two.
DREAMJongdae terduduk di kamarnya dengan lemas. Perkataan ibu mertuanya beberapa hari lalu masih saja terngiang di benaknya. Apakah ia terlalu percaya diri? Ia selalu sendirian hampir sepanjang hidupnya, apakah egois menginginkan seseorang untuk dicintai?
“Sayang, kenapa belum tidur?” Suara Chanyeol mengagetkannya. Ia lantas memeluk istrinya dari belakang dan menyenderkan kepalang di bahu istrinya.
“Ada apa? Mikirin apa?”
Jongdae hanya menggelengkan kepala.
“Gak, aku cuma gak bisa tidur aja.”
“Jongdae, kamu tahu kamu bisa cerita semuanya ke aku kan?”
Jongdae lagi-lagi mengangguk.
“Apa ini soal mama?”
Jongdae terdiam. Ia tidak mengiyakan maupun menyalahkan.
“Jadi bener, tentang mama.”
Chanyeol lantas menarik istrinya itu, sehingga keduanya berbaring di kasur saling berhadapan satu sama lain.
“Aku gak tau apa yang mama omongin ke kamu. Aku tanya juga kamu pasti gak mau jawab. Tapi inget satu hal, kalau kamu disini itu bukan pilihanmu, melainkan aku yang mau. Aku yang butuh kamu. Aku yang jauh lebih dulu mencintaimu.”
Chanyeol mengelus-elus wajah Jongdae dengan lembut seraya melanjutkan.
“Maaf kalau karenaku kamu jadi gak tenang hidupnya.”
Jongdae segera menggeleng.
“Kalau gak ada kamu, aku gak tahu jadi apa sekarang.”
“Makanya, jangan ceberut mulu. Aku kangen senyum istriku.”
Dengan itu, Jongdae tersenyum. Ia lantas mendekatkan dirinya pada suaminya, saking dekatnya sampai ia bisa merasakan detak jantungnya. Jantungnya yang berdetak bagi Jongdae.
Chanyeol merangkulnya dan mengecup dahinya. Gawat, ia sangat mencintai Jongdae.
…
“Selamat datang di Double C. Ada buku spesifik yang dicari?” tanya Jongdae ramah. Pria dihadapannya membalas senyumnya dan lantas berkeliling untuk melihat-lihat.
“Gak apa. Aku mau melihat-lihat dulu,” balasnya. Pria itu memiliki suara yang dalam. Dari gaya berpakaian dan wajahnya, Jongdae berani bertaruh pria itu tak lebih tua darinya.
“Kalau ada apa-apa, bisa tanya.”
Jongdae lantas kembali ke kasir. Beberapa saat kemudia pria itu kembali dan membawa sebuah buku. Novel, dilihat dari bungkusnya.
“Ini saja?”
Pria itu mengangguk.
“Jadi 40 ribu.”
“Tunggu, kau Jongdae?” tanya pria tersebut setelah melihat nametag yang dikenakan Jongdae.
“Ya, saya Jongdae,” balasnya ramah.
“Jongdae, Kim Jongdae? Istri Chanyeol?” Jongdae terkejut mendengarnya. Tak banyak yang mengetahui pernikahannya dengan Chanyeol. Bahkan media saja tak tahu. Melihat betapa terkenalnya Chanyeol, hal tersebut tentu mengejutkan.
“Anda temannya Chanyeol?”
Pria itu lantas tertawa.
“Jadi benar, kau istrinya Chanyeol! Aku temannya, teman lamanya!”
Jongdae belum pernah melihatnya sama sekali. Apa Chanyeol punya teman rahasia?
“Oh, benarkah? Chanyeol tak pernah menyebutmu.”
“Sudah lama sejak kita terakhir bicara. Mungkin sebelum kau bahkan bertemu dengannya.”
“Benarkah? Kalau begitu, kau mau nomornya? Mungkin kau mau menghubunginya lagi.”
“Tak usah, tidak apa-apa. Aku tahu nomornya.”
Jongdae hanya mengangguk sambil tersenyum.
“Kalau kau pulang nanti, bisa titip salam? Aku sangat merindukannya.”
“Boleh. Salam dari siapa?”
“Jongin. Kim Jongin. Katakan padanya juga kalau aku sangat merindukannya.”
“Baik, Jongin. Akan kuberitahu Chanyeol kau mampir.”
Kim Jongin. Namanya terdengar tidak asing.
…
“Gimana keadaan Yixing, hyung?” tanya Chanyeol. Keduanya tengah berada di sebuah café setelah sebelumnya Chanyeol mengajak Junmyeon minum kopi bersama. Sudah lama keduanya menghabiskan waktu bersama. Alasan tersebsarnya karena
Comments