Chapter 6

Here I Am

Entah bagaimana waktu berlalu 2 kali lebih cepat ketika Kris sedang bersama Amber. Seolah satu jam dalam hari itu adalah satu menit bagi Kris. Setelah mengobrol banyak hal mengenai satu sama lain, hari sudah mulai gelap. Kris pun mengantar Amber pulang.

"Kalian sudah puas berduaan-nya?" tanya Luna saat membukakan pintu untuk mereka berdua sambil tersenyum.

"Aku sih belum, tapi Amber harus istirahat." jawab Kris enteng.

"Ck, pemuda jaman sekarang benar-benar pandai merayu!" sindir Luna terhadap Kris.

"Amber, masuklah! Udara di luar tidak bagus untukmu." pinta Kris lembut, tak menghiraukan Luna.

"Kau tidak mampir?" tawar Amber

Kris menggeleng lalu mengacak rambut pendek Amber dengan gemas.

"Yak! Jangan mengacak rambutku!" protes Amber yang membuat Kris menghentikan kegiatannya.

Kris melirik telapak tangan yang tadi dia gunakan untuk mengacak rambut Amber. Di sana ada beberapa helai rambut yang rontok.

"Kris?" panggil Amber menyadari Kris terdiam.

"Ya!" Kris segera menyembunyikan tangannya ke saku celana jeansnya lalu tersenyum ke arah Amber.

"Benar, kau tidak mampir?" tegas Amber.

"Tidak, terima kasih Amber."

"Aku pulang. Selamat malam, mimpi indah tentangku. Oke!"
Ujar Kris berpamitan kepada Amber.

"Aku pergi. Sampai jumpa besok Amber... Dan Luna."
 

Kris melangkah meninggalkan rumah Amber.

"Aku kira kau akan melarikan diri" sebuah suara menghentikan langkahnya.

Kris menoleh dan melihat orang itu melangkah menuju arahnya.

"Setelah aku memberi tahumu kalau Amber sakit, lalu menghilang selama 4 hari. Aku kira kau tidak akan muncul lagi" tambah orang itu yang ternyata adalah Luna dengan sinis.

"Kau pikir aku bisa hidup tanpa hatiku?" Kris balik bertanya.

Luna memandang Kris penuh tanya.

"Aku tidak mungkin bisa kabur sementara hatiku sudah berada bersama Amber."

"lagi pula seandainya aku bisa pergi, aku memilih sakit bersama Amber daripada sakit sendirian karena membayangkan Amber yang sakit sendirian." tambah Kris.

Luna terdiam mendengar ucapan Kris. Dia selama ini ternyata salah mengenai Kris. Dia kira pria itu tidak tulus kepada sahabatnya. Tapi mendengar kata yang diungkapkan Kris, membuatnya tersadar.

"Terimakasih Kris .. Terimakasih banyak." ucap Luna.

Kris tersenyum.

"Mari kita berjuang bersama untuk Amber, Lun."

"Tentu, mari kita berjuang untuk orang yang sama-sama kita sayangi" tambah Luna yang kemudian juga tersenyum.

Malam yang sudah larut tak menyurutkan keinginan Kris untuk setia terbangun di kamar tidurnya. Dia memandangi helaian rambut milik Amber yang rontok di tangannya.

"Aku tidak peduli betapa kejam kehidupan terhadap kita, Am. Yang ku pedulikan saat ini hanyalah kau." batin Kris.



 

Kris, Suho dan satu pria yang bermata seperti panda duduk di kafetaria kampus. Mereka sibuk dengan makanan yang sudah mereka pesan. Sampai sebuah pemandangan mengganggu salah satu diantara mereka.

"Ge, ada apa dengan Kris ge?" tanya pria tampan bermata panda itu dengan lirih pada Suho.

Suho lalu memperhatikan sikap aneh Kris. Orang yang duduk di sebelah kanannya itu makan dengan wajah tersenyum.

"Aku juga tidak mengerti, Tao." Suho menjawab sambil menggeleng.

Kris bukannya orang yang tidak suka tersenyum, tapi melihat Kris tersenyum berlebihan adalah aneh menurut Tao dan Suho. Semenjak makanan datang, Kris selalu tersenyum setelah memasukan kimbap yang ia pesan ke dalam mulutnya. Tao yang sedari tadi memperhatikan tak bisa tak menyembunyikan rasa penasarannya.

"Ge, kelihatannya kau sedang gembira? Apa aku akan ditraktir guci olehmu?" pria yang dipanggil Tao oleh Suho pindah tempat duduk ke sebelah Kris lalu merangkul pria yang lebih tua darinya itu dengan santai.

"Minta belikan pada Suho." Kris malah memberi saran dengan ekspresi datar lalu menyibukkan diri dengan makanannya. Senyum pun telah luntur dari wajahnya.

"Dia sangat kikir, tidak mungkin mau membelikannya untukku.. Awww.. Sakit ge!" Tao mendapat hadiah pukulan di kepalanya dari Suho.

"Aku tidak membelikanmu bukan karena kikir tahu. Tapi aku tidak punya uang!" ucap Suho tak terima disindir Tao.

"Tapi Tao benar, kelihatannya kau sedang gembira. Jarang-jarang kau tersenyum, apalagi beberapa hari yang lalu." lalu Suho ikut mengomentari perubahan sikap Kris dari yang kemarin begitu merana menjadi sekarang yang begitu ceria.

"Aku hanya ingin tersenyum saja." tanggap Kris, kini senyum itu benar benar tak nampak lagi.

"Bohooong..." Tao berteriak sok imut, membuat Suho menutup telinganya karena muak.

"Kau pasti punya alasan, gege.." kali ini Tao bertanya dengan nada slow motion.

"Aku tidak akan tersenyum lagi kalau begitu, kalian sangat ribut." ucap Kris.

"Ya, Kris Wu! Kenapa kau sensitif sekali. Kami kan hanya penasaran saja, apa yang membuatmu tersenyum. Atau siapa?" jelas Suho kemudian terlihat berfikir. Beberapa detik kemudian dia menyeringai dan memandang ke arah Kris.

"Ge, selain kikir kau sekarang juga gila!" Tao mengejek Suho.

"Apa yeoja vitamin itu yang membuatmu seperti ini?" tanya Suho tanpa menghiraukan ejekan Tao

"Sudahlah, kalian berisik sekali."
Kris tak menjawab pertanyaan Suho. Walaupun begitu, ia tak menampik tebakan Suho.

Drrt...drrt...drrt

Ponsel Kris yang bergetar menghentikan percakapan mereka. Melihat nama pemanggil yang tertera di layar ponselnya membuat Kris tersenyum lebar.

"Halo Amber,.." Kris bangkit dari tempat duduknya lalu melangkah pergi meninggalkan 2 temannya di kafetaria.

"Aku tidak akan tersenyum lagi, kalau begitu. Kalian sangat ribut."
Ucap Tao menirukan Kris.

"Makan saja, kau ini memang ribut Tao!" perintah Suho

"Ge, kau bayarkan makananku ya." pinta Tao dengan manja.

"Tidak mau!" tolak Suho keras

"Dasar kikir!"


 

"Aku masih di Kampus, ada apa?"
Kris masih tersenyum saat mengatakan kalimat itu pada Amber yang menelpon di seberang sana. Dirinya duduk di bangku yang terletak di taman kampusnya.

"Apa kau akan datang kesini?" tanya Amber.

"Mungkin. Kenapa? Apa kau merindukanku?" goda Kris

"Aish, berhentilah bertingkah aneh, Kris."

"Itu bukan jawaban dari pertanyaanku, Am."

"Aku tidak merindukanmu."

"Aku juga merindukanmu." Kris membayangkan Amber yang begidik di seberang sana karena ucapannya sambil tersenyum. Pasti lucu sekali, pikirnya.

"Aku akan datang nanti, senang?" lanjut Kris

"Tentu saja senang, ah maksudku..."

"Aku tahu, aku tahu Amber.." sahut Kris senang menanggapi Amber yang sepertinya salah tingkah karena sadar dirinya keceplosan.

"Aah! Kau menyebalkan!" teriak Amber.

"Apa kau sudah makan?" Kris mengalihkan pembicaraan.

"Sudah. Kau sendiri?"

"Baguslah, aku juga sudah. Apa kau sudah minum obat?"

"Apa? Obat?" suara Amber terdengar kaget.

"Maksudku, vitamin. Luna bilang daya tahanmu lemah." bohong Kris. Dia sebenarnya ingin menanyai banyak hal perihal sakit yang diderita Amber, tapi dia menunggu gadis itu untuk mengaku terlebih dulu padanya.

"Apa Luna mengatakan hal lain mengenaiku?" tanya Amber khawatir.

"Tidak."

"Ehm, Kris maaf ya aku ada urusan tidak apa kan kalau ku putus telfonnya?"

"Ya, baiklah." balas Kris yang sebenarnya tidak rela.

"Bye, Kris-ah.. "

"Bye," ponsel masih menempel di telinga Kris walau Amber sudah mengakhiri panggilannya. Pria keturunan Cina itu mendesah pelan.


 

Kris keluar dari mobil berwarna silver miliknya setelah memarkirkannya di depan rumah sakit sambil memegang sebuah boneka. Dia menatap boneka berbentuk alpaca itu lalu tersenyum. Tadi saat perjalanan ke rumah Amber, dia tidak sengaja melihat boneka itu di etalase sebuah toko lalu teringat dengan gadis bermarga Liu itu dan membelinya.

Dia berjalan menuju rumah Amber yang memang tidak jauh dari rumah sakit. Tiba-tiba langkahnya terhenti ketika melihat Amber bersama seorang laki-laki di depan rumahnya. Diapun mengamatinya dari kejauhan. Lelaki itu terlihat tampan, menawan dan sepertinya mapan. Lelaki di sana terlihat akrab dengan Amber, terlihat bagaimana dia tertawa dengan Amber. Kris tidak suka laki-laki itu, terlebih saat tangannya mengelus punggung Amber dengan lembut.
Kris benar-benar tidak suka sedikitpun.

Lelaki yang sepertinya sudah selesai urusannya itu pergi meninggalkan Amber setelah melambaikan tangannya. Dia berjalan lalu berpapasan dengan Kris yang memberinya tatapan tajam. Tapi dia membalasnya dengan senyuman hangat.

Kris terus memperhatikan pria itu melangkah menjauh.

Maaf ya karena updatenya yang lelet, soalnya akhir-akhir ini sibuk.
#bow90°

Untuk semuanya, terimakasih karena mau membaca cerita ini.Thank you for comment Thank you for subscribers
Semoga suka ~

PicsArt_1381702367934.jpg
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
dheaariftya
#1
Chapter 12: wow kris lucu bgt, bener2 tergila2 sama amber. selamat buat lunew couple.
dheaariftya
#2
Chapter 5: baru nemu dan baca sampai chap 4, nanti sore diterusin, kkk. uahhhhh ngantuk.
ikiranalf
#3
Chapter 12: aaaappdeett suunn wkwk update soon authornim!!
krisber_1806 #4
Chapter 12: cieh cieh cieh....
sweet bingit chap yang ini....
vewolowitz
#5
Chapter 12: Eaaaa, Onew in action bung! Akhirnya Amber gak ngeyel lagi. Tapi, kok pusing lagi? Udah deh langsung bawa ke luar negeri aja! Next author nim!
dewipur
#6
Chapter 12: ye...akhir nya baikan lagi...
lanjut.. :)
rismadjuanita27 #7
Chapter 12: Asik akhirnya luna ame abang onew juga walaupun blm pacaran sih
lanjut ya thor rame nih d ff nya jadi ada 2 cople
krisber and lunew
okeyberliu #8
Chapter 11: DAEEEBAAAAAAK.....!!!!
ini ff kuren abis thor, sukses bikin cemas, lega, nyesek, senyum2 gaje dan bikin mewek seketika
LANJUUUT.....!!
juju7442
#9
Chapter 11: update soon
krisber_1806 #10
Chapter 11: Yah ko bertengkar??
update soon.