Time to Say Goodbye

A Thousand Love ( One-Shot Collection )
Please Subscribe to read the full chapter

 

Time to Say Goodbye

pairing: Khunyoung

genre: angst, romance

author: Wooyochie

 

Ini adalah FF hasil terjemahan dari FF lama yang pernah ochi post di AFF. Kredit terjemahan sepenuhnya untuk meylzwoo.

Happy reading~

******

 

Aku membuka surat di hadapanku, membacanya sekali lagi. Mencoba untuk mengerti setiap kata yang tertulis disana. Aku menutup mataku, menarik napas dalam-dalam, berharap semua yang tertulis di surat itu tidaklah nyata. Tetapi aku tahu, itu hanyalah harapan yang sia-sia. Ini bukanlah mimpi. Ini semua nyata, dan tiap kali kuulangi membaca setiap kata di surat itu, aku merasa semakin terjerumus ke jurang keputusasaan. Untuk pertama kalinya dihidupku, aku merasakan penyesalan yang sangat luar biasa karena telah menjadi diriku yang sekarang ini karena aku tahu konsekuensi  apa yang akan aku dapat  nantinya.

Aku tahu suatu saat akan datang hari dimana ini semua akan terjadi. Tapi kenap harus sekarang? Kenapa aku harus menghadapi keadaan tersulit dalam hidupku ketika aku sudah menikah? Bagaimana aku mengatakan ini kepadanya? Bagaimana reaksinya?. Aku tahu aku tidak bisa berlari dari kenyataan ini. Aku harus tetap pergi demi negaraku. Tapi, kenapa aku merasa sangat takut? Kenapa saat ini aku sangat takut untuk menghadapi kematian yang siap menghadang di depan mataku? Aku belum siap untuk meninggalkan Wooyoung secepat ini. Ini terlalu cepat. Kenapa ini harus terjadi setelah satu tahun pernikahanku dengannya?

Tetapi bagaimanapun juga aku harus pergi menjalankan kewajibanku menjadi seorang jendral.

 

***

“Aishhh,,, kenapa perang menjadi semakin parah?? Kemana perginya kedamaian di dunia ini??”

Aku mendengar Wooyoung bergumam saat mendengar berita yang disiarkan di televisi. Yah, aku berharap aku tahu kemana perginya kedamaian di tengah situasi yang semakin kacau seperti ini. Tapi sayangnya aku tak tahu.

Aku tersenyum miris dan berjalan perlahan mendekati Wooyoung, dan duduk di sebelahnya. Tanpa mengalihkan perhatiannya sedikitpun dari layar televisi, Wooyoung bergeser mendekat dan meletakkan kepalanya di pundakku sedangkan tangannya melingkari pinggangku, memelukku erat.

Kami duduk diam, menikmati waktu kami bersama, perhatian kami tertuju pada tayangan berita di televisi. Hampir setiap berita yang ditayangkan membahas tentang perkembangan situasi di tengah peperangan yang semakin rumit ini. Gencatan senjata antara Korea Utara dan Korea Selatan telah berakhir setelah beberapa hari yang lalu Korea Utara menyerang dan mengibarkan bendera peperangan. Korea Selatan tentu tidak akan tinggal diam. Sesuai dengan perkataan Presiden Korea Selatan pagi ini,  bahwa negaranya sudah siap untuk melawan dan mengirimkan tenaga militer demi membela martabat Negara.

Saat televise menayangkan tentang deklarasi presiden, aku dapat merasakan Wooyoung terkesiap dan mendengarkan dalam diam hingga berita itu berakhir.

“Khunnie…”

“Yeah baby?” aku memalingkan pandanganku kepadanya

“Apakah itu semua benar?” Wooyoung melepaskan diri dari pelukanku dan duduk menghadap ke arahku. Aku sangat tahu, ketika ia berlaku sperti itu ditengah waktu bersama kami, itu berarti dia inging membicarakan sesuatu yang sangat serius. Dan yah, kami memang memiliki sesuatu yang sangat serius untuk dibicarakan.

“Katakan kepadaku, apakah itu benar bahwa Negara akan mengirimkan pasukan militer ke medan perang?” Wooyoung bertanya padaku dengan penuh kecemasan yang terlihat jelas di wajahnya.

Aku menarik napas dan menganggukan kepalaku. Ini sangat berat bagiku untuk meberitahukan kepadanya tentang tentang kebenaran itu. Kebenaran bahwa aku akan pergi ke medan perang dan hal yang paling menakutkan adalah aku mungikn tidak akan pernah kembali lagi.

“Ya itu semua benar woo, aku menerima surat tugas dari kantor pusat pagi ini.”

Aku melihat Wooyoung mengerutkan keningnya. Wajah seriusnya seketika berubah menjadi sedih, seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dariku. Mukanya memerah seperti mencoba menahan diri untuk tidak menangis.

Di dalam diriku, aku merasa seperti ada sebuah pisau tajam yang menusuk hatiku ketika aku melihat wajahnya. Aku mengulurkan tangan untuk membelai rambut hitamnya. “Aku harus pergi woo, aku harus pergi sesuai dengan janjiku kepada Negara ini.”

Aku dapat melihat air mata mengalir di wajahnya. Sebuah isak tangis terlepas dari bibirnya ketika ia mengangkat tangannya untuk menutup mulutnya mencoba untuk tidak menangis sekencang kencangnya.

 Dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Dia tidak menangis sekencang-kencangnya untuk menunjukkan bahwa ia marah atau kecewa kepadaku. Dia juga tidak meminta atau apapun kepadaku untuk tidak pergi. Dia hanya duduk disana, menangis dalam diam. Tubuhnya bergetar hebat, menunjukkan bahwa dia mencoba untuk menyebunyikan tangisannya. Aku tahu di dalam hatinya, dia ingin menangis sekencang-kencangnya dan memintaku untuk tidak pergi. Aku sangat tahu itu karena aku juga merasakan hal yang sama. Tapi kita berdua tahu, kita tidak bisa melakukan apapun untuk mencegah ini semua terjadi. Aku harus tetap pergi. Dan dia juga sangat memahami bahwa jika ia menikah dengan seorang jendral maka itu berarti ia harus siap dengan situasi yang terjadi seperti sekarang ini.

Aku membawa tubuh bergetarnya ke dalam pelukanku. Memeluknya sangat erat.

“Aku minta maaf woo. Aku minta maaf untuk semuanya..”

Dia menggelengkan kepalanya. Aku bisa mendengar dia berkata tidak di tengah tangisannya itu. Tiba-tiba ia melepaskan tubuhnya dari pelukanku, menghapus air matanya, dan menatap mataku.

“Jadi, kapan kamu akan pergi khunnie…?”

Aku terkejut dengan perubahan tiba-tiba yang terjadi padanya. “Lusa woo, mereka mengatakan kalau kami harus mempersiapkan semuanya terlebih dahulu.’

“Baiklah kalau begitu, kita masih punya waktu, walaupun hanya satu hari, untuk menikmati waktu bersama. Aku tidak ingin melewati waktu yang tersisa dengan kepedihan. Aku ingin kita menikmati waktu kebersamaan kita yang tersisa sebelum kau pergi.” Wooyoung tersenyum kepadaku. Ini membuatku semakin sakit ketika pikiranku bertanya-tanya kenapa aku harus meninggalkan huswife yang sangat sempurna sepertinya? Terkadang, kenyataan bisa sangat menyakitkan.

 

***

Besok adalah waktunya. Ya, besok akhirnya aku harus pergi. Aku merasa waktu yang aku punya untuk bersama Wooyoung tidaklah cukup. Jika aku bisa, aku ingin menghentikan waktu dan terus bersma Wooyoung selamanya. Tapi sayangnya aku tidak bisa.

Aku memandangi Wooyoung yang sedang tertidur lelap di sampingku. Aku belai pipi chubbynya, disana masih terlihat jelas jejak air matanya yang telah mengering. Aku hanya dapat merutuki diriku sendiri ketika mengingat akulah alasan dibalik air mata itu. Saat itu aku pikir aku dapat tetap terjaga sepanjang malam hanya untuk mendengar deru nafasnya, melihatnya senyumannya saat ia sedang jauh disana, di alam mimpinya. Aku bertanya-tanya apa yang sedang dia mimpikan, apakah aku yang ada di mimpinya saat ini??

Senyuman terukir di wajahku ketika aku menatap orang yang paling aku cintai seumur hidupku. Ku cium mata indah yang sedang tertutup itu. Di dalam hatiku, aku sangat berterima kasih kepada tuhan karena telah mempertemukan ku dengannya. Dan untuk saat ini, aku hanya ingin terus bersamanya selamanya. Tanpa memikirkan tentang peperangan atau apa yang akan terjadi kepada kami ketika hari esok itu tiba. Sekali lagi, aku benci untuk menyadari bahwa aku tak bisa melakukan apapun.

Aku memutuskan untuk tetap terbangun walaupun  aku sangat lelah. Memikirkan jika ini akan menjadi malam terakhirku bersama Wooyoung. Aku tidak ingin sisa waktu yang kupunya terbuang sia-sia. Tapi kenyataannnya adalah aku terlalu takut, aku idak ingin tertidur karena aku sangat takut jika aku akan kehilangan semuan ya ketika aku bangun nanti. Bahkan ketika aku tertidur pun dialah yang ada di mimpiku. Aku tahu mimpi terindah pun tidak akan berarti apa pun karena aku akan tetap merindukannya.

Di dalam hatiku, aku tidak ingin kehilangan satu memoripun tentang Wooyoung. Aku tidak ingin kehilangan satu pun senyumannya, aku tdak ingin kehilngan satu pun ciumannya. Aku hanya ingin terus bersamanya seperti saat ini. Semua yang aku inginkan hanya mendekapnya, merasakan hatinya dekat dengan hatiku, dan tetap seperti in

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
WinkAngel
maybe tomorrow i'll update hehe

Comments

You must be logged in to comment
babikhun
#1
Chapter 2: I thought it's in English T_____T
aririska #2
Chapter 17: aku reader baru disini .. boleh tahu blognya ochi g?? pengen baca fanficx ...
aririska #3
Chapter 16: authornya bener" .. abis dibuat nangis nangis ampe banjir ne ruanganku terus dikasih cerita ngakak badai kayak gini ... #plakk ...
bener" ne bikin mules ceritanya #dilempar sendal am author...
hahahaa...
aririska #4
Chapter 12: ahhh ... bener-bener bikin nyesek gak abis" ... untung lagi baca sendirian jadi gak ditanyain macem" ama momy .... #heheh good job author-shi ... tp aku juga setuju ... aku lebih seneng baca khunyoung ceria sampai akhir cerita ... bikin yang lebih bagus lagi y author-shi .. #Hwaiting ^_^
HottestKY #5
wheres the real chapter 1, authornim??
rinkhunyoung #6
Chapter 18: anyyoong authornim...aku readers baru...
setelah ku baca,semuanya benar keren...##
aku kehabisan kata untk comments...ini keren buanget...
ma`af tak bisa komen satu per satu chapterx...^^
adeumi
#7
Chapter 12: bener" nangis baca cerita ini T_T
jangwooyoung0730
#8
Chapter 12: woo begoooo, siapa yg bisa tersenyum saat seseorang yg paling dicintai bakalan mati. siapaaaa??? begoo begooo... dan khun, kau tidak seharusnya marah sama khun, kau mestinya marah sama authornya khun, yakin, kau harus benar benar marah sama authornyaaaaaaaa........

kesekian kalinya baca ini ,karena memang ingin, karena cerita ini sangat berkesan sama berkesan nya dengan cerita 'Heat' nya salah satu author fav ku juga. dan aku pertamana berharap, karena ini kesekian kalinya aku baca, aku bisa baca dg tenang, tanpa nangis sedikit pun, tapi apa? malah lebih parah. sakit banget rasanya.
hidup dg jantung orang lain past sangat tidak nyaman. tapi Kenapa woo harus terus trsenyum walaupun dia sekarat. itu benar benar sangat menjengkelkan. benci banget. wae wae wae?.? Kenapa saat mereka di mobil, kenapa ga sekalian aja mereka kecelakaan? adiil, lebih adil. mati bareng aja biar adil.
ouh, mata sakit, udah ga bisa melek. bengkak. Makasih authornim , cerita ini pasti akan sangat sangat berkesan sampai kapanpun. hadeuh. mestinya , khun bener bener marah sama authornya buat ngwakilin aku juga. sekalian kita serbu bareng bareng authornya.
sekali lagi, Makasih authornim ;)
Ndah_Young #9
Chapter 18: Ya ampun saya baru balik ke aff ternyata dapet kabar yg menyedihkan :( terima kasih juga thor untuk ffnya yg ngehibur banget walaupun ada yg sad end,,makin sepi aja deh ni aff *hikss
jangwooyoung0730
#10
Chapter 18: akhirnyaaa, author winkangel ngucapin salam perpisahan nya. fighting authornim. fighting. walaupun agak sedih, ga deh, sedih banget. karena aku kenal kalian ya dari ff ini. hiiks hiiks... tapi selama aku masih bisa menghubungi kalian, tidak masalah. Makasih buat story story nya. story kalian sangat menghibur dan yaah, walaupun ada juga yg buat aku nangis guling guling. asli, kenal sama kalian suatu keajaiban buat ku. kenapa? karena selama ini aku merasa aku hanya sendiri jadi kys dan angangels, tapi karena aff dan ffnya, aku serasa punya banyak pendukung, dan ga ngerasa sendiri lagi :)

sekali lagi, Makasih authornim. fighting buat author author. karena menurut ku, membuat cerita seperti ini pun, tidak slah, karena ini merupakan suatu karya/seni, dan aku akan selalu menghargai setiap karya itu.

bye bye authornim, take care dan good luck!!! :)#