The Horse, the Wolf, the Fish, and the Steamed Bun

Till We Meet Again II : Light that Calls
Please Subscribe to read the full chapter

“Ya, Hyung! Kau menghalangi pandangan.” seru Heechul tanpa peduli bahwa dia menggunakan bahasa Korea dengan logatnya yang kental. Dia bahkan tidak peduli kalau yang menghalangi pandangannya adalah Josh. “Hyung—!“

Leeteuk menjawil lengan Heechul untuk memperingatkannya meski dia sendiri merasakan hal yang sama dengannya. Siaran televisi saat itu sedang menampilkan sebuah variety show dan mereka sudah menunggu acara ini selama seminggu sebelum ditayangkan tapi kini pandangan mereka terganggu karena aksi Josh yang mondar-mandir di depan televisi. Daniel, yang telah kembali satu jam sebelumnya, ikut pusing melihat tingkahnya.

Malam itu Josh mengumpulkan kedua puluh member boyband di dorm SuJu lantai dua belas. Namun hingga saat itu dia masih belum mengatakan apa-apa.

“Hyung, ada apa sebenarnya sehingga kami dikumpulkan seperti ini?” tanya Yuchun.

Daniel menghela napas. “Oke, Josh. Aku tahu sedang ada sesuatu tapi bisa kau jelaskan pada kami? Kami tidak akan paham apa pun kalau kau cuma mondar-mandir seperti itu.”

Josh lagi-lagi tidak menanggapi. Dia terus-menerus meninju tangan kirinya sambil bolak-balik di depan televisi. Raut wajahnya menunjukkan kalau dia sedang mengkhawatirkan sesuatu dan itu yang mendorongnya untuk mengenakan outfit pemberian profesor Ico lengkap dengan senjatanya.

“Yah, Hyung. Kami pusing.” protes Donghae pada akhirnya.

“Arrghhh….” Josh mengacak rambutnya sendiri dengan frustasi. “Kenapa perasaanku tidak enak?”

Hanya Daniel dan kelima anggota TVXQ yang menanggapinya karena mereka sudah sangat mengenalnya. Dia tidak pernah berbohong, terutama untuk hal semacam ini.

“Perasaan apa?” tanya Changmin ragu-ragu.

Josh berjalan beberapa langkah ke sebelah kiri televisi. “Something looks very unlikely…”

Henry memicingkan matanya yang sipit, bingung dengan kalimat yang diucapkannya. “Do you mean, something doesn’t feel right?”

Josh tidak mempedulikan kata-kata Henry. “Ah, no. I mean, something…feels…EXTREMELY…wrong.” ralatnya.

“Sejak kapan kau merasakannya?” tanya Daniel, menepis kesalahan tata bahasa yang mungkin disengaja.

“Sejak aku tahu Gilland pergi dengan seorang gadis.” jawab Josh polos.

Mendengar itu semua mendadak mematung hingga suasana berubah hening sejenak.

Tiba-tiba mereka meledak tertawa. Cara Kyuhyun tertawa saat itu begitu lucu di mata mereka sehingga otomatis membuat yang lain semakin geli.

“Kau ingin punya pacar juga?” tawa Siwon sambil menutup mulutnya dengan punggung tangannya. Jelas-jelas dia sedang tertawa lepas.

“Argh, tutup mulut kalian semua.” bentak Josh, mencoba membuat ekpresinya menjadi galak namun gagal total karena firasat buruknya. “Perasaan ini…” Dia melempar pandang ke arah Daniel yang masih tertawa terbahak-bahak dan menatapnya dalam-dalam. “…Sepertinya Gilland dalam bahaya.”

Menyadari adanya keseriusan dalam suaranya, suasana kembali hening.

“Bahaya? Tapi bagaimana?” kata Zhoumi.

“Apa karena wanita itu?” kata Leeteuk.

“Bukannya kau cuma iri padanya?” Kyuhyun ikut menambahkan.

“Dia adalah diriku yang lain meski dari dimensi yang berbeda. Tentu saja aku tahu.” kata Josh tegas. “Meskipun kami individu yang berbeda tapi kami adalah orang sama.”

“Kenapa kau tidak memanggilnya pulang dengan pikiranmu itu?” tanya Daniel.

“Pikirannya tertutup.” tanggap Josh cepat. “Biasanya aku yang secara tidak sadar selalu menutup pikiran. Tapi kenapa kali ini bisa…”

Dia mendadak teringat sesuatu. Tapi belum sempat dia mengutarakan atau bahkan memahami apa itu, tiba-tiba ada hal lain yang membuatnya seakan terkejut. Ekspresi wajahnya berubah lagi.

Dan di saat yang sama Daniel melompat berdiri, mengagetkan yang lain. “Tunggu.” katanya.

Melihat Josh dan Daniel yang tiba-tiba waspada membuat mereka semua bertanya-tanya.

“Hyung?” tanya Junsu dengan suara setengah berbisik, tidak berani memecah kesunyian itu dengan suaranya yang seperti jerit lumba-lumba.

Wajah Daniel yang putih perlahan kian memucat, mengundang pertanyaan baru di benak mereka. “Se-sejak kapan kita dikepung?” katanya gugup.

“Mwo?” Semua melonjak.

“Jauhi jendela!” kata Josh.

Dia mengebaskan tangannya perlahan, menciptakan perisai berwarna biru transparan yang mengelilingi apartemen itu tepat pada waktunya. Beberapa buah benda dari besi dan sangat tajam tiba-tiba menghujam lantai tempat mereka berpijak pada sisi yang berbeda. Benda itu bergerak ke atas, menampakkan wujudnya.

Hampir semua menjerit kaget. Itu laba-laba besi yang selama ini mereka lihat di televisi. Semuanya, terkecuali Siwon dan Donghae yang pernah berhadapan langsung sewaktu di bandara beberapa waktu sebelumnya.

Mereka secara refleks merapatkan diri ke tengah ruangan, mengelilingi Josh dan Daniel yang semenjak tadi sudah saling memunggungi. Donghae, yang pernah terkena pukulan makhluk itu langsung lemas melihatnya. Siwon yang ada di sebelahnya bergegas menariknya agak ke tengah mengikuti yang lain.

Josh berpikir cepat. Dia mengaktifkan komunikatornya.

“ICO, requesting emergency massive transfer. Destination: Guardians’ Headquarter.”

“Request accepted. Preparing massive transfer…” Mereka mendengar jawaban dari komunikator Josh.

Seakan ada yang menghantam langit-langit dorm, menjatuhkan debu dari atas. Semua lampu berkedip lalu padam. Dan entah suara siapa lagi yang menjerit kali itu.

Josh melempar pandang ke wajah-wajah pucat di sekelilingnya. “Bersabarlah sebentar.” serunya, sementara mereka semua berusaha sedekat mungkin dengannya.

“Commencing massive transfer…”

Dan detik berikutnya mereka semua lenyap dari dorm, meninggalkan laba-laba besi yang akhirnya berhasil menerobos masuk dengan merobek dinding apartemen.

* * *

Kedua puluh dua orang itu teleport masuk ke sebuah ruangan berwarna putih bersih sebesar stadion sepak bola berskala internasional. Mereka jatuh tepat pada bokong masing-masing di lantai yang keras dan agak licin. Beberapa penjaga yang tampaknya sedang latihan di ruangan itu tampak kaget melihat kemunculan mereka yang tiba-tiba.

“Di mana ini?” tanya Hankyung.

“Guardian’s Training Room.” kata Josh. Dia mengusap bokongnya yang sakitnya dua kali dibandingkan yang lain karena sarung pedang yang melingkar di belakang pinggangnya menghantamnya ketika jatuh sewaktu teleport masuk.

“ICO, kenapa kau mengirim kami ke ruangan ini?” sahut Daniel lantang.

“Karena ada yang lain ikut dengan kalian.” Mereka bisa mendengar jawaban dari speaker.

Kedua puluh tamu itu bisa langsung tahu kalau yang menjawab pertanyaan Daniel adalah suara suara mesin dengan intonasi sebagaimana layaknya seorang laki-laki.

“Ada yang lain?” Josh dan Daniel saling bertukar pandang.

“ARRGGGGHHHH…..”

Jeritan itu sontak membuat mereka kaget. Di kejauhan tampak beberapa Penjaga yang tampaknya sedang latihan kini berhadapan dengan sebuah laba-laba berukuran sedang. Laba-laba berukuran sedang disini berarti ukurannya sama seperti dua buah truk biasa yang ditumpuk jadi satu. Jika laba-laba itu berukuran besar, maka besarnya sebanding dengan empat atau lima tumpukan truk tronton yang membawa satu kontainer berukuran besar.

“Semuanya mundur!” sahut Josh, sembari mengeluarkan pedang dari sarungnya. “ICO, set gravity rate to 5.6.”

“Setting room gravity rate from 9.8 to 5.6…”

Beberapa menit berikutnya semua orang merasakan tubuh mereka menjadi lebih ringan dari biasanya, tepat ketika beberapa orang menyerbu masuk ke dalam ruangan.

Profesor Ico dan beberapa Penjaga lain berdiri mematung di depan pintu ketika melihat Josh yang mulai bertarung.

“Daniel, mau ke mana kau?” sahut sang profesor ketika Daniel bergerak maju.

“Membantunya, tentu saja.” balas Daniel. Aura cahaya keemasan keluar dari tubuhnya dan pakaiannya berganti dengan seragam tempur penjaga. Di tangannya kini ada sebuah tongkat panjang setinggi tubuhnya.

Josh dengan dibantu Daniel bertarung dengan saling menutupi kelemahan masing-masing. Pertarungan itu cukup sengit, namun tampaknya tidak ada Penjaga lain yang berniat membantu keduanya.

Mereka harus melompat, menghindar, menyerang balik dengan gerakan-gerakan manuver yang tampaknya tidak mungkin dilakukan tapi nyatanya dapat dilakukan oleh Penjaga.

Daniel mencoba menahan serangan dari kaki-kaki besi laba-laba sementara Josh menggunakan pundaknya untuk melompat lebih tinggi dan menghantam kepala laba-laba itu dengan pedangnya.

Bukan laba-laba namanya jika tidak mengeluarkan benangnya. Dengan membabi buta, laba-laba itu menyemprotkan benangnya ke arah Josh dan Daniel tapi berkat kelincahan mereka, baik Josh maupun Daniel berhasil menghindarinya.

“Hati-hati benangnya!” Mereka mendengar salah seorang yang berteriak.

Josh menyentil jarinya, melontarkan sesuatu ke kepala monster itu, tepat sebelum makhluk besi itu menyemburkan jaringnya lagi. Sebuah perisai kecil menutupi kepala si monster tepat pada waktunya, membuat kepalanya terbungkus oleh benangnya sendiri.

“Josh, serang perutnya dan ambil cairannya! Kita butuh itu.” seru profesor Ico.

Josh mengayunkan pedangnya sekali dan perut laba-laba besi langsung pecah. Dengan menggunakan kemampuannya untuk membuat perisai, Josh berhasil membungkus cairan yang tumpah dari perut kaca laba-laba itu.

Si monster besi mengeluarkan jeritan terakhirnya sebelum jatuh membentur lantai dengan keras, membuat retakan pada lantai itu. Pertarungan itu berakhir dalam waktu hampir lima belas menit.

Profesor Ico tidak bicara apa-apa dan langsung keluar dari ruangan diikuti beberapa Penjaga yang lain. Josh pun mengikuti sang profesor setelah memberi isyarat bagi semua yang datang bersamanya untuk mengikutinya. Kedua puluh member boyband mengikuti mereka dari belakang, menaiki lift secara bergiliran, menyusuri lorong-lorong panjang, hingga masuk ke sebuah ruangan besar berisi berbagai cairan kimia yang tampaknya sebuah laboratorium.

Profesor Ico mengambil sebuah wadah kaca berukuran besar dan meminta Josh menuang semua cairan yang berasal dari perut laba-laba itu ke dalamnya.

“Cairan ini dapat membantu kita untuk mengalahkan mereka.” katanya. “Tapi kita harus tahu komposisi kimianya.”

* * *

“Bagaimana mungkin kalian bisa diserang tiba-tiba? Bagaimana makhluk itu bisa ikut terbawa?” tanya profesor Ico kemudian.

Josh menatapnya bingung. “Aku justru berharap kau bisa menjelaskannya padaku. Apa sama sekali tidak ada sirine tanda bahaya atau semacamnya?”

“Tidak.” jawab profesor Ico, diikuti tatapan horor semua orang. “Sirine sama sekali tidak berbunyi hingga beberapa detik sebelum massive transfer.”

Josh tampak kaget setengah mati. Matanya membulat. “Kalau begitu, dari mana makhluk-makhluk itu muncul?”

Sang profesor tertegun. “Biar bagaimana pun juga kau tampaknya masih bisa bertempur dengan cara seperti itu meskipun kau telah kehilangan semua kemampuan yang kau dapatkan setelah hibernasi.”

Sunyi sesaat.

“Apa?” Tampaknya bukan hanya Daniel yang terkejut.

Profesor Ico menoleh heran. “Kalian tidak tahu?”

“Kalau mereka tahu pun apa gunanya?” kata Josh. Dia lalu mengganti topik pembicaraan. “Kita masih punya banyak ruangan kosong, kan? Mereka butuh banyak pakaian dan barang-barang lain.”

“Kau benar.” kata profesor memandangi anak-anak itu satu per satu. Parasnya yang cantik berhasil membuat sebagian besar dari mereka menunduk dengan wajah merah. “Lagipula dorm mereka benar-benar hancur.”

Ponsel Leeteuk berbunyi. Sebagian perhatian mengarah ke Leeteuk, sebagian lagi ke profesor.

“Pasti ada barang kalian yang rusak karena serangan tadi. Saat ini sedang kami inventarisasi. Semoga saja tidak banyak.”

Semua yang hanya bisa pasrah mendengarkannya, sementara mulut Kyuhyun hanya komat-kamit, berharap PSP kesayangannya baik-baik saja. Namun detik berikutnya dia merutuki kebodohannya sendiri karena baru sadar kalau dorm-nya berada di lantai sebelas bukan lantai dua belas.

“Bagaimana dengan lantai sebelas?” tanya Josh, seakan pikirannya bisa menerima sinyal dari pikiran Kyuhyun.

“Cuma lantai dua belas yang rusak. Lantai sebelas sama sekali tidak tersentuh.” jawab sang Profesor. “Kurasa memang benar mereka adalah targetnya.”

“Setidaknya kami tidak ada yang terluka.” kata Siwon lembut, dengan senyumannya yang memperlihatkan kedua lesung pipinya.

“Seandainya rusak pun kurasa kalian akan segera mendapatkan barang-barang baru...Ow!” Josh menjerit ketika ada yang memukul pundaknya hingga berbunyi sangat keras. “Siapa sih yang memukul...ku? Oh, halo, Liz.”

“Jangan bilang ‘halo’ padaku. Kenapa kau tiba-tiba jadi tidak sensitif, Joshua?” kata Liz yang entah sejak kapan berada di belakangnya. Dia menarik telinga kiri Josh hingga pemiliknya berteriak kesakitan.

“A-aih, bukan begitu maksudku...Aaa…aaa…kupingku.”

Semua menatap Josh dengan Liz dengan bingung. Kelima anggota TVXQ tahu betul bahwa Liz adalah pacar Josh selama hampir dua puluh tahun namun karena suatu kejadian keduanya kini berpisah. Liz sendiri telah menikah dan memiliki seorang anak. Meskipun kini keduanya sudah tidak lagi berjodoh, mereka heran karena ternyata keduanya masih dekat seperti biasa.

Profesor Ico menatap keduanya sambil berdecak. “Kalian berdua ini seperti sedang bermain drama.” gumamnya. Dia berbalik ke yang lain. “Ayo kalian semua, ikut aku dan ganti pakaian kalian.”

“Ganti pakaian?” tanya mereka bingung.

“Untuk konferensi pers.” jawab profesor Ico enteng. “Ah, maksudku rekaman untuk disebarkan di semua stasiun TV nanti.”

“Ah, iya. Mereka harus memberitahu dunia kalau mereka baik-baik saja.” kata Josh setelah Liz melepaskan telinganya.

* * *

“Aku tidak menyangka kalau tempat ini punya tempat konferensi pers.” kata Eunhyuk kagum sambil mengancing pakaiannya. Beberapa member tampak sedang berkutat dengan ponsel mereka masing-masing sambil mengupdate status mereka untuk mencegah hiruk-pikuk karena kehancuran dorm mereka. Mereka semua masih shock, namun berusaha untuk tetap bersikap tenang.

“Biasanya hanya untuk siaran langsung jadi tidak akan ada pers di sini.” kata Josh. Dia menatap mereka satu per satu yang kini telah berganti kostum serba putih. “Karena ini mendadak, kami tidak punya pakaian lain selain seragam ini.”

“Ah, tidak apa-apa.” kata Donghae. “Seragam ini bagus. Aku jadi ingin bertemu dengan perancangnya.”

“Bahannya juga bagus.” tambah Siwon kagum. Sesaat kemudian dia berhenti. “Tapi dari mana mereka mendapat ukuran badan kita?” Dia mengatakan kalimat terakhir dalam bahasa Korea yang cepat. Semua orang di situ, selain Josh dan Daniel, memandangnya. Dalam pikiran mereka juga bertanya-tanya hal yang sama.

“Memang bahannya bagus. Ini anti senjata tajam dan anti peluru.” kata Josh sembari merapikan seragamnya sendiri.

“Bahan seringan ini?” tanya Henry, berusaha mengalihkan perhatian yang lain.

“Pakaian ini juga tidak panas, meskipun kelihatan tebal.” kata Yuchun. “Apa karena udara di sini cukup dingin?”

“Teknologi kami lebih maju seratus tahun jadi bahan kain semacam ini tentu saja ada. Dan tidak, semua ruangan di sini tidak sedingin yang kau kira.” kata Josh. Dia jeda sejenak lalu menghela napas.

“Kenapa kalian menggunakan outfit seperti ini?” tanya Siwon.

“Peraturan.” jawab Josh singkat.

Semua orang yang ada di ruangan itu langsung melempar pandangan ke arahnya.

“Bahkan semua markas cabang juga ada seragamnya sendiri.” tambahnya sebelum ada yang bertanya. “Karena selain berfungsi sebagai seragam pakaian ini juga berfungsi sebagai pelindung. Di tempat ini ada banyak sekali penelitian yang bisa cukup berbahaya kalau tidak hati-hati.” Dia berhenti sejenak sambil berusaha mengingat-ingat sesuatu. “Jadi kuharap kalian tidak keluyuran sembarangan.”

Josh mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya dan menyerahkan pin emas kepada mereka masing-masing. “Ini sebagai tanda kalau kalian adalah tamu di sini. Sematkan di dada kiri kalian ke mana pun kalian pergi.”

Pintu ruang ganti tiba-tiba saja terbuka dan Profesor Ico langsung melenggang masuk. Semua orang kaget. Josh menatapnya dengan mata melotot.

“Profesor, ini ruang ganti laki-laki. Kenapa kau masuk ke mari?” kata Josh sebal.

Sang profesor mengacuhkannya. “Kalian semua tampak seperti pangeran.” katanya sambil nyengir lebar. “Aku sudah mempersiapkan baju itu semenjak kalian kembali dari Corona, dan jangan tanya soal darimana aku mendapatkan ukuran badan kalian.”

Sementara yang lain saling berukar pandang dengan ekor mata mereka, Josh mendengus. “Profesor, sekali lagi kau masuk ke ruang ganti laki-laki, aku akan memanggilmu dengan sebutan nenek.” ancamnya dengan raut wajah serius. Meski ancaman itu kedengaran kekanak-kanakan tapi ternyata sangat ampuh untuk menghadapi profesor cantik itu. “Apa kata petinggi seandainya mereka tahu kau masuk ke kamar ganti laki-laki?” tambahnya.

“Hei, aku cuma mengkuatirkan keadaan kalian…”

“Tapi tidak perlu sampai ke kamar ganti laki-laki! Untung saja kami sudah berganti pakaian.”

Dia dan profesor mulai debat kusir di dalam ruang ganti dengan mendapat tatapan dari semua orang.

“Ayo.” ajak Junsu kepada yang lain. “Atau Jo-hyung nanti tidak akan berhenti mengomeli kita selama berjam-jam.” Yuchun mengikutinya dari belakang sambil tersenyum geli. Yang lain juga mengikutinya, sempat melirik sebentar ke arah Josh dan profesor yang seakan tidak akan berhenti berdebat hingga hari kiamat tiba.

* * *

“Kyu, semenjak tadi kau diam saja.” kata Donghae satu jam kemudian, setelah mereka menyelesaikan rekaman sebagai bentuk pernyataan bahwa mereka baik-baik saja.

Atas arahan profesor, dia, Kyuhyun, Siwon, Henry, Yuchun, dan Junsu diwajibkan agar selalu dekat dengan Josh ke mana pun dia pergi. Daniel yang bertugas mengawasi separo dari mereka ditugaskan untuk melakukan hal lain sehingga mereka berenam harus ikut dengan Josh. Josh sendiri sebenarnya membebaskan mereka untuk pergi ke mana saja semau mereka selama mereka tidak berkeliaran ke tempat-tempat berbahaya. Karena selain merupakan tempat yang aman dari serangan, markas itu juga menjadi lokasi penelitian berbagai macam hal yang cukup berbahaya.

Saat itu Josh sedang berkutat dengan monitor yang ada di depannya, berusaha mencari tahu sesuatu sementara mereka sedang asyik berbincang di sekelilingnya.

“Kyuhyun-a, gwaenchanha?” tanya Siwon.

“Gwaenchanhayo.” jawab Kyu singkat.

“Lalu kenapa Kui Xian-ge tidak bersemangat seperti itu?” tanya Henry.

“Ani.” Kyuhyun tampak ragu-ragu. “Aku…” Semua berusaha menyimak perkataannya. “…Aku hanya rindu PSP-ku.” katanya dengan tampang polos.

Semuanya nyaris jatuh dari tempat mereka duduk.

“Kyu, di saat seperti ini kau masih sempat memikirkan PSP?” kata Siwon sambil tertawa geli.

“Tapi sudah lama sekali aku tidak main.” kata Kyuhyun mencoba membela diri. Dia sengaja memanyunkan bibirnya dengan maksud membuat dirinya kelihatan imut.

“Aigo, Kyu bagaimana kita bisa mendapat PSP?” kata Donghae. “Bahkan dompet saja kita tidak bawa.”

“Masalah dompet, aku sudah meminta beberapa Penjaga untuk mencari dompet kalian di TKP.” kata Adam yang tiba-tiba saja muncul di belakang mereka. Dia tampak tertarik dengan apa yang dikerjakan oleh Josh maka dia mendekatinya.

“Kalau soal PSP, kau bisa pinjam punyaku.” Kini giliran Josh yang bicara meski dengan mata yang tetap terpaku pada layar. “Ah, ini beritanya.”

Semua mata memandang ke layar monitor yang kini menampilkan berita tentang hancurnya dorm SuJu di Korea lengkap dengan semua kerusakannya.

Dorm itu kini nyaris tidak berbentuk. Ada beberapa lubang besar di dinding dorm dan keadaan di dalam seperti baru saja terkena gempa hebat. Tampak beberapa petugas kepolisian sedang memeriksa keadaan di dorm itu.

Donghae, yang terkenal mudah menangis meletakkan puncak kepalanya di bahu Siwon dengan tampang sedih. Sedangkan yang lain tampak sangat sedih melihat kondisi dorm yang begitu mengenaskan. Yuchun dan Junsu tampak turut prihatin.

“Donghae-ah, jangan begini...” kata Siwon pelan meski dia sendiri merasa sedih.

Beberapa menit setelah berita itu muncul perwakilan dari SME yang memberikan pernyataan pers bahwa semua anggota Super Junior baik-baik saja. Berita itu dilanjutkan dengan video pernyataan yang mereka rekam satu jam yang lalu.

Ketika berita itu selesai, Josh baru bicara. “Kalian pasti lelah. Kembalilah ke kamar kalian masing-masing dan istirahatlah.” katanya. “Kurasa kalian tahu tempatnya kan?”

“Ya.” Siwon yang menjawab. “Dua tahun lalu kami sempat tinggal di sini cukup lama.”

Josh tersenyum senang. “Kalau begitu pergilah. Kalian butuh istirahat. Hari ini sangat berat untuk kalian.”

Mereka mulai meninggalkan Josh di ruangan itu. Donghae yang masih sangat sedih dirangkul dan dituntun oleh Henry keluar dari sana.

“Hyung tidak istirahat?” tanya Siwon ketika menyadari Josh tidak ikut dengan mereka.

“Aku masih kuatir dengan Gilland. Sebentar lagi.” jawab Josh.

Siwon mengangguk tanda mengerti meski dia yakin Josh tidak dapat melihatnya.

“Hyung...”

“Hmm?”

“Thanks...for a lot of things.”

Josh memandangi Siwon lalu tersenyum. “Kalau aku bisa melindungi kalian hingga semua ini berakhir, menurutku aku tidak akan merasa lebih senang dari itu.”

Siwon tersenyum lebar lalu berbalik meninggalkan Josh sendirian. Sebagai seorang aktor, dia tahu apa itu pura-pura dan apa itu akting. Itu sebabnya ketika dia meninggalkan ruangan itu senyum tidak pernah meninggalkan wajahnya. Senyum yang memperlihatkan kedua lesung pipinya.

* * *

Tapi malam itu nyaris tidak ada di antara mereka yang bisa tidur. Semua kejadian hari itu, meski terasa mulai mereda, meninggalkan bekas yang mendalam bagi kedua puluh member boyband dan juga Josh.

“ICO, tolong terus cari keberadaan Gilland.” kata Josh sambil memijat kepalanya yang mulai pening. “Aku kuatir terjadi sesuatu padanya.”

“Profesor juga mengatakan hal yang sama. Aku sedang memindai semua lokasi untuk mencarinya.”

“Kuserahkan padamu.” kata Josh lalu meninggalkan tempat duduknya.

* * *

“Hyung, boleh aku tidur denganmu?” tanya Donghae kepada Leeteuk. Dia mendatangi kamar Leeteuk sambil membawa serta bantalnya.

Leeteuk tersenyum geli. “Aigo, kau sudah cukup dewasa untuk tidur sendiri. Insomnia?”

Donghae mengangguk pelan. Ekspresinya saat itu mungkin hanya diketahui member Super Junior yang lain. Ekspresi yang bagaikan seorang anak kecil.

“Untungnya ruangan kita cuma sebelahan.” kata Leeteuk ketika Donghae duduk di tepi tempat tidur. “Aku tidak bisa membayangkan kau membawa bantal dari lantai atas.”

Tempat tidur king size dengan kamar berukuran luar biasa besar memang membuat ruangan tampak agak sepi.

“Hyung, menurutmu apa yang akan terjadi pada kita nanti?” tanya Donghae.

“Molla.” jawab Leeteuk sambil tertawa. Donghae heran pemimpin Super Junior itu bisa tenang di situasi seperti itu. “Sejak kapan aku bisa tahu masa depan?” Dia melihat ke arah Donghae yang menatapnya dengan polos. “Dongsaeng-ah, aku yakin Penjaga ada untuk itu.” Dia lalu membaringkan tubuhnya di sisi lain tempat tidur.

Donghae tersenyum lebar. “Mereka seperti pahlawan pembela kebenaran yang sering kita tonton di televisi sewaktu kita masih kecil. Betul, kan?” Tapi detik berikutnya dia baru tahu kalau Leeteuk telah mendengkur di sampingnya. “Dasar.”

Tak butuh waktu lama baginya untuk sadar kenapa Leeteuk begitu cepat pergi ke alam mimpi. “Ah, semuanya berwarna putih.”

* * *

Siwon baru saja mengganti bajunya dengan pakaian tidur yang disediakan di lemari ketika mendadak dia merasa haus yang tidak tertahankan. Dia mengenakan selop dan keluar dari kamarnya menuju kafetaria yang jarakny

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
SelviKyu #1
Chapter 1: Ini ff WonKyu kan? *tinggal jejak
Kok Josh ya? Tp gpp lah, ceritanya bagus sih ^_^
ningekaputri #2
Chapter 15: akhir na bagian kedua selesai. Msh byk teka-teki dsni. Bkn agak bingung.
ningekaputri #3
Chapter 1: author,,,,aq baca lg hehe,,,oya,,,baru sadar. Josh tuh org indo???jd sbnr na markas para penjaga tu d indo??? Jujur ff ini adalah ff pertama TVXQ yg q baca. Meski knl baik wajah jg sifat member na, tp gak trllu knl slrh lagu na. Hehe. Jd ini ckp mengenalkn q byk hal. Thx ya^^
Narenkyu #4
ini tokohnya dbsk sama suju gitu ? yang wonkyu doang ada gak ?
lyelf15 #5
next chap... good story^^
babykyu_wonie #6
Chapter 11: josh bnar2 penuh dg teka-teki ya..josh dsn liz gk mngkin bersatu lagi ya ?
wonkyu moment ny mana ?????
babykyu_wonie #7
Chapter 10: aduhh ceritanya daebakkk B-) woww josh pnya kemampuan yg luar biasa..
speachless speachless..sumpah keren bgett :-D
tp mimen wonkyu ny mana ??
mgkin next chapter ya.. :-)
babykyu_wonie #8
Chapter 9: wah wah kyukyu bnar2 pntar..aku smakin mencintaimu kekeke
ceritany benar-benar serrrrrruuuu >_<
babykyu_wonie #9
Chapter 8: mian ne coment di chapter ini..hehe kmaren2 gk bisa baca karena gk tau gmana cara coment..trus tnya sama unnie aku dan di ajarin deh caranya :-D
sbner ny aku gk bgtu paham ma ceritany tp ceritany seru bget !!!!! fan lagi ini ff wonkyu tmbah semangat baca ny kkkk~