Chapter 4

Here I Am

"Jadi apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Kris pada Luna yang sudah memasang wajah serius.

"Amber sakit."

"Sakit apa?" raut wajah Kris berubah serius bercampur penasaran.

"Kanker otak stadium 4." ucap Luna dengan nada setenang mungkin.

"Aku memberitahumu soal ini bukan untuk membuatmu kasihan pada Amber. Ini supaya kau lebih berhati-hati saat bersamamanya." lanjut Luna

Kris terdiam tak bereaksi sedikitpun. Luna tak bisa membaca ekspresi yang terpasang di wajah Kris saat ini. Entah Kris terlampau kaget sehingga tak bisa bereaksi atau memang wajah pria bernama Kris Wu ini benar-benar santai menanggapi masalah ini.

"Aku hanya menghawatirkan Amber, Kris. Kau pasti mengerti kan?" Tambah Luna menunggu jawaban dari pria dihadapannya itu.

"Hanya itu?" Kris akhirnya mengeluarkan suaranya menanggapi Luna.

"Jangan bersikap aneh pada Amber setelah ini" tambah Luna lagi.

"Begitu ya." Kris terlihat santai bahkan sempat menyunggingkan senyum disudut kanan bibirnya.

Begitu ya? Hanya 'begitu ya' yang Kris ucapkan? Luna benar-benar tidak mengerti dengan reaksi yang Kris tunjukan. Apa sebatas ini perhatian Kris pada Amber? Padahal Luna yakin betul kalau Kris menyukai temannya. Atau mungkin dirinya salah tebak?

"kalau kau sudah selesai aku akan segera pulang." ucap Kris lembut membuyarkan pemikiran Luna.

"Ya, aku sudah selesai."

Kris mulai melangkah meninggalkan Luna yang memandang kepergiannya. Tidak ada yang berubah dari sikap Kris. Tidak sama sekali! Bahkan ia masih bisa tersenyum. Luna mencoba memahami semuanya, tapi Kris benar-benar clueless sekarang.

Bintang bertabur menghiasi mega malam. Menyatu membentuk gugusan yang indah. Menyala terang memancarkan cahayanya. Tapi apalah arti semua keindahan itu, karena pada akhirnya bintang bintang akan menghilang saat sang surya datang. Kris terus berjalan dibawah gulita dengan mulai menarik nafas panjang.

"Apalagi ini?" pikirnya sembari menutup mata.

Dia kemudian menaiki bus yang mengarah ke rumahnya. Keadaan di dalam bus yang sepi menambah suasana tidak karuan di dalam hatinya.
Apa seperti ini cara kehidupan mempermainkannya?
Dengan mengambil orang-orang yang dia sayangi.
Dulu ibunya dan sekarang...

Dia sebenarnya sangat berharap apa yang diucapkan Luna hanyalah lelucon. Tapi melihat betapa serius wajah gadis itu, Kris benar-benar tidak bisa mengambil bagian mana yang bisa disebut bercanda dari ucapannya.
Lalu sekarang bagaimana?
Setelah kebahagiaan singkatnya bersama Amber, haruskah dia berlari dan melepas semuanya.
Kris hanya takut. Perasaan ketakutan ketika ibunya sakit kini muncul lagi.
Apa ini yang disebut berakhirnya cerita tanpa cerita?
Kris tidak mengerti, atau walaupun mengerti dia memilih untuk tidak mengerti dan menjalani semuanya dengan berpura pura bahwa dia tidak pernah dikhianati kehidupan.
Amber mungkin hanyalah sosok pendatang dalam hidupnya, tapi melepasnya begitu cepat tetap terasa sulit.
Amber hanya teman yang baru ia kenal, seorang teman baru yang menghapus kepedihannya ketika ibunya pergi dari dunia. Teman baru yang mungkin telah menjadi berharga dalam kehidupannya. Tapi teman baru itu mungkin juga akan pergi meninggalkannya seperti wanita yang telah melahirkannya. Amber Liu, teman barunya itu mungkin hanya akan jadi kenangan sesaat untuknya.

 

Kris sama sekali tak menghiraukan apapun yang dosen jelaskan di dalam kelas. Pikirannya terlalu liar sehingga pergi jauh tanpa arah yang pasti. Sejak semalam yang dia lalui dengan membuka mata karena insomnia, Kris merasa begitu tak berdaya. Tatapan kosongnnya masih setia menghuni kedua bola matanya. Dia menguap tapi tak bisa memejamkan mata untuk terlelap. Karena setiap matanya tertutup bayangan Amber selalu datang dan membuatnya pilu. Amber yang tersenyum dalam halusinasinya tiba-tiba menangis tiada henti lalu gadis itu tak sadarkan diri. Baru 15 menit tertidur tapi Kris merasa itu sangat lama.

Hari berikutnya, Kris masih bersikap sama. Keadaannya bahkan lebih miris. Dengan tampang lesu dan lelah dia menuju kafetaria kampus untuk menyendiri di sana.

"Krisssss!!!"

Kris menoleh ke sebelah kanan untuk melihat orang yang menepuk pundak nya dengan keras. Setelah tahu siapa pemilik suara keras dan mengganggu itu, Kris hanya diam tak bereaksi.

"Benar-benar tidak menyenangkan!" orang itu berkomentar sambil duduk disebelah kanan Kris. Dan tanpa tahu diri langsung menyerobot jus jeruk milik Kris yang belum tersentuh.

" Ada apa, Kris-ya??" tanyanya dengan suara yang dibuat-buat agar terdengar imut. Mungkin.

"Jangan ganggu aku, Suho." ucap Kris datar tak melihat lawan bicaranya.

"Oh lihat siapa yang berbicara? Teman datang tapi dibilang pengganggu, benar-benar menyakitkan." ucap Suho dengan suara menyedihkan.

Kris sedang tidak mood untuk menanggapi candaan pria disampingnya itu. Dia mendesis kesal dan mencoba bangkit dari tempat duduknya, sampai akhirnya Suho menariknya kembali agar duduk. Mencegahnya pergi.

"Baiklah, Kris. Mianhae. Sekarang aku tidak akan mengganggumu."

Kris melirik Suho sekilas lalu menyibukan diri mengaduk jus yang sudah tinggal setengah gelas di depannya.

"Sekarang, ceritakan padaku"
Kris menoleh ke arah Suho yang sudah berwajah serius.

"Apa?"

"Masalahmu, giant!!"

"Aku tidak mau!" tolak Kris.

Suho lupa kalau Kris adalah tipe orang tertutup yang enggan membagi masalahnya dengan orang lain.

"Bahkan untuk calon psikolog sekalipun?"

"Apa aku punya gangguan jiwa!"

"Hey! Apa orang yang datang ke psikiater adalah orang yang punya gangguan jiwa!" protes Suho karena semakin kesal dengan sikap Kris.

"Walaupun mengeluh bukan hal baik, tapi menyimpan keluhan apa itu hal baik? Kris, mungkin beban masalahmu akan membaik kalau kau mau menceritakannya padaku." lanjut Suho

Kris memikirkan apa yang diucapkan oleh Suho. Mungkin saran Suho ada benarnya juga, kenapa tidak dia coba. Walaupun aneh, tapi temannya itu kadang-kadang bisa menjadi bijaksana dalam keadaan tak terduga.

"Ada seseorang  gadis yang baru kukenal beberapa hari ini, tapi dia sudah mengganggu pikiranku"

"Wahwahwah, Kris benar benar menjadi..."
Belum selesai dengan kalimatnya, Suho langsung bungkam ketika melihat tatapan pria besar di sampingnya.

"Te-terus-kan" Suho terbata-bata

"Aku merasa nyaman di dekatnya, dia seperti vitamin yang membuatku bersemangat. Dia selalu membuatku tersenyum setiap kali aku bersamanya." Kris berhenti sejenak lalu menarik nafas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Aku merasa membutuhkannya.."

"Wow, dia pasti sangat special"  komentar Suho

"Tapi selama 3 hari ini aku menjauhinya.."

"Kenapa kau menjauhinya?" tanya Suho penasaran.

"Dia sakit"

"kalau dia sakit seharusnya kau berada di sisinya. Bukannya menjauh darinya. Apa ini caramu memperlakukan orang yg special dalam hidupmu!" nasehat Suho dengan mimik serius. Karena jujur saja dirinya benar-benar heran dengan sikap Kris.

"Aku takut Suho! Aku takut!" wajah Kris mengeras seperti menahan sebuah perasaan takut.

"Aku takut! Penyakitnya parah dan bisa merenggutnya kapan saja!"

Suho akhirnya mengerti. Dia kini bisa tahu kenapa wajah Kris terlihat muram akhir-akhir ini. Teman baru Krislah dalang dari semua ini, dalang yang membuat temannya seperti zombi tanpa daya. Walaupun dirinya adalah calon psikolog, tapi Kris adalah orang yang sulit terbaca. Jika dirinya tak menelusur dengan cermat, mungkin akan membuatnya salah tebak mengenai apa yang terjadi. Dia memandang wajah Kris dan mulai merangkai kata yang tepat untuk diucapkan.

"Aku takut, seperti saat pertama kali tahu ibuku sakit." Suho mendengar Kris kembali berucap.

"Dan kau ingin mengulanginya lagi?..
Sembunyi sendirian sampai akhirnya kau juga menyesal sendirian saat ibumu pergi? Apa kau ingin seperti itu pada gadis yang kau bilang membuatmu nyaman?" ujar Suho

"Aku menjauhinya supaya nanti aku tidak terluka." balas Kris

"Tapi kurasa, sekarang kau sudah terluka."

Kris terdiam mencerna ucapan Suho. Benarkah dirinya sudah terluka sekarang?

" Semakin kau menyayangi seseorang, kau akan semakin terluka saat kehilanganya. Bukankah itu adalah sewajarnya?"
Ucap Suho

"Apa ini berarti aku menyayangi gadis itu?" tanya Kris pelan.

Suho tersenyum lalu menepuk pundak Kris pelan.

"Kaulah yang tahu perasaanmu. Terserah kau mau mengikutinya atau tidak.."



 

Amber menunggu seseorang datang hari ini. Di tempat yang mempertemukan dia dengan seseorang itu, Kris. Pemuda itu telah membuat hatinya khawatir dan tidak karuan. Secara tiba-tiba teman barunya tak lagi menampakkan diri dihadapannya. Amber tak dapat berbuat apa-apa karena dia sama sekali tidak punya sesuatu untuk bisa menghubunginya. Seprti no telepon, misalnya. Kini yang bisa dia lakukan hanyalah menunggu dan berharap pria bermarga wu itu datang lagi. Setidaknya untuk mengatakan sesuatu agar dirinya berhenti mengikuti kata hatinya yang menyuruh menunggu. Dia ingin pertemuannya dengan Kris tidak berakhir begitu menggantung seperti ini.

"Sudah 4 hari!" Amber menghela nafas panjang ketika dia duduk bersama Luna di bangku taman rumah sakit.

"Sudahlah Amber, dia juga punya kehidupan sendiri" nasehat Luna dengan lembut

"Aku hanya tidak menyangka akan secepat ini berakhir, Lun. Setidaknya dia harus berpamitan atau semacamnya." Amber tak dapat menyembunyikan rasa kecewanya.

"Hey, sepertinya aku punya jus  strawberry." Luna mengalihkan pembicaraan.

"Benarkah?"
Walaupun tak sepenuhnya, tapi iming-iming jus strawberry sedikit berhasil mencairkan kekecewaan Amber.

"Tunggu sebentar, aku akan mengambilnya untukmu"

"Kau harus cepat, oke!" pinta Amber

"Tentu!" teriak Luna sambil berlari meninggalkan Amber

Amber yang sendirian hanya memandang kesibukan di sekitar rumah sakit. Dari para suster yang sedang bekerja, para pasien yang sedang bersantai hingga orang-orang yang berlalu lalang mencari ruangan untuk menjenguk.

"Kau sedikit terlambat, Luna"
Amber berkomentar saat merasakan sesuatu yang dingin menempel dipipi kanannya dari belakang. Amber pura-pura marah dengan memanyunkan bibirnya. Dan Luna hanya diam seperti biasa saat menanggapi tabiat manja Amber.

"Karena kebetulan aku sedang haus, kali ini kau kumaafkan." ucap Amber akhirnya mengambil jus kemasan lalu meminumnya.

Tapi Luna masih diam dan membuat Amber heran.

"Baiklah Luna! Berhenti berakting dan duduk seka-" Amber terkejut saat menoleh kebelakang dan mendapati sosok yang tadi ia kira Luna ternyata adalah orang yang beberapa hari ini sangat dirindukannya.

"Kris.," segera ia memeluk tubuh besar itu kedekapan eratnya.

"Kemana saja kau?" tanya Amber melepas pelukannya lalu menatap sepasang mata milikg Kris wu dengan intens.

"Apa kau merindukanku?" Kris malah menjawab pertanyaan amber dengan pertanyaan.

Dengan perlahan Amber menganggukan kepalanya dan merasa malu karena pengakuan itu. Kris tersenyum lalu menarik Amber kedalam pelukannya. Mendekap erat tubuh erat gadis itu seolah tidak ada hari esok.

"Aku juga merindukanmu, Amber." bisik Kris di telinga kiri amber

"Sangat!" tambahnya sembari mempererat dekapannya.

Thanks semuanya, sudah mau baca ef-ef ini...
Thanks a lot for my subscribers

PicsArt_1381702367934.jpg
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
dheaariftya
#1
Chapter 12: wow kris lucu bgt, bener2 tergila2 sama amber. selamat buat lunew couple.
dheaariftya
#2
Chapter 5: baru nemu dan baca sampai chap 4, nanti sore diterusin, kkk. uahhhhh ngantuk.
ikiranalf
#3
Chapter 12: aaaappdeett suunn wkwk update soon authornim!!
krisber_1806 #4
Chapter 12: cieh cieh cieh....
sweet bingit chap yang ini....
vewolowitz
#5
Chapter 12: Eaaaa, Onew in action bung! Akhirnya Amber gak ngeyel lagi. Tapi, kok pusing lagi? Udah deh langsung bawa ke luar negeri aja! Next author nim!
dewipur
#6
Chapter 12: ye...akhir nya baikan lagi...
lanjut.. :)
rismadjuanita27 #7
Chapter 12: Asik akhirnya luna ame abang onew juga walaupun blm pacaran sih
lanjut ya thor rame nih d ff nya jadi ada 2 cople
krisber and lunew
okeyberliu #8
Chapter 11: DAEEEBAAAAAAK.....!!!!
ini ff kuren abis thor, sukses bikin cemas, lega, nyesek, senyum2 gaje dan bikin mewek seketika
LANJUUUT.....!!
juju7442
#9
Chapter 11: update soon
krisber_1806 #10
Chapter 11: Yah ko bertengkar??
update soon.