An Exhausting Job

Till We Meet Again II : Light that Calls
Please Subscribe to read the full chapter

Seminggu telah berlalu semenjak kejadian yang menggemparkan itu terjadi. Situasi di seluruh dunia kini sudah mulai tenang dan tampak baik-baik saja, setidaknya itu menurut pemantauan Josh dari kota tempat tinggalnya. Karena kekurangan informasi—yang notabene sama sekali tidak didapatkannya dari markas, terpaksa beberapa kali dia harus menghubungi Jaejung, Changmin, dan juga Siwon untuk menanyakan kondisi di Korea. Selain jadwal mereka yang sibuk, dia tidak menemukan sesuatu apapun yang di luar kewajaran. Bahkan semua stasiun TV sudah mulai berhenti menayangkan kejadian seminggu sebelumnya.

Hari itu Josh melaksanakan tugasnya sebagai dosen seperti biasanya. Dia baru saja menguliahi mahasiswanya mengenai nilai mereka yang begitu jelek dan berpikir untuk mengakhiri kuliah hari itu lebih cepat dari biasanya.

Hingga saat itu dia masih jengkel dengan Justin—yang semenjak saat itu tidak pernah lagi menghubunginya, jengkel karena dia tidak dilibatkan dalam masalah para Penjaga, dan juga jengkel dengan profesor Ico yang melarangnya datang ke markas untuk waktu yang cukup lama. Sebenarnya apa yang sedang mereka rencanakan dan sembunyikan, dia sama sekali tidak tahu. Tanpa pasokan informasi dari markas besar, dia sama sekali tidak berdaya. Belum lagi beberapa hari ini perasaannya kembali tidak tenang. Ada sesuatu yang kembali mengganggu pikirannya tapi dia tidak bisa menentukan dengan tepat apa itu. pada akhirnya dia harus bergantung pada kemampuannya mengumpulkan dan menganalisa informasi.

Lagi, di minggu itu, di hari yang sama seperti minggu lalu, dia berdiri merenung semua kejadian yang terjadi sambil menatap semburat merah di angkasa dari balkon rumahnya yang berlantai dua.

Josh mencoba mengorek ingatannya dalam-dalam, mencari serpihan-serpihan kecil ingatannya tentang kejadian dua tahun sebelumnya. Dia sudah menuliskan semua yang diingatnya dalam sebuah buku catatan kecil. Tidak beraturan memang, karena semua serpihan ingatannya bisa datang tiba-tiba tanpa bisa dikomando.

Josh merebahkan dirinya di kursi santai dekat pintu balkon lalu membolak-balik halaman buku itu perlahan sambil sesekali menambah catatan-catatan kecil di antaranya.

Menghela napas, dia meletakkan buku itu ke samping kursi itu lalu bangkit. Ponselnya berbunyi ketika dia hendak menuju kamar mandi.

“Halo?”

“Josh?” Dia mendengar suara Gilland di seberang. Dia menatap ponselnya. Itu nomor ponsel Jaejung.

“Ya? Kenapa, Gill?” balasnya.

“Kau bisa kemari?” tanyanya. “Ada yang harus dibicarakan. Ini penting.”

“Oke, di mana?” tanya Josh.

“Dorm Super Junior yang kau datangi seminggu yang lalu.”

“Oke, aku mandi dulu setelah itu langsung ke sana.” Dia menutup teleponnya dan bergegas menuju kamar mandi.

* * *

Josh teleport masuk ke dorm Super Junior dan mendapati semua orang ada di sana. Semua anggota Super Junior, semua anggota TVXQ, Gilland, dan juga Justin. Dan yang membuatnya terperangah adalah sosok lain yang tidak dia sangka akan berada di tempat itu.

Lelaki itu berambut pirang dan bermata biru, sama seperti Josh ketika dalam wujud Eterna-nya dulu. Dia mengenakan jas biasa tanpa dasi, menatap intens secarik kertas yang berada tangannya.

“Adam?” tanyanya. “Sedang apa kau di sini?”

Adam berbalik. “Ah, there you are.” tanggapnya santai.

“Kau ingin bertemu denganku? Untuk apa?”

Adam melambaikan kertas yang dibawanya. “Pembagian tugas.”

“Tugas apa?”

Adam tidak langsung menjawab. “Aku sudah membacakan bagian yang lain, jadi sekarang tinggal kalian bertiga.” katanya sambil menatap Josh dan Gilland. “Josh, tugasmu untuk menjaga Yuchun, Donghae, Junsu, Siwon, Henry, dan Kyuhyun. Sedangkan Gilland bertugas untuk Zhoumi, Hankyung, dan Kibum. Sedangkan yang lain akan mendapat beberapa Penjaga terbaik dari Korea dan negara-negara lain.”

“Tugas apa ini? Dan kenapa aku mendapat sebanyak itu? Gilland hanya dapat separuhnya.” kata Josh protes, tentu saja dalam bahasa Indonesia agar tidak dimengerti oleh yang lain. “Adam, sebenarnya ada apa? Kenapa ada pembagian seperti ini?”

“Dan aku mendapat jatah yang mustahil.” tambah Gilland. “Mereka bertiga punya jadwal yang berbeda. Bagaimana aku bisa menjaga mereka pada tiga tempat yang berbeda? Aku bukan amuba sehingga bisa membelah diri.”

“Josh, kau adalah guardian of protection. Kurasa ini bukan masalah bagimu.” jawab Adam.

“Bahkan guardian of protection punya keterbatasan, kau tahu?” kata Josh mencoba membela diri. “Dan untuk apa merek memerlukanku?”

Adam menatap Josh sejenak lalu menghela napas. “Kurasa kau harus tahu ini.” katanya serius.

“Ya, katakan padaku karena aku tidak tahu apa-apa.” tanggap Josh agak sinis.

“Kami curiga kemunculan monster aneh kali ini bukan tanpa sebab.”

“Maksudnya?”

“Pembatas antar dimensi yang berfungsi untuk mencegah masuknya makhluk-makhluk itu ke dunia kita entah kenapa tiba-tiba saja tidak ada pada tempatnya. Kami sendiri tidak tahu kapan mereka menyeberang masuk ke dimensi ini sehingga terjadi serangan tiba-tiba minggu lalu. Apa menurutmu hal itu tidak aneh?” jelasnya panjang lebar.

“Kalian tidak tahu kalau pembatas antar dimensi hilang?”

“Kami tidak menyadarinya sampai setahun yang lalu.” kata Adam. “Dan pembatas antar dimensi itu tidak mudah dibuat. Dan leluhur kitalah yang dulu yang membuatnya.

“Satu lagi. Serangan minggu lalu kelihatannya terjadi secara acak tapi ternyata tidak di beberapa tempat.”

Josh terdiam, otaknya berusaha mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh Adam. “Apa maksudnya tidak acak? Apa mereka mengikuti pola tertentu?”

“Benar.” Adam menatapnya dalam-dalam. “Tempat yang diserang semuanya adalah lokasi dimana mereka berada.” Dia mengangguk ke yang lain. “Waktu itu ada banyak Penjaga yang berhasil menghalau secara diam-diam sehingga mereka tidak terluka dan berhasil keluar dari sana dengan selamat.” katanya. “Serangan yang paling parah terjadi di bandara.”

Josh menatapnya dengan horor. “Ta—tapi bagaimana dengan tempat ini? Mereka tidak menyerang kemari.” katanya lagi.

“Itu karena aku sudah memerintahkan beberapa Penjaga untuk memantau tempat ini lama sebelum mereka muncul.”

“Jadi kau sudah tahu mereka akan menyerang dan apa saja target mereka? Sejak kapan?”

“Setahun sebelum kau kembali, profesor Ico sudah tahu ada aktifitas yang tidak biasa terjadi di seluruh dunia.” Justin akhirnya angkat suara. “Dia sudah berhasil memantau semua lokasinya tapi tidak dapat berbuat apa-apa karena lokasinya yang sangat sulit dijangkau meski dengan semua kecanggihan teknologi yang dimiliki Penjaga. Kalian tetap belum bisa bepergian hingga ke Pluto, kan?”

“Apa? Sejauh itu?” seru Josh kaget. “Lalu apa hubungannya dengan mereka?”

“Mereka adalah target utamanya.” kata Justin akhirnya.

“Apa?!” Sekarang Gilland ikut kaget. “Apa maksudnya? Bagaimana mungkin mereka menjadi target utamanya?”

“Itu kemungkinan terburuk.” kata Adam. “Apa motifnya, bahkan profesor sendiri belum tahu.”

Sunyi lama. Semua memandangi keempatnya tanpa ekspresi karena tidak sama sekali mengerti apa yang mereka perbincangkan.

“Kalau kami harus melakukan ini, bagaimana dengan jadwal mereka?” kata Gilland lagi, mengulangi pertanyaannya tadi.

“Itu sebabnya kita butuh improvisasi di lapangan.” kata Adam. “Akan ada Penjaga pengganti sementara mereka melakukan kegiatan yang terpisah.” Dia menatap yang lain. “Bagaimana? Kalian sudah menyusun jadwal kalian seperti yang kuminta?”

Yesung, Henry, dan Leeteuk masing-masing menyerahkan beberapa lembar kertas kepada Adam.

Penasaran, Josh menghampiri Adam lalu ikut melihatnya dari balik bahunya. Matanya terbelalak begitu besarnya sehingga kelihatan nyaris lepas dari rongganya. Beberapa kali dia mengucek matanya untuk memastikan apa yang dilihatnya itu tidak salah. Dia menatap mereka semua yang membalas tatapannya dengan cengiran karena geli melihat reaksinya.

“Jadwal macam apa ini?” kata Josh sambil memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing. “Mereka nyaris tidak punya waktu untuk istirahat!”

Meskipun sebenarnya sangat kaget, Adam tetap masih bisa tenang. “Aku akan meminta seseorang untuk mengatur jadwal penjagaan.” katanya. “Kalau mereka berkumpul, tugas kalian untuk menjaga mereka dalam kelompok.”

Adam menatap jadwal itu lagi. Gilland ikut melihatnya dari samping.

“Ini konyol.” katanya memberi komentar. “Ini seperti kerja rodi!”

“Adam, entah kau setuju atau tidak tapi kurasa jadwal mereka perlu dikurangi.” kata Josh. “Selain untuk kesehatan mereka, kita juga akan lebih mudah melakukan pemantauan. And for the sake of all.”

“Aku setuju.” kata Justin. “Tapi dengan kondisi mereka yang sedang berada di puncak saat ini…”

“Mungkin kita bisa mengurangi TV show atau semacamnya. Sebisa mungkin bisa kita akan mengurangi spekulasi yang akan terjadi di luar sana.” kata Adam, masih terus memperhatikan jadwal itu dengan teliti. “Aku setuju. Ini perlu pengaturan ulang. Akan kulakukan nanti.” Dia berhenti melihat kertas itu lalu menatap Josh.

“Kau mulai besok pagi.” katanya.

“Apa? Tapi besok pagi aku harus mengajar karena dua minggu lagi akan ada ujian akhir.” seru Josh protes.

“Kosongkan saja.” sela Justin cepat dan berkesan seenaknya. Josh langsung menoleh, menatapnya dengan sengit.

“Kau juga harus minta ijin untuk cuti selama setahun.” tambah Adam.

“Apa?” seru Josh, kali ini suaranya lebih besar dari yang tadi, sehingga Adam harus menutup sebelah telinganya. “Apa kau sudah gila? Cuti satu semester saja sulit, apalagi satu tahun?”

“Tapi mereka tidak bisa menolak kalau ada rekomendasi dari dewan keamanan PBB.” kata Adam sambil nyengir.

Josh melongo. “PBB?” Dia berhenti sejenak untuk berpikir. “Jangan bilang kalau…”

“Itu salah satu ide gila profesor.” sela Gilland. “Dia langsung meminta dukungan dari dewan keamanan PBB untuk masalah ini. Kau tahu sendiri resikonya. Dia harus membuka sebagian cerita tentang Penjaga.”

Josh tertegun. “Selama ini kita hanya bekerja sembunyi-sembunyi tanpa ada yang tahu, termasuk PBB.” katanya. “Seberat itukah masalah kali ini sampai-sampai dia berani bertindak sejauh itu?”

“Kita tidak perlu memikirkan hal itu. Itu urusan para elder.” kata Adam. “Baiklah, kurasa cukup untuk saat ini. Aku harus pergi karena selain urusan pertempuran masih banyak urusan administrasi yang harus kukerjakan.”

“Tunggu.” kata Josh cepat. “Kau masih belum menjawab pertanyaanku.”

Adam menatapnya. “Tenang saja, kau akan dapat bantuan.” katanya sambil tersenyum. Detik berikutnya dia teleport keluar dari dorm itu.

Josh mendengus. Dia paham betul bantuan macam apa yang akan dia dapatkan. “Kukira aku sudah tahu siapa.” gumamnya.

“Aku juga harus pergi.” kata Justin. “Terlalu banyak emosi negatif yang harus dibersihkan.” Hampir seisi ruangan memandanginya dengan bingung, termasuk Josh dan Gilland.

“Apa maksudmu?” tukas Gilland, sementara Josh kembali memandanginya dengan sangar.

Justin mendadak tersadar kalau kata-katanya membuat yang lain salah kaprah. “Oh, bukan itu maksudku.” katanya cepat. “Di dunia ini setidaknya ada tujuh kota yang memiliki energi negatif terbesar di dunia dan itu harus dibersihkan.”

Ekspresi Josh melunak. “Untuk apa kau melakukannya?” tanyanya.

“Karena ini ada hubungannya dengan kejadian kemarin.” jawabnya.

“Kau memurnikannya dengan menggunakan sihir.” kata Gilland. “Kau tahu itu tidak bertahan lama.”

“Dan harganya sangat mahal.” tambah Josh.

“Aku tahu.”

* * *

Alhasil, Josh dan Gilland harus menghabiskan malam mereka di dorm SuJu sambil berbincang-bincang dengan mereka dan anggota TVXQ seluruhnya. Hal itu mereka lakukan demi menjalin hubungan persahabatan yang lebih baik, bukan hanya sebagai bodyguard dengan orang yang dijaga.

Dalam pandangan Josh, dan juga Gilland yang sebenarnya sudah lebih lama berkumpul dengan mereka, anak-anak itu berperangai baik meski terkadang nakal seperti halnya anak laki-laki pada umumnya. Namun yang jadi masalah adalah, mereka bukan lagi anak-anak, melainkan pria dewasa yang berperangai seperti anak-anak. Well, setidaknya sebagian dari mereka.

Sifat mereka berbeda-beda namun memiliki satu tujuan membuat mereka bisa kompak. Di sisi lain, kelima anggota TVXQ, yang bagi Josh sudah dianggap sebagai keluarga, memiliki keunikan sendiri. Sama seperti yang lain, kegilaan mereka bisa muncul kapan saja, bahkan ditengah-tengah situasi yang bisa dibilang kurang cocok untuk itu.

“Yah, Su-ie…” Yuchun mengguncang-guncangkan lengan Junsu.

“Ne? Waeyo?” tanya Junsu bingung. Dia terlalu asyik berkutat dengan ponselnya hingga tidak mendengar apapun dari tadi.

Josh menepuk dahinya sambil menggeleng sementara Siwon, Kyuhyun, Donghae, dan Henry yang kini ikut duduk bersama mereka tersenyum geli.

“Jo-hyung sedang menanyakan jadwalmu.” kata Yuchun, tertawa kecil. “Masih ada berapa drama musikal lagi?”

“Sekitar tiga, aku tidak begitu ingat.” kata Junsu sekenanya. Dia kembali berkutat dengan ponselnya.

Josh duduk bersila di lantai. Kedua tangannya digunakan untuk menopang dagunya. Dia memberikan tatapan kau-sudah-dewasa-tapi-tingkahmu-seperti-anak-kecil pada Junsu. Yang ditatap malah masih asyik sendiri dengan ponselnya tanpa mempedulikan kondisi sekitarnya.

Yuchun merebut ponsel itu dari tangan Junsu lalu berbisik di telinganya. “Yah, kau tahu sendiri Jo-hyung tidak suka menunggu jawaban terlalu lama.” Kali ini Josh benar-benar tidak paham apa yang mereka katakan. Dan untuk kesekian kalinya dia menyesal tidak pernah ikut kursus bahasa Korea.

“Kembalikan.” kata Junsu, berusaha merebut kembali ponselnya. “Jadwalnya ada di situ.” Setelah Yuchun mengembalikannya, dia menekan beberapa menu lalu kemudian menyerahkan ponsel itu kepada Josh.

Josh cuma menatap ponsel itu sejenak sebelum mengembalikannya kepada Junsu dalam diam. Yuchun lalu mengambilnya dari tangan Josh. Tentu saja Josh akan mengembalikan ponsel itu padanya. Seluruh tulisan di ponsel itu menggunakan aksara Korea.

“Pabbo-yah. (Bodoh)” kata Yuchun geli. “Hangeul?”

Kyuhyun meledak tertawa. Siwon senyum-senyum saja di situ sembari sesekali menyuruh Kyuhyun untuk berhenti tertawa. Yang lain terkikik seru memandang tingkah laku Junsu.

Akhirnya Yuchun yang menerjemahkan jadwal itu sementara Josh menuliskannya pada selembar kertas.

“Ini jadwal tergila yang pernah aku lihat.” katanya kemudian, menatap horor lembaran kertas yang tersebar di hadapannya. “Jangan tersinggung, tapi kurasa kalian semua terlalu gila kerja.”

Mereka hanya menanggapinya dengan tawa.

“Kalau melihat jadwal ini, kalian berempat ada show besok.” kata Josh kemudian.

“Dan kami harus berangkat ke Jepang untuk fan meeting.” tambah Junsu, pada akhirnya.

Semua mata memandangnya. Sifat kekanak-kanakannya tiba-tiba telah diganti dengan kharisma yang sulit dilukiskan.

“Aku akan meminta Adam untuk mencari penggantiku untuk menjaga kalian.” kata Josh sambil menatap Yuchun dan Junsu. “Aku benar-benar minta maaf.” Meski berkata begitu, tatapan matanya tegas.

Yuchun mengangguk. “Tidak masalah.” katanya. “Tap

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
SelviKyu #1
Chapter 1: Ini ff WonKyu kan? *tinggal jejak
Kok Josh ya? Tp gpp lah, ceritanya bagus sih ^_^
ningekaputri #2
Chapter 15: akhir na bagian kedua selesai. Msh byk teka-teki dsni. Bkn agak bingung.
ningekaputri #3
Chapter 1: author,,,,aq baca lg hehe,,,oya,,,baru sadar. Josh tuh org indo???jd sbnr na markas para penjaga tu d indo??? Jujur ff ini adalah ff pertama TVXQ yg q baca. Meski knl baik wajah jg sifat member na, tp gak trllu knl slrh lagu na. Hehe. Jd ini ckp mengenalkn q byk hal. Thx ya^^
Narenkyu #4
ini tokohnya dbsk sama suju gitu ? yang wonkyu doang ada gak ?
lyelf15 #5
next chap... good story^^
babykyu_wonie #6
Chapter 11: josh bnar2 penuh dg teka-teki ya..josh dsn liz gk mngkin bersatu lagi ya ?
wonkyu moment ny mana ?????
babykyu_wonie #7
Chapter 10: aduhh ceritanya daebakkk B-) woww josh pnya kemampuan yg luar biasa..
speachless speachless..sumpah keren bgett :-D
tp mimen wonkyu ny mana ??
mgkin next chapter ya.. :-)
babykyu_wonie #8
Chapter 9: wah wah kyukyu bnar2 pntar..aku smakin mencintaimu kekeke
ceritany benar-benar serrrrrruuuu >_<
babykyu_wonie #9
Chapter 8: mian ne coment di chapter ini..hehe kmaren2 gk bisa baca karena gk tau gmana cara coment..trus tnya sama unnie aku dan di ajarin deh caranya :-D
sbner ny aku gk bgtu paham ma ceritany tp ceritany seru bget !!!!! fan lagi ini ff wonkyu tmbah semangat baca ny kkkk~