat bermimpi mempunyai usaha di bidang kuliner, terutama es krim dan kue. Untuk itulah Nichkhun mengambil Cooking Class khusus membuat pastry. Khun juga termasuk orang yang cool dan tak banyak bicara. Terkadang Khun tidak bisa ditebak serta penuh kejutan.
Seperti sore itu. Khun dengan sengaja menculikku dari kampus dan mengajakku berkunjung ke kedai es krim yang konon katanya sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu, saat Eropa menginvasi Asia. Hahahaha..
Dan aku percaya itu.
Well, bagaimana aku tidak percaya jika melihat bangunan kedai yang sudah sangat tua. Interior kedai itu pun terlihat seperti di museum–museum sejarah, seperti meja kasir dan pintu yang sedikit tinggi terbuat dari kayu. Mesin kasirnya pun antik dengan type model tua. Di sisi sebelah kiri kedai terdapat roti-roti yang masih hangat terpajang dalam etalase tua, begitu juga alat penimbang kue yang sudah tua. Bahkan percaya atau tidak, pelayan di kedai itu pun tak ada yang muda, semua tua.
Khun bercerita sambil menerawang ke langit-langit, berkata kalau dia sering makan es krim di sini ketika masih kecil bersama ibunya. Ia menceritakan kesukaannya terhadap tempat ini dan kegemarannya makan es krim. Ia bilang, dirinya suka sekali makan es krim karena ibunya pernah mengatakan bahwa makanan yang manis itu bisa mengobati patah hati dan bad mood. Aku hanya menatap wajahnya yang masih sedikit pucat dan mendengarkannya dengan setia karena antusias dengan apa yang ia lakukaan atau ia ceritakan.
“Semua orang hampir menyukai es krim bukan?” Dia menatap ku lagi. Sialnya aku tertangkap basah telah menatapnya lekat. Maka seketika itu juga aku memalingkan wajah dan menyibukan diri dengan mengambil roti tanpa isi, lalu menjejali roti itu dengan es krim rasa tutti fruiti-ku.
“Termasuk kau yang rakus, makan es krim dengam roti,” protes nya sambil tertawa kecil melihat kelakuanku melahap roti isi es krim.
“Hei, ini enaaak Khuun. Cobalah!” Kataku sambil menyodorkan roti isi es krim kepadanya sebagai upaya mengkamufalse salah tingkahku tadi.
Nichkhun mencoba mengunyahnya dengan lahap, lalu tersenyum, tanda setuju kalo itu kombinasi yang enak.
“Benar enak kan? Sekarang kamu ketularan rakusku..” Aku tertawa puas. Khun hanya mencubit pipi chubbyku. Kami pun kembali tertawa riang.
Mungkin bagi para pengunjung di kedai itu kami terlihat seperti sepasang kekasih romantis yang sedang menikmati kencan bahagia. Tapi mereka salah besar. Kami tidak pacaran, karena Khun sudah punya pacar.
Ya, Nichkhun punya pacar, seorang gadis bernama Nae. Mengenai Khun dan Nae, sejujurnya aku tak tahu banyak tentang mereka berdua karena dia jarang sekali bercerita tentang hubungan mereka. Yang aku tahu mereka menjalin pertemanan semenjak duduk di bangku SMA, lalu mereka saling menyukai dan berpacaran. Dari cerita Khun, Nae adalah gadis cantik, anggun, smart dan terlihat kalem. Well, menurutku Nae seperti Nichkhun versi cewek. Hanya itu yang ku tahu.
“Woo ayo pulang, nanti ketinggalan jadwal nonton spongebob.” Ajaknya kepadaku, sekaligus mengingatkan. Mungkin dia juga tertular virus spongebob seperti aku yang tertular virus ice cream addict-nya.
“Oh iya, hampir lupa! Kajaa…” jawabku sambil beranjak dari kursi lalu berjalan mengikuti punggung Khun yang sudah terlebih dahulu berjalan meninggalkan kedai itu.
—
1 tahun berlaku, aku semakin akrab dengan Nickhun, tapi tetap saja aku tidak pernah tau seberapa jauh hubungannya dengan Nae kekasihnya. Yang aku tau hanya Nichkhun yang selalu setia menemaniku dan menjagaku.
Seperti hari ini…
Nichkhun terlihat lebih rapi, tidak amburadul seperti awal kami kenal. Dia terlihat begitu tampan dengan balutan polo-shirt warna merah.
“Ta daaaa, Happy Birth Day wooyoungie~~” Nichkhun menyodorkan sesuatu. Aku diam terpaku tak menyangka. Sebuah surprise!!
Malam itu di hari ke 28 di bulan november, Khun membuatkanku kue ulang tahun dengan dominasi warna pink dan kuning, seperti tokoh kartun favoritku, spongebob dan patrick. Lengkap dengan tulisan “Happy Birthday Wooyoung” di atas kepingan cokelat putih yang membuat kue itu semakin cantik dan tak lupa lilin dengan angka 20.
“Jangan lupa berdoa dan make a wish ya..” Khun tersenyum lembut lagi.
Aku meniup lilin angka itu, memejamkan mata dalam dua detik untuk membuat permohonan. Kami merayakannya hanya berdua saja. Menikmati kue tart buatan Khun dan es krim tentunya.
“Taecyeon, belum telepon juga?” Khun bertanya singkat.
Taec? Kenapa Khun tanya Taec lagi? Aku hanya menggeleng.
Singkat cerita, Taec adalah pacarku. Tepatnya seminggu yang lalu, karena sekarang dia sudah menyandang gelar mantan pacar. Taecyeon dan aku bertahan pacaran hanya 7 bulan saja. Kami menjalani hubungan LDR alias Long Damn Relationship!, semacam pacaran jarak jauh begitu.
Namun, akhir-akhir ini komunikasi kami mulai terasa tidak lancar. Di tambah Taec yang semakin sibuk dengan tugas-tugas karena memang ini adalah tahun terakhi study-nya. Hal itulah yang terkadang menjadi bahan pertengkaran kami. Pada akhirnya karena sama-sama lelah, kami pun memutuskan hubungan secara baik-baik. Tak ada yang harus di perdebatkan lagi.
“Sudah, jangan sedih. Mungkin dia sibuk” ujarnya seraya menghiburku.
Fiuhhh, tak ada telepon pun tak masalah bagiku, batinku pelan. Aku hanya tersenyum menanggapi Khun, lalu kembali menikmati es krim dan kuenya lagi.
“Yang penting Woo…” Ujarnya, lalu hening sejenak. Aku mendongak, menunggu Khun melanjutkan kalimatnya. “Appa, Eomma dan nuuna sudah telepon kamu kan?” lanjutnya sambil tersenyum lebar. Aku hanya menatapnya lekat-lekat lalu membalas senyumannya.
“Tentu saja, itu yang penting” jawabku kepadanya
Comments