Chapter 11

Here I Am

Luna mungkin menyukai drama yang saat ini sedang ia tonton. Tapi rasa penasaran terhadap apa yang terjadi antara Kris dan sahabatnya satu jam lalu membuatnya memutuskan untuk melewati kisah yang terdapat di dalam tontonannya. Dia mematikan televisi lalu melangkah menuju kamar Amber dan masuk perlahan.

"Amber?" panggil Luna, melangkah menghampiri Amber yang sedang tidur di ranjang.

"Kau sudah tidur?" tanya Luna memastikan sambil memajukan badannya untuk melihat Amber yang berbaring membelakanginya sekarang.

"Belum.." jawab Amber kemudian memposisikan dirinya menghadap ke Luna.

"Ada apa?" tanya Luna yang kemudian duduk di tepi ranjang.

Amber menggeleng lalu memberi senyuman palsu yang sudah pasti bisa di sadari oleh Luna.

"Kau kira berapa lama aku mengenalmu, Amber Josephine Liu? Sepuluh tahun dan kau pikir aku tidak tahu bagaimana dirimu saat berbohong." ucap Luna.

"Luna.."

"Amber! Ceritakan padaku apa yang terjadi antara kau dan Kris?" pinta Luna.

"Dia memintaku untuk berobat ke luar negeri. Kris bilang akan menanggung semuanya sementara aku hanya tinggal melakukan pengobatan saja." ceria Amber.

Luna merasa setuju dengan usulan Kris tersebut karena mungkin jika Amber berobat di luar negeri sahabatnya akan mendapat perawatan yang lebih baik.

"Lalu?" tanya Luna penasaran.

"Kau tahu kan aku trauma naik pesawat terbang! Jadi aku menolaknya." jawab Amber.

Nah, Luna lupa kalau sahabatnya itu punya pengalaman buruk soal penerbangan. Harapan yang semula muncul serasa hilang begitu saja.

"Kenapa kau marah kepada Kris?" Luna bertanya lagi.

"Dia terus memaksaku supaya setuju, sampai membentak pula."

"Apa Kris tahu kalau kau trauma naik pesawat terbang?"

Amber menggeleng.

"Tapi aku bilang padanya kalau aku tidak suka naik pesawat."

Luna menarik nafas panjang menahan kesal dengan sikap kekanak-kanakan Amber.

"Kau ini sudah 20 tahun Amber! Masa kau masih bersikap seperti anak-anak! Kris itu hanya ingin yang terbaik untukmu dan kau malah marah padanya. Kau juga harus memahami perasaannya, dia itu serius denganmu. Aku bisa melihat dari matanya, betapa dia sangat bahagia berada di sisimu. Dia bersikap cuek, tapi sangat peduli jika padamu. Seharusnya kau lebih terbuka pada Kris. Seharusnya kau membagi semua hal tentang dirimu meskipun ku rasa tanpa kau melakukannya, Kris pasti akan selalu mencoba memahamimu. Pria seperti Kris sangat jarang di dunia, Amber. Jangan sia-siakan dia." nasehat Luna begitu serius.

Amber mendengar nasehat Luna dengan seksama dan mencerna setiap kata yang sahabatnya itu ucapkan. Dan kini Amber merasa dirinya terlalu bersikap berlebihan menanggapi tawaran Kris. Padahal maksud pemuda itu adalah demi kebaikan dirinya.

"Kau benar Luna. Terima kasih sudah membuatku mengerti." ucap Amber.

Luna mengangguk lalu tersenyum lembut kearah Amber.

"Ku kira kau sangat sebal dengan Kris." ledek Amber tiba-tiba.

"Memang! Tapi apa salahnya kalau memuji dia sedikit." balas Luna.

"Tapi ku rasa kau memuji Kris terlalu banyak tadi."

"Benarkah?"

Amber mengangguk antusias.

"Pasti aku mabuk tadi." balas Luna bercanda. Karena apa yang dia katakan mengenai Kris barusan adalah pendapat jujur dari dirinya.

"Dasar!" ucap Amber.

Luna hanya terkekeh.

"Luna, malam ini tidurlah di sini!" pinta Amber menepuk-nepuk kasur ranjang.

"Hmmm.. Bagaimana ya?" Luna pura-pura memikirkan tawaran Amber.

"Please.. " Amber membujuk.

"Baiklah, asal kau jangan macam-macam ya nona Liu."

"Tidak akan nona Park!"

Luna pun membaringkan tubuhnya di sebelah Amber. Dan tiba-tiba Amber langsung memeluk sahabatnya dengan erat.

"Amber!" teriak Luna karena terkejut tapi kemudian keduanya tertawa terbahak-bahak.

. . .

Luna memperhatikan sosok makhluk hidup yang berdiri di depannya. Memandang heran dan penuh tanya. Apa seseorang yang kini ia lihat di hadapannya itu sudah gila? Apa Luna masih tidur dan bermimpi bertemu dengan dia? Atau mungkin jam dinding di rumahnya yang menunjukkan pukul enam pagi itu yang salah? Tapi sepertinya yang salah adalah pria tinggi bermarga Wu yang sekarang menatap datar ke arahnya. Ya, Kris lah yang sudah gila karena bertamu terlalu pagi.

"Kau bilang aku harus datang lagi hari ini." ucap Kris datar tak menghiraukan tatapan aneh Luna semenjak membukakan pintu.

"Aduh Kris Wu, aku memang bilang begitu kemarin, tapi tidak sepagi ini juga." Luna membalas pernyataan Kris dengan lemas.

"Bagaimana Amber?" tanya Kris tak peduli dengan komplain yang diajukan oleh gadis di depannya.

"Dia masih tidur!" jawab Luna dengan nada ketus.

"Boleh aku masuk?" tanya Kris lagi.
Luna mendesis lama kemudian memutar bola matanya malas sampai akhirnya mempersilahkan Kris masuk.

"Luna, bisa kau lihat Amber apa dia sudah bangun atau belum!"  Pinta Kris pada Luna yang sedang memasak di dapur.

Luna dengan sebal berhenti mengaduk sup yang sedang ia masak lalu menarik nafas dalam-dalam.

"Kris, kau tidak lihat aku sedang sibuk! Kenapa kau dari tadi terus menyuruhku melakukan hal itu? Ini sudah ke sekian kalinya kau bertanya hal yang sama dan itu membuatku pusing!" pekik Luna dengan kesal tanpa melihat ke arah Kris yang berada di ruang tamu.

"Lagi pula kalau Amber sudah bangun, dia pasti akan keluar kamar." teriak Luna menambahkan.

Perkataan Luna cukup membuat Kris diam.

"Luna, apa menurutmu dia sudah bangun?" baru beberapa menit yang lalu Kris diam tapi sekarang pria itu sudah menanyakan Amber lagi. Ya, walaupun pertanyaan itu sudah diubah tapi tetap saja maknanya sama.

"Huh, baiklah-baiklah aku akan lihat Amber, apa dia sudah bangun atau belum! Kau ini cerewet sekali." Luna keluar dari arah dapur dan berniat melihat ke kamar Amber tapi bersamaan dengan itu seseorang yang sedari tadi ditanyakan oleh Kris membuka pintu kamarnya.

Amber memandang Kris sebentar sebelum pergi menuju kamar mandi.

"Lihat! Amber sudah bangun, Kris." ucap Luna lalu kembali ke dapur untuk melanjutkan kegiatannya.

Amber keluar dari kamar mandi dan melangkah ke kamarnya tanpa melihat Kris yang terus menatapnya. Pemuda itu bangun lalu mengikuti Amber setelah gadis itu masuk dan menutup pintu kamarnya. Perlahan Kris menggerakan daun pintu dan membukanya.

"Amber, boleh aku masuk?" meski dari nada yang terdengar pria itu meminta persetujuan, namun tanpa jawaban dari Amber, Kris tetap masuk lalu menutup pintu.

Pemuda itu kini berdiri menatap Amber yang sedang berbaring di ranjang. Keduanya kemudian saling memandang. Kris mungkin terlalu tergesa-gesa berkunjung hanya untuk menemui Amber, sehingga dirinya pun tak mempersiapkan topik apapun untuk memulai pembicaraan dengan  gadis itu.

"Maaf!" "Maaf"
Ucap keduanya bersamaan. Tapi kemudian dalam kamar itu diliputi suasana hening. Sampai akhirnya Amber bangkit dan menghampiri Kris lalu memeluk kekasihnya itu dengan erat. Mengaitkan tangan ke pinggang Kris dan menempelkan tubuhnya ke tubuh besar itu. Kris yang semula bingung kemudian membalas pelukan itu.

"Aku minta maaf padamu, Amber." bisik Kris pelan.

"Akulah yang seharusnya minta maaf padamu, Kris." balas Amber menatap kekasihnya.



"Dulu, ketika usiaku 8 aku bersama ayah dan ibuku ingin melakukan liburan musim dingin. Tapi cuaca yang awalnya diperkirakan baik berubah menjadi buruk. Ada badai salju tiba-tiba sehingga pesawat harus melakukan pendaratan darurat di Seoul. Sayangnya, pendaratan darurat itu gagal. Hampir sebagian penumpang meninggal termasuk kedua orang tuaku. Anehnya, aku hanya menderita luka ringan. Dan semenjak itu aku jadi trauma naik pesawat terbang. Itulah kenapa aku berada di Korea selama ini, sementara keluargaku berada di China." cerita Amber kepada Kris ketika keduanya duduk di tepi ranjang dengan posisi Kris yang menyandarkan kepalanya di pundak kanan Amber.

"Aku dirawat oleh bibiku dan kemudian tinggal dengan Luna semenjak SMA." lanjut Amber.

Kris mengangkat kepalanya dari pundak Amber, mengangkat kekasihnya itu dengan kedua tangannya dan meletakan miring ke pangkuannya supaya gadis itu bisa menatap ke arahnya.

"ku dengar anak-anak memiliki perlindungan lebih saat hal buruk terjadi. Aku kini percaya hal itu." ucap Kris menatap Amber. Kedua tangannya ia lingkarkan ke punggung Amber untuk menopang gadis itu.

"Aku minta maaf karena tidak bisa menerima tawaranmu untuk berobat ke luar negeri. Tapi aku janji akan berusaha yang terbaik di sini, Kris." kata Amber.

" Aku mengerti, Amber."

"Berjanjilah padaku, kalau kau akan membantuku melewati ini semua. Kalau kau akan terus berada di sisiku. Kalau kau tidak akan meninggalkan ku. Berjanjilah padaku, Kris." ucap Amber yang tiba-tiba memeluk Kris.

"Tentu saja, Amber. Tanpa kau memintanya, aku akan selalu berada di sisimu. Aku tidak akan meninggalkanmu." balas Kris mempererat pelukan yang semula didahului oleh Amber.

"Sungguh?" tanya Amber melepas pelukan.

Kris mengangguk sambil tersenyum. Menunjukan kesungguhan itu memang nyata adanya. Sampai kemudian secara tiba-tiba, gadisnya itu mencium kilat bibirnya sehingga membuahkan senyuman senang di wajah pemuda itu. Melihat hal itu semakin membuat Amber tambah tersenyum senang. Gadis itu pun mengecup lagi bibir Kris berkali-kali. Pemuda bermarga Wu yang semula hanya diam kemudian ikut membalas kelakuan kekasihnya itu. Keduanya pun saling berbagi kecupan sembari saling melempar senyuman. Berbagi sengatan ke bibir satu sama lain.Menyalurkan segala perasaan bahagia yang mereka miliki, perasaan saling membutuhkan dan saling menginginkan. Kecupan itu terjadi terus menerus sampai Kris mencoba menarik Amber, berkeinginan untuk memperdalam ciuman mereka. Namun ketika tangan besar Kris mulai menekan kepala Amber, gadis itu melepas dan menggeleng. Membuat pemuda itu mengerucutkan bibirnya agak kesal.

"Maaf Kris Wu!" ucap Amber sambil terkekeh lalu memberi kecupan terakhir di bibir kekasihnya.

"Bagaimana kalau nanti siang kita pergi ke taman hiburan?" tawar Kris kemudian.

" Boleh ku ajak Luna?" tanya Amber.

" Tentu."

" Boleh Jin Ki juga?" tanya Amber lagi.

"kenapa dia harus ikut?"

"Ayolah, kita buat mereka berdua menjadi pasangan nyata." Amber mengangkat kedua alisnya dua kali untuk memberi isyarat.

Kris mengangguk dan tersenyum.

"Ehem! Apa ini yang dilakukan oleh seorang mahasiswa di pagi hari?" Ucap Luna menyindir Kris sekaligus menginterupsi apa yang sedang dilakukan oleh Kris dan Amber.

"Dan Amber baby, sekarang waktunya sarapan. Ku rasa kau perlu turun dari pangkuannya sekarang juga." Tegur Luna dengan mata yang menetap penuh ke arah pasangan kekasih dalam ruangan itu.

Amber pun segera turun dari pangkuan Kris lalu mengirim cengiran malu-malu kepada sahabatnya.

. . .

Mereka berempat, Amber, Kris, Luna dan Jin Ki sudah berada di taman hiburan. Suasana yang ramai seperti pada umumnya. Kris senantiasa merangkul Amber dengan manja dan penuh posesif.

"Apa kalian tidak bosan terus bergelayut seperti itu?" tanya Luna dengan sinis sambil memandang Kris dan Amber.

"Kau bisa melakukannya dengan Jin Ki hyung." balas Kris percaya diri dan di setujui oleh Amber dengan sebuah anggukan.
Perkataan itu membuat Jin Ki dan Luna jadi salah tingkah. Keduanya menjadi kikuk satu sama lain.

"Aku ingin buang air kecil, Kris." Amber mengadu.Kris tersenyum sambil menggoyangkan pundak Amber.

"Kalau begitu kita cari toilet dulu sebelum jalan-jalan." usul Luna.

"Kau dan Jin Ki oppa tunggu di sini saja, biar Kris yang menemaniku. Ku lihat tadi ada toilet di sekitar sini." ucap Amber.

"Tapi Amber.." Luna mencoba menolak.

"No but, Luna. Aku bukan anak kecil yang harus diantar tiga orang ke toilet." Amber menyela Luna.

Kemudian Amber menarik Kris pergi dari tempat itu, meninggalkan Luna dan Lee Jin Ki.
Keduanya saling diam, masih kikuk satu sama lain. Sehingga tercipta suasana aneh yang mengelilingi keduanya.

"Aku sudah bilang pada Amber supaya tidak minum terlalu banyak, lihatlah sekarang dia jadi sering buang air kecil." Luna mencoba mencairkan suasana.

Jin Ki hanya tersenyum tidak tahu harus menanggapi apa. Dia terlalu gugup karena berada di dekat Luna. Hanya berdua. Karena biasanya ada Amber diantara mereka, atau jika tidak, keadaannya bukan yang seperti ini.

Suasana kembali hening.

Tidak jauh dari mereka, Kris dan Amber mengintip tingkah Jin Ki dan Luna yang super kikuk.

Amber mendesis kesal melihat situasi yang tercipta antara sahabatnya dan dokter yang merawatnya. Payah. Payah. Dan payah. Itulah ekspresi yang terbaca dari wajah Amber.

"Bagaimana mereka bisa bertahan tanpa saling bicara? Kenapa Jin Ki itu tidak bergerak untuk mendekati Luna?" gerutu Amber masih mengintip

"Jadi kau sebenarnya tidak ingin buang air kecil?" tanya Kris dengan wajah tanpa dosanya.

Amber mengalihkan pandangannya pada Kris yang berada di sebelahnya lalu tersenyum.

"Aku ingin memberi waktu untuk mereka." jawab Amber.

Kris mengangguk lalu memperhatikan sejenak Luna dan Lee Jin Ki.

"Payah! Ayo kita jalan-jalan saja!" Kris mencoba menarik Amber namun gadis itu memberi tolakan.

"Aku mau melihat mereka." Amber beralasan dan kembali mengawasi Luna dan Jin Ki.

"Kau bilang ingin memberi mereka waktu untuk berduaan."

"Huh!" Amber memikirkan perkataan Kris.

"Tidak baik menganggu orang yang sedang melakukan masa pendekatan." tambah Kris meyakinkan Amber.

"Baiklah kita jalan-jalan saja." Amber akhirnya menyerah setelah memikirkan ucapan Kris sejenak.

"Aku melihat baju pasangan di sebelah sana! Ayo, kita lihat!" Amber dengan semangat berjalan meninggalkan Kris.

Pemuda itu tersenyum lalu mengejar kekasihnya.




"Kenapa mereka lama sekali?!" gerutu Luna dengan kesal yang tak kunjung mendapati Amber dan Kris kembali.

"mm, Luna bagaimana kalau kita.."

"Halo Amber! Kau ada di mana?" belum sempat Jin Ki melengkapi kalimatnya, suara Luna yang mengangkat panggilan dari Amber membuat ia menunda ucapannya.

"Bagus! Amber dan Kris sudah pergi jalan-jalan tanpa kita!" Luna mengomel setelah menutup telepon dari Amber.

"Tadi kau ingin bicara apa, oppa?" Luna kini beralih pada Jin Ki.

"Ayo kita jalan-jalan saja, sambil mencari mereka berdua." tawar Jin Ki dengan nada agak ragu. Tapi melihat Luna yang menanggapi dengan senyuman membuatnya sedikit tenang. Meski senyum Luna justru semakin membuat debar jantungnya tak terkendali.

"baiklah oppa."
Mereka kemudian berjalan beriringan sambil sesekali melirik satu sama lain disertai senyum malu-malu yang mereka sembunyikan.

"Luna!"

"Hm?"

"Boleh ku pegang tanganmu? Supaya kau tidak lepas dariku." Jin Ki meminta.

Luna mengangguk dan dengan begitu, Jin Ki segera mengaitkan jari-jari tangan kanannya ke jari-jari tangan Luna. Keduanya tersenyum, terlebih lagi Jin Ki yang melihat semburat merah menghias wajah gadis di sampingnya membuat dia tersenyum lebar. Mereka melanjutkan perjalanan di tengah keramaian dengan perasaan yang begitu bahagia. Meski selama ini mereka terkadang memiliki waktu hanya berdua, tapi keadaan seperti ini adalah pertama kalinya.

"Apa hari ini kau tidak ada pasien?" tanya Luna memulai pembicaraan.

"Tidak ada, lagipula aku ingin mengawasi Amber hari ini." jawab Jin Ki.

"Begitu ya." Luna sedikit kecewa mendengar alasan Jin Ki mau diajak jalan-jalan oleh Krisber couple.




"Apa kubilang? Pakaian ini bagus kan!" dengan percaya diri Amber berkomentar mengenai pakaian pasangan kekasih yang ia pilih.

Kris sebenarnya berfikir kalau baju pasangan kekasih yang Amber pilih sedikit aneh. Tidak jelek sih, tapi berwarna kuning apa tidak terlalu mencolok? Terlebih lagi tulisan 'Love U my Love' di bagian depan baju itu dengan warna merah yang menurut Kris terlalu kontras. Meskipun begitu, Kris tak bisa tidak menuruti Amber. Pada akhirnya melihat Amber-nya bahagia adalah yang ia inginkan.

Mereka berdua menuju kedai yang menjual dendeng sapi, lagi-lagi karena Amber yang memaksa.

"Selamat datang." sapa bibi penjual dengan ramah lalu tersenyum kearah keduanya.

"Bibi, boleh aku mencoba dendeng sapi ini?" tanya Amber.

Bibi itu mengangguk lalu memotongkan dendeng Sapi untuk Amber.

"Ini enak sekali, cobalah Kris." Amber setelah mencoba dendeng itu menawarkan pada Kris. Pun Kris tanpa ragu langsung menerima tawaran Amber yang menyuapi dendeng itu kedalam mulutnya. Lalu dia tersenyum. Benar kata Amber, dendeng Sapi itu memang enak.

"Amber, tadi ku lihat ada lomba dansa disekitar sana!"

"Lomba macam apa itu! Ada-ada saja."

"Ayo kita ikut lomba itu!" ajak Kris sedikit merayu Amber. Matanya mengedip berkali-kali dengan genit.

"Tidak ada lomba seperti itu!" Amber tidak percaya dan lebih tidak percaya lagi dengan perubahan sikap Kris yang menjadi aneh berlebihan.

"Lomba itu memang diadakan, nona." sela bibi penjual dendeng.

Amber langsung menunjukkan tatapan bertanya kepada bibi penjual dendeng itu.

"Salah satu pemegang saham taman hiburan ini sedang merayakan ulang tahun pernikahan mereka, sehingga diadakan beberapa lomba termasuk yang tadi kalian bicarakan."

"kau dengar itu, nona Liu!" Kris tersenyum penuh kemenangan.

"Ayo kita ikut lomba itu!" ajak Kris sekali lagi.

"Tidak mau!" Amber menolak dengan tegas. Dia juga merasa malu karena Kris yang mengajak langsung tanpa ragu di depan tukang penjual dendeng dengan sikap manja.

"Ayolah, chagi! Tidak menang tidak apa-apa." Rengek Kris tiba-tiba sepertinya sudah out of character.

"Tidak menang tidak apa-apa karena kau sebenarnya ingin bermesraan kan!" tebak Amber kesal lalu melayangkan pukulan keras di bahu kekasihnya.

Tapi Kris hanya terkekeh senang dengan perlakuan anarkis Amber yang memukulnya berkali-kali.

"Kalian pasangan yang manis." Komentar bibi tiba-tiba. Kris dan Amber pasti melupakan keberadaan sang bibi penjual dendeng barusan.

"Terima kasih bibi." Amber menghentikan aksi memukul bahu Kris lalu membungkuk ringan pada bibi itu.

Setelah membeli beberapa dendeng sapi, keduanya kembali berjalan-jalan.

"Ayo naik sesuatu!" ajak Amber antusias.

"Kau ingin naik wahana apa?"

"Aku mau naik itu!" dengan wajah ceria, Amber menunjuk wahana komedi putar di mana kebanyakan anak-anak lah yang menaikinya.

Kris menghela nafas.
"Baiklah, apapun untuk pacarku."

Amber tersenyum lalu berlari ke arah permainan itu diikuti Kris yang berjalan lemas di belakangnya.




"Jadi karakter mana yang paling kau sukai selama mengikuti drama musikal?"

"Aku menyukai semua karakter yang ku mainkan. Karena masing-masing memiliki ciri khas." jawab Luna.

"Sejak kapan kau menyukai drama musikal?"

"Sejak kecil, tapi aku mulai ikut drama sejak usiaku 11 tahun. Amber bilang padaku kalau aku sangat keren saat berakting untuk mengerjai ibuku yang berulang tahun. Amber juga yang menyuruhku untuk ikut klub drama di sekolah. " cerita Luna kemudian tersenyum.

" Waktu itu aku pasti sedang sibuk  sekolah menengah atas."

"Wow, kau ternyata setua itu oppa!" ucap Luna bercanda.

"Aku masih muda, Luna. usiaku saja baru 26 tahun." Jin Ki tidak terima.

"Ya..ya..ya aku tahu. Cerita mengenai dirimu sudah menyebar sampai ke luar rumah sakit. Jin Ki si pemuda cerdas yang menjadi dokter di usianya yang ke 24 tahun."

"Lagi pula tampangku ini masih seperti mahasiswa." Jin Ki berkata dengan sombong.

"Cih, aku tidak menyangka kau ternyata sangat percaya diri."

Ya, akhirnya mereka berdua mulai menemui titik terang untuk keluar dari suasana payah yang sedari tadi menyelimuti. Jin Ki mulai mempunyai keberanian untuk bertanya ini itu kepada Luna. Dan Luna pun mulai kembali menjadi si cerewet setiap kali menjawab pertanyaan yang datang dari Jin Ki.

"Luna, bagaimana kalau kita mengobrol di sana?" usul Jin Ki menunjuk sebuah kafe yang di desain menarik penuh dengan aksesoris warna merah muda.

Luna mengangguk setuju.

keduanya kemudian melanjutkan acara pendekatan sambil memesan cappucinno special di kafe itu.



Amber tidak tahu alasan kenapa kepalanya begitu pusing. Entah itu karena terlalu lama bermain komidi putar atau karena hal lain. Tapi sakit yang menyertai pusing itu benar-benar keterlaluan menyiksa. Rasanya, ada pukulan bertubi-tubi yang menghantam kepalanya. Dia memejamkan mata menahan setiap rasa sakit yang datang.

"Amber, kau kenapa?" pertanyaan itu datang dari sang pacar lengkap dengan nada dan wajah khawatirnya.

Amber menggeleng lalu tersenyum, agar pemuda yang memperhatikannya tidak perlu merasa khawatir.

"Kepalamu pusing?" pertanyaan selanjutnya menyusul masih dengan nada khawatir.

"Kepalaku pusing gara-gara naik komidi putar terlalu lama." Amber akhirnya menjawab pertanyaan itu.

"kau sendiri yang ingin menaiki wahana itu sebanyak 5 kali." Kris menangkup wajah Amber dengan kedua tangan besarnya, lalu mensejajarkan wajahnya dengan wajah gadis itu. Pemuda itu tersenyum sebelum mendaratkan ciuman kilat di pucuk hidung Amber.

"Jangan membuat malu, Kris." Keluh Amber menyingkirkan tangan kekasihnya.

"Aku mau pulang." lanjutnya meminta.

Kris mengangguk, merangkul pundak Amber lalu menarik gadis itu bersamanya.


Sementara itu pasangan Luna dan Jin Ki masih menikmati acara kencan belum resmi mereka di kafe. Tawa pun terdengar di sela-sela obrolan.

"Baiklah semuanya, apa kalian sudah siap?" suara itu datang dari seorang MC yang tiba-tiba muncul dengan jas berwarna merah muda.
"Siap!!" para pengunjung yang ada di sana membalas bersamaan.

"siap untuk apa?" Jin Ki bertanya bingung.

"Hey, kalian berdua yang ada di sana! Ayo kemari!" Mc itu menunjuk tempat dimana Jin Ki dan Luna berada. Membuat keduanya saling melempar pandangan tidak mengerti.

Mc itu tidak berhenti menyuruh Luna dan Jin Ki untuk ikut berkumpul dengan para pengunjung lain di sebuah tempat yang telah disediakan. Luna dan Jin Ki pun menuruti kemauan Mc itu meski masih bingung.

"Nah karena semua peserta sudah berkumpul, acara lomba dansa malam ini akan segera kita mulai."

Mendengar hal itu sontak saja ekspresi Luna dan Jin Ki menjadi terkejut. Keduanya tidak menyangka akan terjebak dalam lomba semacam ini.

"Kalian siap! Show time.." setelah ucapan sang MC sebuah instrumen bernuansa romantis dimainkan untuk mengiringi para peserta lomba.

Ketika yang lainnya sudah bergerak seirama dengan musik, Jin Ki dan Luna masih terjebak dengan rasa terkejut. Seharusnya, melihat bagaimana dekorasi kafe yang dipenuhi aksesoris berhubungan dengan cinta, mereka berdua harus menaruh curiga. Sekarang sudah terlanjur terjadi, perlombaan ini sudah di mulai. Jin Ki adalah yang pertama kali melakukan pergerakan. Tangannya ia ulurkan ke Luna hingga tersambut oleh tangan gadis itu. Perlahan mereka mulai berdansa mengikuti musik yang mengalun indah. Jin Ki terlarut dalam suasana romantis yang tercipta secara alami diantara keduanya. Memperhatikan wajah Luna yang terlihat sangat cantik malam ini. Luna yang merasa dirinya diamati pun ikut memandang wajah Jin Ki. Keduanya terpaku dalam keadaan saling memandang. Jantung keduanya berpacu begitu kencang. Jin Ki sudah tak bisa lagi menunggu lebih lama. Sekaranglah waktu yang tepat untuk memberitahu Luna mengenai perasaannya. Perlahan lahan Jin Ki memajukan wajahnya ke wajah Luna. Lalu dirinya memberanikan diri untuk mencium bibir gadis itu sembari menutup mata. Luna yang terkejut dengan tindakan Jin Ki melebarkan matanya. Tapi entah kenapa Luna merasa dirinya menjadi kaku ketika bibir Jin Ki dengan lembut menyentuh bibirnya. Ia pun menutup mata mengikuti Jin Ki. Detak keduanya kini semakin bertambah kencang hingga menenggelamkan suara instrumen musik di dalam ruangan itu, menjadi musik yang mengiringi mereka.

Tbc..

Maaf banget karena baru update, author bener-bener lagi sibuk banget.
Maaf juga kalau chapter kali ini nggak bagus dan banyak typo,..#bow

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
dheaariftya
#1
Chapter 12: wow kris lucu bgt, bener2 tergila2 sama amber. selamat buat lunew couple.
dheaariftya
#2
Chapter 5: baru nemu dan baca sampai chap 4, nanti sore diterusin, kkk. uahhhhh ngantuk.
ikiranalf
#3
Chapter 12: aaaappdeett suunn wkwk update soon authornim!!
krisber_1806 #4
Chapter 12: cieh cieh cieh....
sweet bingit chap yang ini....
vewolowitz
#5
Chapter 12: Eaaaa, Onew in action bung! Akhirnya Amber gak ngeyel lagi. Tapi, kok pusing lagi? Udah deh langsung bawa ke luar negeri aja! Next author nim!
dewipur
#6
Chapter 12: ye...akhir nya baikan lagi...
lanjut.. :)
rismadjuanita27 #7
Chapter 12: Asik akhirnya luna ame abang onew juga walaupun blm pacaran sih
lanjut ya thor rame nih d ff nya jadi ada 2 cople
krisber and lunew
okeyberliu #8
Chapter 11: DAEEEBAAAAAAK.....!!!!
ini ff kuren abis thor, sukses bikin cemas, lega, nyesek, senyum2 gaje dan bikin mewek seketika
LANJUUUT.....!!
juju7442
#9
Chapter 11: update soon
krisber_1806 #10
Chapter 11: Yah ko bertengkar??
update soon.