eight
DREAMJongdae memasuki rumahnya perlahan. Ia tak mau berhadapan dengan Tuan ataupun Nyonya Park. Ia sudah cukup bahagia hari itu. Ia tak mau merusak moodnya dengan bertemu orang yang membencinya.
Sayangnya, dewi keberuntungan sedang tidak dipihak Jongdae.
Begitu ia masuk, ia melihat Chanyeol dengan kedua orang tuanya tengah makan malam di ruang makan. Ia hanya menatap Chanyeol dengan bingung. Sejak kapan Chanyeol bisa pulang seawal ini? Bahkan ketika Jongdae sakit pun, ia tak bisa pulang seenaknya.
“Oh, Jongdae! Udah pulang?” sapa Chanyeol, hendak berdiri memeluk Jongdae. Malahan, ia ditarik untuk tetap duduk oleh Nyonya Park, yang duduk di sampingnya.
“Ma…” rengek Chanyeol.
“Aku baik-baik aja. Aku ke kamar dulu ya.”
“Jongdae, ayo ikut makan,” kata Nyonya Park. Jongdae yang mendengarnya terbelalak terkejut, begitu pula dengan Chanyeol dan ayahnya.
“Ma..” kata Chanyeol, terharu.
“Kenapa, sayang? Dia kan istri kamu, mama seharusnya menghargai.”
“Astaga, mama. Mama baik banget. Dae, ayo ikut makan,” ajak Chanyeol.
Jongdae mau mengiyakan, namun ia meihat senyum palsu Nyonya Park pada dirinya. Bertahun-tahun hidup sendirian mencari nafkah, kau akan tahu dengan sendirinya, mana senyum tulus, dan mana yang palsu.
“Tidak, terima kasih. Aku tadi udah makan. Aku duluan,” balasnya seraya membungkuk ke orang tua Chanyeol.
Selama orang tua Chanyeol masih ada disini, ia tak yakin hubungannya dengan Chanyeol akan baik-baik saja.
Jongdae terbangun tengah malam, karena suara ponselnya sendiri. Ia mengerang kesal, mengira-ngira siapa yang berani mengganggu tidur malamnya. Ia dapat merasakan, Chanyeol di sampingnya juga terbangun. Wajahnya jelas-jelas menunjukkan rasa kesal.
Jongdae lantas mengambil ponselnya dan melihat jam. Masih jam 5 pagi. Chanyeol biasa pergi kerja jam 8. Tanpa melihat siapa yang menelponnya, ia pun mengangkat panggilan tersebut.
“Halo?” sapa Jongdae. Dari matanya, ia melihat Chanyeol berbalik dan lantas kembali tidur.
“Jongdae, dia udah mau keluar.”
Dahi Jongdae menyerngit bingung. Ia lantas menjauhkan ponselnya dari telinganya dan melihat siapa yang menelponnya pagi-pagi.
“Baekhyun, siapa yang mau keluar?” tanyanya lagi, kini lebih lemah.
“Kyungsoo, Dae. Kyungsoo!” jerit Baekhyun.
“Apa?!” teriak Jongdae, yang langsung membuat suaminya bangun, waspada.
“Kenapa?” bisik Chanyeol. Jongdae mengangkat tangannya, mengisyaratkan Chanyeol untuk menunggu sebentar. Keduanya kini duduk di kasur dengan lutut yang saling bersentuhan.
“Dae? Kamu masih disana?”
“Iya. Iya. Kamu dimana?”
“Sehun sama aku udah di rumah sakit. Kyungsoo harusnya keluar 2 minggu lagi, tapi mau gimana lagi. Dia udah pengen keluar,” jelas Baekhyun.
“Ok. Aku kesana sekarang. Tunggu aku.”
“Ok.”
“Siapa?” Tanya Chanyeol penasaran.
“Baekhyun. Kyungsoo udah mau keluar katanya.”
“Apa? Kamu mau ke rumah sakit sekarang?”
“Iya. Kamu tidur lagi aja. Aku pergi sendiri juga bisa.”
“Ya ampun, mana mungkin aku nyuruh istriku untuk pergi ke rumah sakit pagi begini. Kamu ganti baju gih. Aku siapin mobil dulu,” balas Chanyeol.
“Makasih, sayang.”
“Sama-sama. Udah, cepet
Comments