one.

DREAM
Please Subscribe to read the full chapter

Chanyeol mengerang dan lantas membuka matanya. Ia meraba-raba kasur bagian sebelahnya, merengut ketika mendapatinya kosong dan dingin, seolah memberi tahu bahwa orang di sebelahnya telah bangun untuk waktu yang lama.

Sambil meregangkan tangannya, Chanyeol bangkit dari kasurnya dan berjalan keluar. Langkahnya terhenti di pintu kamarnya ketika ia melihat istrinya tengah berada di dapur. Rambut panjangnya yang basah dibiarkan tak terikat menghiasi punggungnya. Kakinya yang berjalan sambil melompat-lompat kecil kemanapun ia pergi, ciri khas istrinya. Pinggangnya yang cocok sempurna ketika ia peluk. Segala sesuatu tentang istrinya tampak istimewa pagi itu.

Chanyeol menyenderkan tubuhnya pada pintu, mengamati istrinya memasak dalam diam. Ia benar-benar sangat beruntung memiliki Jongdae sebagai pendampingnya. Cantik, manis, pintar memasak. Semua hal yang kau minta dalam seorang istri ada dalam dirinya.

Lamunannya tak bertahan lama karena ia mendengar suara rintihan dari arah Jongdae. Dengan segera, ia berlari kearahnya dengan wajah khawatir.

“Kenapa? Kau terluka?” tanyanya panik. Istrinya tampak memegang jari telunjuknya yang terbeset pisau. Dengan khawatir, Chanyeol mengambil jari istrinya dan bergegas membawanya ke ruang tamu. Lukanya tak dalam, namun darah yang dikeluarkannya cukup banyak, menambah kekhawatiran Chanyeol.

Ia segera menarik Jongdae duduk di sofa ruang tamu mereka. Menjadi putra tunggal dari orang kaya, sudah pasti rumah mereka berdua akan sangat luas dan megah. Mulai dari desain interior sampat eksteriornya semua diperhatikan secara mendetil. Tapi Jongdae pernah jujur pada Chanyeol, bahwa ia merasa sesak berada di rumah seluas itu dan ingin pindah ke rumah yang lebih kecil. Chanyeol sendiri masih belum mempertimbangkan keputusan tersebut.

Chanyeol lantas mengobati jari Jongdae, seraya istrinya itu meringis perih. Lalu dengan lembut, ia meniup lukanya tersebut, berharap dengan demikian luka tersebut cepat sembuh.

“Maaf.” Jongdae tertunduk malu.

“Lain kali jangan main ke dapur sendirian,” balas Chanyeol seraya menarik Jongdae keatas pangkuannya. Istrinya itu kini duduk dengan aman diatas kedua paha Chanyeol dengan kedua tangannya melingkar di pinggang mungilnya.

“Aku gak main ke dapur. Aku mau masak tadinya.”

“Masak? Gak salah dengar? Jongdae mau masak?” balas Chanyeol menjaili istrinya.

Jongdae hanya tertunduk malu. Chanyeol dapat merasakan seberapa cepat detak jantungnya kala itu dilihat dari seberapa dekat mereka berdua. Kedua tubuh mereka saling menempel. Punggung istrinya itu menempel dengan dadanya.

Jongdae tak bisa memasak. Ia menghabiskan hampir seluruh hidupnya bekerja dan bekerja, tak pernah di rumah. Chanyeol, di sisi lain, sangat pandai memasak. Biasanya Chanyeol yang memasak, dan melihat Jongdae memasak membuatnya bingung.

Tiba-tiba, Jongdae membalikkan tubuhnya, kini menatap Chanyeol dengan kedua matanya.

“Tapi hari ini ulang tahunmu. Aku mau memasak sesuatu yang spesial untukmu,” jawab Jongdae. Ia sedih rencananya gagal. Ia sudah mempersiapkannya sejak lama. Ia bahkan menelpon Baekhyun untuk mengajairinya memasak. Ia tak percaya semuanya gagal.

“Dan seperti biasa, kamu gak usah ngasih hadiah ke aku. Cukup jadi istriku saja sudah cukup,” balas Chanyeol seraya mengecup bibir istrinya.

“Terus, liat sekarang. Jari kamu terluka.” Chanyeol kembali mengecup istrinya. Jongdae malah makin merengut, wajahnya jelas menunjukkan bahwa ia sedih.

“Sudah, tak ap—“

Tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh Jongdae dan didorongnya ia memasuki kamar tidur mereka.

“Tunggu disitu. Jangan keluar sampai aku bilang keluar. Oke?” kata Jongdae seraya menutup pintu kamar tidur mereka tepat di depan wajah Chanyeol.

“Dae—“

“Ga! No, no, no, no! Aku beres masak terus kamu boleh keluar.”

“Nanti kamu terluka gimana?”

“No, Park Chanyeol. Kalau kamu keluar sebelum aku beres awas ya!”

Chanyeol hanya dapat tertawa dari dalam kamarnya. Kalau Jongdae memang benar-benar ingin memasak untuknya, lebih baik ia menikmatinya. Kapan lagi istrinya mau memasak baginya. Chanyeol tak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini.

“Ya sudah, hati-hati Dae.”

Chanyeol tak mendengar jawaban istrinya, hanya mendengar suara sesuatu di goreng. Chanyeol menghela nafas bahagia.

Kalau malaikat itu nyata, Jongdaekah itu?

Jongdae menata meja di ruang makan mereka perlahan. Sudah setengah jam ia mengurung Chanyeol di kamarnya (kamar mereka). Apakah Chanyeol tertidur?

Dengan perlahan ia membuka kamar mereka dan melihat Chanyeol tengah terbaring pulas diatas kasur mereka. Ia lantas tersenyum dan naik ke kasur untuk berbaring di sebelahnya.

Ia menatap paras suaminya. Pria yang sudah tinggal bersamanya selama 5 tahun. Matanya, hidungnya, bibirnya. Ia mencintai setiap inci dari suaminya itu. 5 tahun berlalu dan perasaannya masih sama. 5 tahun sudah mereka hidup bersama, namun masih ada yang kurang. Masih ada sesuatu yang belum melengkapi kesempurnaan keduanya.

Sesuatu yang selama ini ia impikan.

Beberapa saat kemudian Chanyeol membuka matanya.

“Kau puas melihatku tidur?”

“Belum puas.”

“Kau lebih suka lihat aku tidur atau bangun?”

“Tidur. Kalau kau tidur kau tidak terlalu menjengkelkan.”

“Hey! Kau jahat sekali.”

Jongdae hanya tersenyum melihat tingkah konyol suaminya.

“Ayo keluar. Makanannya sudah jadi.”

“Happy birthday, Park Chanyeol,” ucap Jongdae ketika mereka tiba di meja makan.

“Thanks, babe,” balas Chanyeol sambil mengecup bibir Jongdae sebelum akhirnya ia duduk.

“Wah, apa ini?” tanyanya melihat makanan yang tersaji. Makanan diatas meja makan terbilang sederhana. Hanya ada kimchi, 2 piring nasi digulung telur, miliknya punya mata yang dibuat dari sosis dan mulut yang digambar dengan saus tomat (Chanyeol tidak suka pedas), sementara milik Jongdae polos.

“Cuma ini yang bisa aku masak. Maaf kalau gak enak.”

“Sudah pasti enak, sayang.” Enak atau tidak enak, Jongdae sudah memasaknya. Tentu saja bagi Chanyeol semuanya terasa lezat (Walau telurnya sedikit terlalu asin. Tapi dia menganggap istrinya jenius, karena ketika dimakan bersama nasi, rasanya sempurna.).

“Malam ini kamu gak ada acara kan?” Meski sudah menikahi Chanyeol , Jongdae masih empertahankan pekerjaan lamanya. Katanya ia bosan kalau seharian di rumah.

Jongdae hanya menggelengkan kepala. “Kenapa?”

“Mamaku mau ngadain acara makan malam. Untuk ulang tahunku kayanya. Kau bisa datang kan?”

Bukan rahasia lagi kalau seluruh keluarga Chanyeol membenci Jongdae. Mereka bahkan tak repot-repot menyembuyikannya lagi. Setiap kali mereka bertemu, Jongdae dianggap tak ada. Jongdae sudah berusaha sebisanya untuk membuat keluarga Chanyeol menyukainya, namun usahanya sia-sia.

“Emm, bukannya lebih baik aku gak ikut? Orang tuamu kan gak suka sama aku.”

“Kalau gak ada kamu, aku gak mau ikut,” balas Chanyeol kekanak-kanakan.

“Yeolli~”

“Gak mau.”

“Ya sudah, aku ikut.”

“Janji? Jangan bohong ya.”

“Ya, janji.

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ZahraKim21 #1
Chapter 10: Kak, apa udh discontinue?
Krissan #2
Chapter 1: Can I get an English translation for this story I really wanna read this.... Please
pandachen #3
Kok nggk update2.....????
lurvejunho #4
Chapter 8: Omo i know jongdae n jongin relationship will be like noona n donsaeng but i am afraid chanyeol will think otherwise.n when jongdae will tell chanyeol about the baby
pandachen #5
Kapan updatenya????
pandachen #6
Chapter 6: Kapan updatenya lagi???
lurvejunho #7
Chapter 6: Jongdae need to take care of his health.n who save him?is it jongin?
evanialyn #8
Chapter 4: Suka banget sama cara author mendeskripsikan hubungan jongdae sama chanyeoll!!! So sweet banget! Jadi kepo sama jongin sebenernya siapa, di tunggu chapter selanjutnya, menarik banget ceritanya beda sama yang lain.
Ikhtiar #9
Chapter 3: OMG.....
agak kasihan lihat jongdaee
ceritanya tambahh bagusss bangettt
pandachen #10
Kapan lanjut nyaa????