Chapter 10

Here I Am

"Amber!"

Kris berlari ke arah gadis yang tengah limbung di depan pintu rumahnya sendiri.

Perasaan Kris tidak karuan. Jantungnya berdebar kencang bukan main. Bukan seperti ketika Amber tersenyum manis ke arahnya atau ketika Amber dan dirinya melakukan skinship. Bukan seperti hal itu maupun semacamnya. Kali ini jantung Kris berdebar karena cemas, teramat khawatir pada Amber.
Dengan cepat yang bahkan bagi Kris terasa sangat lambat, dia mencapai Amber dan segera memeluk erat tubuh ringkih gadis itu.

"Amber katakan sesuatu!" Kris meminta dengan keras. Mencoba membangunkan gadis yang matanya hampir menutup sempurna.

"Kris..." Amber memanggil lirih.

"Kepalaku sakit..... Kris sakit sekali!" Amber kemudian berteriak histeris menahan sakit sembari memegang kepalanya. Air matanya jatuh begitu deras melewati pipi.

"Amber kumohon jangan seperti ini! Bertahanlah!" pinta Kris dengan wajah ketakutan yang bercampur cemas. Selanjutnya yang pria besar itu lakukan adalah menggendong Amber dan membawanya lari menuju rumah sakit.

"Sakit sekali... Kepalaku.." Amber tak hentinya meringis kesakitan. Wajahnya pucat. Kris semakin takut.

"Lee Jin Ki!!" teriak Kris sepanjang ia berlari di koridor rumah sakit. Tak peduli tatapan orang-orang di sana. Karena yang ia pedulikan saat ini adalah Amber.

"Lee Jin Ki! Dimana kau? Lee Jin Ki!" Kris terus berteriak sampai beberapa suster menghampirinya. Membantunya membawa Amber menuju ruangan tempat dimana dokter Lee Jin Ki berada.

"Ya ampun Amber!" teriakan cemas keluar dari mulut para suster yang membantu Kris.

"Dokter  Lee!" teriak salah satu suster.

"Lee Jin Ki! Cepat tolong Amber!" Kris memerintah saat melihat Jin Ki keluar ruangan.

"Cepat bawa masuk!" Jin Ki segera memberi perintah.

Jin Ki segera memberi pertolongan pada Amber yang sedari tadi berteriak kesakitan.

"Jin Ki, kau harus selamatkan dia! Demi Tuhan, kau harus melakukannya, Jin Ki. Ku mohon." Kris terus berucap meminta dengan gelisah dan rasa takut kepada Jin Ki.

"Selamatkan Amber, Jin Ki! Selamatkan dia!"

"Kris, sebaiknya kau menunggu di luar. Aku janji akan berusaha menyelamatkannya." pinta Jin Ki yang terganggu dengan ocehan Kris.

Kris mengangguk.

"30 menit dan kau belum keluar, aku akan masuk ke dalam." ucap Kris sebelum akhirnya keluar ruangan.

Kris bersandar di dinding menunggu Jin Ki selesai. Menunggu kabar baik mengenai Amber.

"Ku mohon Tuhan, jangan sekarang. Jangan kau ambil Amber dariku.." Kris menutup mata berdoa di dalam hatinya. Sepenuhnya berharap agar Amber baik-baik saja.

Detik-detik waktu berjalan sangat lamban. Seolah-olah putaran waktu itu tak berjalan bagi Kris. Segalanya terlalu berat ia rasakan. Perasaannya yang terombang-ambing beberapa waktu lalu masih membekas menjadi kecemasan luar biasa yang memenuhi pikirannya. Ketika melihat Amber menangis kesakitan, mengadu tak kuat menahan sakit. Ketika wajah gadis itu terlihat sangat pucat hampir seperti manusia yang kehilangan nyawa. Kris benar-benar takut hari ini akan menjadi akhir dari semuanya. Dia takut kalau Amber akan meninggalkannya.

Dia terus menggerutu kenapa Jin Ki belum selesai. Meski baru 20 menit berlalu, Kris sudah tidak sabar.

"Bagaimana keadaannya? Dia baik-baik saja kan?" Jin Ki yang baru keluar dari ruangan langsung di serbu pertanyaan oleh Kris.

Jin Ki mengangguk menunjukkan wajah rileks dan lebih lega.

"Dia baik-baik saja. Aku sudah memberinya obat tidur jadi sekarang Amber sedang beristirahat. Kau lega sekarang?" Jin Ki menjawab.

Bersamaan hembusan nafas lega dari Kris, kecemasan itu berkurang.

"Terimakasih Tuhan!" batinnya.

"Terimakasih, Jin Ki" ucap Kris dengan tulus.

Jin Ki mengangguk.

"Masuklah! Kau tidak ingin melihatnya."

Tentu! Tentu saja Kris ingin melihat keadaan Amber. Pria bermarga Wu itu pun dengan cepat masuk dan secara alami para suster yang ada di dalam segera keluar memberi privasi.

"Kau tahu? Kau membuatku sangat gelisah tadi. Kau membuatku begitu takut, sayang." Kris mengelus pipi Amber dengan lembut nan penuh kasih sayang. Air matanya tiba-tiba mengalir. Pria itu duduk di sisi ranjang dan menggenggam tangan gadis itu lalu menempelkannya ke pipinya. Dengan tangan Amber, Kris mengelap air matanya sendiri yang jatuh.

"Amber, aku di sini. Aku di sini, sayang. Bagi rasa sakitmu itu denganku. Jangan kau rasakan sendiri." ucap Kris lirih.

Kris keluar dan mendapati Jin Ki masih berdiri di depan ruangan.

"Hyung, kau masih di sini." ujar Kris.

"Oh, ku kira kau lupa cara memanggilku. Akhirnya aku dipanggil hyung lagi." Jin Ki berusaha agar tidak terlalu serius.

"Luna sudah kuhubungi tadi. Dia bilang akan pulang besok pagi." Jin Ki memberi tahu.

"Memang kemana dia?"

"Dia pergi ke Busan untuk drama musikal." jawab Jin Ki.

"Oh ya, kalau kau mau, Amber bisa di bawa pulang dan tidur di rumah." Lanjut Jin Ki memberi tahu.

"kau yakin?"

Jin Ki mengangguk.

. . .

Kris memandangi wajah polos Amber yang sedang terlelap di dalam pelukannya. Dia mengambil rambut yang menutupi wajah Amber dan menaruhnya kebelakang.
Perlahan kedua mata gadis itu terbuka.

Akhirnya..

Kris tersenyum lega melihat Amber akhirnya terbangun.

"Good morning.." sapa Kris.

"Morning.. " balas Amber.

"Kris! Kau.. Kau sedang apa di ranjangku?" Amber kaget saat matanya terbuka sempurna dan melihat wajah Kris begitu dekat dengannya.

"Tidur denganmu." balas Kris.

"Ya! Apa yang sudah kau lakukan!" Amber mendorong Kris.

"Memang apa yang aku lakukan? Kau kelihatan khawatir sekali, lagi pula aku sudah tahu semuanya." tanya Kris mencoba memeluk Amber kembali.

"Apa yang kau maksud semuanya?" tanya Amber terdengar penasaran.

"Semuanya, semua tentang Amber Liu." balas Kris menjelaskan lalu tersenyum.

Amber terdiam dan berfikir sejenak.

"Yak! Kalau kau tidak merayu dan memaksaku aku pasti sudah menolaknya." Amber mengingatnya kemudian beralasan.

"Kau sendiri yang bilang mau." Kris menggoda Amber sambil tersenyum.

"Tidak! Itu karena kau terus memohon padaku!" Amber menjauh dari Kris.

Tapi kemudian Kris memeluknya erat. Membelai lembut rambut pendek Amber.

"Ya, kau benar. Itu karena aku terus merayu dan memohon.
Maafkan pacarmu yang mesum ini, oke!" Kris tersenyum, menyembunyikan wajah lelahnya.
Menyembunyikan sisa kecemasan yang masih melekat di wajahnya.

"Cepat kita bangun! Luna pasti akan kesal kalau tahu." ucap Amber.

"Luna kan sedang pergi."

"Apa! Luna pergi?" tanya Amber nampak terkejut.

Kris melepas pelukannya dan memandang Amber.

"Kau lupa?" tanya Kris khawatir

"Lupa apa?" Amber nampak bingung.

"Luna pergi ke Busan untuk drama musikal. Kau ingat?"

Amber kembali terdiam dan mencoba mengingat-ingat sesuatu.

"hehe, aku lupa!" Akhirnya gadis itu ingat soal kepergian temannya.

Kris tak melepas kekhawatirannya dan masih memandangi kekasihnya.

"Aku memang pelupa." Amber memeluk Kris kali ini. Dengan manja mendesakkan diri ke badan Kris.

Kemudian keduanya mendengar sebuah suara aneh.

"Itu suara perutku yang kelaparan." Amber memberi tahu lalu tertawa yang diikuti oleh Kris.

"Ayo kita sarapan." ajak Kris bangun dari posisinya dan langsung menggendong Amber ala bridalstyle.

Amber mengalunkgan tangannya ke leher Kris dan memperhatikan wajah kekasihnya itu.

"Wajahmu terlihat kelelahan dan matamu juga ada lingkaran hitamnya. Apa semalam kau tidak tidur?" tanya Amber.

Kris tersenyum sebelum menjawab.

"Aku tidak tidur semalam karena sibuk memandangi wajah pacarku yang sedang tidur."

"Pembohong!" Amber meragu sementara Kris menggeleng.

"Pagi ini, aku akan jadi pelayanmu. Kau duduk saja dengan manis, oke." pinta Kris mendudukan Amber di kursi.

"Aku yang akan membuat sarapan." Kris mencium kening Amber sebelum pergi ke dapur.

Kris terus menguap sepanjang ia menyiapkan makanan di dapur. Semalam, dirinya memang tak tertidur dan menunggui Amber yang terlelap. Meski begitu lelah dia tetap merasa tidak tenang untuk memejamkan matanya. Lagi pula, Kris sudah terbiasa terkena insomnia akhir-akhir ini.
Untungnya ada kimchi yang sepertinya sengaja Luna simpan di lemari es sebelum pergi.
Dengan cekatan Kris menyiapkan beras untuk dimasak di tempat penanak nasi elektronik yang ada.

"Makanan datang.." Kris menghampiri Amber membawa nasi setelah lama berada di dapur.

"Kau lucu sekali memakai apron itu Kris." komentar Amber ketika melihat Kris lalu tertawa pelan.

"Apa aku sudah seperti ibu pengurus rumah tangga sekarang?" tanya Kris memamerkan diri di hadapan Amber. Membuat perempuan bermarga liu itu semakin geli melihatnya. Kris kembali melangkah menuju dapur.

"Menu spesial pagi ini, Sup Kimchi ala Kris Wu." Kris datang lagi dari dapur membawa mangkuk yang berisi sup Kimchi buatannya.

"Dan sebelum kita sarapan, ayo kita cuci muka dulu." ajak Kris langsung menggendong Amber tanpa aba-aba terlebih dahulu.

"Kyaaa!" teriak Amber karena terkejut yang justru dibalas senyum oleh Kris.

Mereka kembali dari kamar mandi beberapa saat kemudian lalu duduk berhadapan.

"Amber!! Amber Liu!" teriak seseorang dengan keras yang Kemudian terdengar kian jelas di telinga Amber dan Kris yang hampir saja melakukan sarapan.

Luna akhirnya pulang. Masuk dengan wajah super cemas dan langsung mencari sahabatnya. Di belakang gadis itu muncul Jin Ki yang susah payah membawa tas besar milik Luna.

Luna yang menemukan sahabatnya itu sedang duduk dan dalam keadaan baik-baik saja langsung menghampirinya serta segera memeluk erat.

"Luna akhirnya kau pulang. Aku merindukanmu." Amber yang sebenarnya terkejut menyambut sahabatnya.

"Aku khawatir sekali padamu Amber. Aku minta maaf karena terlalu lama meninggalkanmu. Kalau aku tahu acara itu akan berlangsung dua hari, aku pasti tidak akan ikut." ucap Luna masih memeluk Amber dengan erat.

"Luna, kau tidak perlu terlalu khawatir. Lihat! Aku baik-baik saja kan? Ada Kris yang menjagaku." Amber meyakinkan Luna.

"Bagaimana aku bisa tidak khawatir! Kau kemarin.." Luna terhenti ketika ingat ucapan Jin Ki.

"kemarin apa?" tanya Amber.

"Maksudku bagaimana aku tidak khawatir meninggalkanmu sendiri dengan Kris." Luna menjawab.

Saat menerima telepon dari Jin Ki yang mengabarkan soal Amber, perasaan Luna begitu cemas. Gadis itu terus memantau keadaan Amber melalui Jin Ki. Luna juga ingat ketika Jin Ki menyuruhnya untuk tidak mengungkit masalah Amber yang kesakitan pada Amber. Karena kemungkinan sahabatnya lupa kalau penyakitnya menyerang.

"Kenapa wajahmu merah? Kau sakit?" tanya Luna ketika melepas pelukannya dan melihat wajah Amber memerah.

"Tidak apa-apa. Hey ayo kita sarapan!" Amber mengalihkan pembicaraan dan mengajak Luna untuk ikut sarapan.

"Jin Ki oppa, kau juga ikut sarapan!" Amber mengajak Lee Jin Ki yang masih sibuk memegangi tas bawaan Luna.

"mmm.. aku.." Jin Ki nampak bingung.

"Taruh saja tas itu dan ikutlah sarapan dengan kami." kali ini Luna angkat bicara.

"Baiklah." Jin Ki akhirnya setuju.

Hal itu membuat Amber terkikik karena sadar bahwa Jin Ki tidak bisa menolak permintaan Luna.

. . .

Kris pulang ke rumah setelah sarapan bersama Amber dan yang lainnya. Dia dengan lelah berjalan masuk kemudian menghampiri sang ayah yang akan berangkat ke kantor. Menyadari kedatangan sang anak yang terlihat tidak sehat membuat ayahnya mendekat.

"Kris?" Ayahnya memanggil Kris dan memperhatikan wajah lelah putranya. Semalam yang dia tahu dari pembantu di rumah, Kris tidak pulang. Dan itu cukup membuatnya khawatir.

"Hai ayah.." Kris dengan suara yang lirih menyapa.

"Kau sudah sarapan?" tanya Ayah semakin dekat dengan putranya.

"Aku sudah sarapan..." seusai menjawab pertanyaan sang ayah, Kris tiba-tiba memeluk pria dewasa di hadapannya itu.

"Aku mengantuk sekali.." gumam Kris masih memeluk pria yang berstatus sebagai ayahnya tersebut.

"Tidurlah kalau begitu, Kris." pinta ayahnya mengelus pundak Kris dengan lembut.

"Ya. Tapi 5 menit ayah, 5 menit saja biarkan aku seperti ini." pinta Kris yang memang terdengar begitu lelah. Dan dengan pasti ayahnya akan mengiyakan permintaannya itu.

Kemudian Kris jatuh tertidur dalam pelukan sang ayah. Melepas rasa lelah karena tidak tertidur semalam. Dan meski begitu susah payah, dengan rela sang ayah memboyong putra satu-satunya itu ke kamar. Menggendongnya sambil berfikir bahwa dia harus berterima kasih pada orang yang sudah membuat hubungannya dengan Kris jauh membaik.

. . .

"Tao.. Aku ingin tanya sesuatu padamu!" Kris memulai pembicaraan di tengah kesibukan Tao bermain playstation di kamarnya.

"Katakan saja, ge." tanpa beralih dari permainannya, Tao merespon.

"Kau tahu mengenai kanker?" Kris bertanya.

"Kanker apa?" Tao balik bertanya.

"Kanker otak."

"Stadium?"

"Stadium 4."

"Itu sulit ge! Temanku dulu ada yang pernah mengidap penyakit Kanker otak stadium 4, sepanjang sisa hidupnya sangat tergantung pada medis. Dia harus melewati banyak rasa sakit sampai akhirnya meninggal dunia." cerita Tao yang membuat Kris semakin drop. Membuat Kris diam seribu bahasa dan mulai memikirkan Amber lagi.
"Ge?" panggil Tao, kali ini melihat ke arah pria yang lebih tua darinya.

"Aku tidak suka dengan jawabanmu, Tao." dengan nada kesal Kris membalas.

Tao mengalihkan perhatiannya kepada laki-laki yang lebih tua darinya itu dan menemukan raut wajah yang begitu murung. Dan entah kenapa Tao mulai menyadari sesuatu tentang perubahan sikap Kris yang bisa terjadi begitu tiba-tiba. Saat dia datang tadi pagi dan mendengar cerita dari ayah Kris yang mengatakan kalau Kris sedang tertidur karena baru pulang sudah cukup membuat Tao merasa aneh. Setahu Tao, Kris bukan tipe orang yang suka menghabiskan malam di luar. Atau mungkin, Tao memang tidak tahu mengenai kebiasaan temannya itu.

"Tapi itu bertahun-tahun lalu, ge! Sekarang jaman sudah berubah, ku rasa ada kesempatan penderita kanker untuk hidup. Siapa yang sakit, ge?" dengan takut si Panda Tao berkata sambil menepuk pelan bahu Kris.

"Seseorang." jawab Kris.

Tao jadi mulai berfikir kalau Kris yang mengidap penyakit itu dan semakin merasa khawatir.

"Ge, kau bisa cerita padaku siapa sebenarnya  yang bermasalah dengan kanker otak?" Tao dengan takut-takut bertanya kembali.

"Sudah ku bilang seseorang, Tao! Kalau kau tidak bisa memberi solusi sebaiknya jangan banyak tanya." dengan nada yang menurut Tao kasar, Kris menjawab.

"Begini, ge! Soal cerita tadi itukan terjadi sudah lama. Lagipula temanku itu mendapat perawatan yang buruk. Aku tahu, medis di Seoul itu sudah canggih dan terbaik tapi di luar sana ku rasa ada yang lebih terbaik. Luar negeri, ge! Amerika, Eropa dan entah sebagainya, mereka pasti memilki kualitas yang mungkin lebih baik." Tao memberi saran.

Mendengar saran dari Tao, Kris berfikir bahwa hal itu ada benarnya juga. Mungkin kalau Amber berobat ke luar negeri kesempatan untuk gadis itu bisa sembuh akan lebih besar.

"Apa salahnya mencoba, ge." lanjut Tao.

Kalimat itu semakin terngiang dengan jelas di pikiran Kris. Benar apa kata si panda, apa salahnya mencoba?
Kris tiba-tiba menarik bibirnya, membuat senyuman kecil.

"Kau benar, Tao!" Kris menepuk punggung Tao dengan semangat.

"sebaiknya kau pulang, karena aku mau pergi ke suatu tempat." Kemudian Kris dengan tega mengusir Tao yang belum menyelesaikan permainannya. Membuat Tao mengerucutkan bibirnya karena kecewa.

"Aku ikut denganmu, ge." pinta Tao mengeluarkan aegyeo kepada Kris, berharap gege-nya itu mau mengajaknya pergi.

"Pulang atau kau berada di sini. Aku tidak mau mengajakmu." ucap Kris dengan teganya.

"Baiklah, aku pulang! Kau puas!" Tao akhirnya berdiri hendak pergi dari rumah besar keluarga Wu.

"Tao!" panggil Kris membuat Tao sedikit girang karena merasa Kris berubah pikiran.

"Bereskan playstation yang kau mainkan sebelum pergi." pesan Kris sebelum melangkah melewati Tao.

. . .
 

"Hai Luna!" dengan senang Kris menyapa Luna yang sedang menonton serial drama di televisi.

"Hai!" Luna membalas agak malas. Sepertinya melihat Kris terlalu sering membuat gadis itu merasa bosan.

"Dimana Amber?" tanya Kris yang sudah pasti bisa ditebak oleh Luna sejak awal kemunculannya.

"Di kamar!" jawab Luna singkat.

Kris tanpa basa-basi lagi dengan Luna langsung melangkah menuju kamar Amber. Setelah membuka pintu kamar itu, dia menemukan Amber yang rambutnya basah sedang bercermin. Kris menebak kalau kekasihnya baru selesai mandi karena dirinya bisa mencium wangi khas Amber dari kejauhan.

"Hai y.." Kris mengejutkan Amber dengan memeluk gadis itu dari belakang.

"Kris, kau mengagetkan ku!" Amber langsung menoleh ke arah Kris.

Dan dengan santai Kris memeluk pinggang Amber kemudian mendekatkan hidungnya ke samping leher kekasihnya, mencium aroma vanila gadis itu.

"Harum sekali, sayangku." goda Kris kemudian mencium rahang Amber.

"Kau datang hanya untuk menggodaku! Memang kau tidak kuliah?" Amber menyembunyikan sikap salah tingkahnya.

Kris menggeleng kemudian menarik Amber supaya lebih dekat kearahnya.

"Dasar sok romantis!" cibir Amber.

"Aku memang romantis." ucap Kris kemudian mengecup kening Amber, kedua mata gadis itu secara bergantian, hidung, dan kedua belah pipinya. Membuat wajah Amber memerah.

"Apa kau mandi untuk menyambutku?" tanya Kris tersenyum jahil.

"Tidak sama sekali!" jawab Amber jutek. Atau mungkin sok jutek.

Kris tersenyum lalu mensejajarkan wajahnya dengan wajah Amber, hingga kemudian perlahan-lahan mendekatkan bibirnya dan melumat bibir kekasihnya. Tangannya kemudian  beralih dari pinggang menuju ke bagian belakang kepala gadis itu. Menekan Amber agar memperdalam ciumannya.

"Kris Wu, jangan macam-macam dengan sahabatku ya!" Luna yang sedang menonton drama sempat-sempatnya berteriak. Feeling Luna sepertinya mengabarkan sesuatu sehingga mendorongnya untuk berteriak meski tidak tahu apa yang terjadi.

Mendengar itu membuat Kris menyudahi ciumannya. Sebenarnya bukan karena si cerewet Luna yang mengganggu, tapi karena Kris akan menyampaikan sesuatu.

"Amber.." panggil Kris menempelkan keningnya ke kening Amber.

"Ya?"

"Temanku bilang kalau kau berobat ke luar negeri, kesempatan untuk bisa sembuh lebih besar. Menurutmu bagaimana?" tanya Kris.

"Bagaimana apa?" Amber balik bertanya.

"Bagaimana kalau kita coba berobat ke luar negeri. Maksudku mengobati penyakitmu." saran Kris menatap mata Amber.

Amber menggeleng dan menjauhkan wajahnya dari Kris.

"Kenapa?" Kris bingung dengan jawaban Amber.

" Aku tidak punya uang." balas Amber.

"Aku akan mengeluarkan semua milikku, Amber. Kau hanya perlu berkata iya." ucap Kris serius.

Amber menggeleng lagi yang semakin membuat Kris tidak mengerti.

"Amber, ku mohon kita coba cara ini. Kau tidak perlu mengkhawatirkan semuanya, kau hanya melakukan pengobatan, aku yang akan menanggung semuanya." Kris memohon.

Amber lagi-lagi menggeleng.

"Kau tidak mengerti Kris." ucap Amber.

"Kau yang tidak mengerti Amber! Aku hanya ingin kau sembuh, kenapa kau susah sekali." Kris yang kesal berteriak kepada Amber.

"Aku tidak suka naik pesawat! Aku benci dengan pesawat terbang, Kris Wu!" balas Amber berteriak pada Kris.

"Aku tidak suka kau sakit Amber." Kris berteriak lagi.

"Kalau kau tidak suka, kau bisa meninggalkanku sekarang Kris. Aku tidak keberatan, karena aku hanya menyusahkanmu. Tidak apa-apa kau pergi sekarang sebelum semuanya membuatmu menyesal." Ucap Amber hampir menangis.

Kris menyesal mengatakan kalimat itu karena Amber mengartikan berbeda. Sungguh, Kris tidak bermaksud seperti itu sama sekali. Dia tidak mungkin meninggalkan Amber apapun yang terjadi.

"Aku juga tidak suka kau berteriak padaku Kris." tambah Amber yang air matanya kini telah menetes.

"Amber aku minta maaf! Aku tidak bermaksud. Aku tidak mungkin meninggalkanmu dan aku tidak akan menyesal sedikitpun." ucapan Kris melemah. Dia memegang pipi gadis itu dan menatap matanya dengan sungguh-sungguh. Kris benar-benar tidak akan bisa menang melawan Amber kecuali kekasihnya itu mengalah. Andai Amber tidak terlalu sulit di tebak sikapnya, Kris mungkin tidak akan selalu mengalah.

"Maafkan aku, Am." ucap Kris lembut mencoba meluluhkan kemarahan Amber meski dirinya juga harus menahan kekesalan di dalam hatinya. Dia perlahan juga mencoba mencium Amber kembali namun sayang, perempuan itu memalingkan wajahnya untuk menolak.

"Aku memaafkanmu, Kris. Sekarang pulanglah, karena aku ingin sendiri dulu." pinta Amber.

"Am, kumohon.." Kris berbisik lirih.

"Ku mohon keluarlah, Kris." pinta Amber sekali lagi yang akhirnya membuat Kris keluar dengan raut muka bersedih.

Luna menyadari perubahan kontras yang terjadi pada ekspresi Kris ketika datang tadi dan sekarang. Terlebih lagi secara tidak langsung, dirinya mendengar pertengkaran antara Amber dan Kris meski tidak tahu biang masalahnya.

"Pulanglah Kris! Kalau Amber marah itu lama, percuma kau membujuknya sekarang. Besok mungkin perasaannya sudah membaik." ujar Luna pada Kris.

Mengikuti nasehat Luna, Kris akhirnya pergi setelah berdiam diri menunggu Amber di depan pintu kamar gadis itu.

"Aku pulang, Luna. Sampaikan salamku pada Amber." pamit Kris.

Luna mengangguk sebagai balasan dan kembali fokus pada tontonannya.

"Ku pikir mereka baru saja membuat drama yang lebih romantis dari yang ku tonton. Kenapa tiba-tiba bertengkar?" Luna bertanya pada dirinya sendiri.
 

Tbc.
 

Terima kasih buat yang udah baca dan meninggalkan komentar...
Maaf kalau author nggak balas komen-komen kalian, tapi author selalu baca komen-komen di sini kok dan tentunya merasa seneng banget :-)
Semoga chapter ini tidak mengecewakan~

html>
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
dheaariftya
#1
Chapter 12: wow kris lucu bgt, bener2 tergila2 sama amber. selamat buat lunew couple.
dheaariftya
#2
Chapter 5: baru nemu dan baca sampai chap 4, nanti sore diterusin, kkk. uahhhhh ngantuk.
ikiranalf
#3
Chapter 12: aaaappdeett suunn wkwk update soon authornim!!
krisber_1806 #4
Chapter 12: cieh cieh cieh....
sweet bingit chap yang ini....
vewolowitz
#5
Chapter 12: Eaaaa, Onew in action bung! Akhirnya Amber gak ngeyel lagi. Tapi, kok pusing lagi? Udah deh langsung bawa ke luar negeri aja! Next author nim!
dewipur
#6
Chapter 12: ye...akhir nya baikan lagi...
lanjut.. :)
rismadjuanita27 #7
Chapter 12: Asik akhirnya luna ame abang onew juga walaupun blm pacaran sih
lanjut ya thor rame nih d ff nya jadi ada 2 cople
krisber and lunew
okeyberliu #8
Chapter 11: DAEEEBAAAAAAK.....!!!!
ini ff kuren abis thor, sukses bikin cemas, lega, nyesek, senyum2 gaje dan bikin mewek seketika
LANJUUUT.....!!
juju7442
#9
Chapter 11: update soon
krisber_1806 #10
Chapter 11: Yah ko bertengkar??
update soon.