nine.

DREAM
Please Subscribe to read the full chapter

“Yeol-ah, besok siang ada waktu?” tanya Jongdae ketika keduanya sudah tiduran di kasur malam itu. Tangan besar Chanyeol memeluk pinggang mungil istrinya dengan erat, menyebarkan rasa hangat ke sekujur tubuh Jongdae.

“Huh? Kenapa?”

“Cuma penasaran aja,” jawabnya lagi. Jawabannya malah membuat Chanyeol makin penasaran.

“Ih, ada apa?” tanya Chanyeol merengek.

“Besok aku kayanya mau check up. Aku cuma mau nanya kamu bisa ikut gak?”

“Oh my god!” jerit Chanyeol berlebihan,”Of course, babe. You don’t even need to ask.”

“Gomawo,” balas Jongdae setengah berbisik. Suaranya menandakan dirinya akan segera terbang menuju dreamland.

“G’nite, dear.” Park Chanyeol lantas mengecup istrinya dengan sayang.

 

Keesokan paginya, ketika Jongdae bangun, Chanyeol sudah tak lagi disampingnya. Paginya hanya disapa dengan angin dingin tanpa kehadiran Chanyeol. Jongdae bergegas mengganti pakaiannya dan berangkat kerja. Ia tak tahan berada bersama orang tua Chanyeol ketika prianya itu tidak ada. Ia sempat memberi pesan pada Chanyeol, mengingatkannya akan check up nanti siang.

“Noona!” Suara yang familiar menyadarkannya dari lamunan panjangnya. Sejak pagi tidak ada pelanggan sama sekali. Jongdae akhirnya memutuskan untuk menutup tokonya dan segera ke rumah sakit lebih awal. Dan sejak pagi tadi pula, Chanyeol masih belum membalas pesannya. Jongdae khawatir, ia berharap Chanyeol baik-baik saja.

“Oh, Jongin-ah!” balasnya menyapa.

 “Noona tumben tutupnya cepet,” ucap Jongin seraya berlari menghampiri Jongdae (Ia benar-benar berlari, Jongdae sama sekali tidak melebih-lebihkan).

“Noona harus check up hari ini.”

”Oh, mau aku anter?”

“Noona udah janjian ketemuan sama Chanyeol. Sorry.”

“Oh, gak apa-apa. Kenapa harus minta maaf? Wajarlah kalau suami noona yang nganterin. Kalau aku yang nganterin nanti keliatan aneh.”

Jongdae tersenyum. Jongin sudah mau mengerti situasinya.

“Noona check up jam berapa?”

“Jam 2 sih janjiannya.”

“Udah jam 1 loh, noona.”

“Bentar yah. Noona coba telepon Chanyeol dulu.”

Jongdae berusaha menghubungi Chanyeol. Berusaha disini adalah kata kuncinya, karena panggilannya sama sekali tidak diangkat.

“Gak diangkat?”

Jongdae menggeleng. Haruskah ia menelpon rumah? Siapa tahu Chanyeol ada di rumah. Ia pun memutuskan untuk menelpon rumah, namun malahan suara lain yang menyapanya.

“Halo?”

“Halo. Uh, anu, Chanyeol di rumah?” tanya Jongdae ketakutan. Rasa takutnya in tak luput dari perhatian Jongin.

“Oh, Jongdae. Dia gak ada di rumah,” jawab wanita di sebrang.

“Chanyeol pergi kemana?”

“Dia pergi bisnis trip. Udah direncakana sejak sebulan yang lalu. Kamu memangnya tidak tahu?” tanya wanita itu balik.

“Oh, tapi dia janji…” jawab Jongdae bingung. “Ok, makasih Nyonya.” Jongdae lantas mengakhiri panggilan.

“Kenapa? Ada masalah?”

“Ani, Chanyeol pergi bisnis trip ternyata.” Jawab Jongdae masih bingung. Chanyeol selalu memberitahunya kalau mau melakukan sesuatu. Jongdae pasti yang pertama tahu. Begitu pula sebaliknya. Apalagi kemarin Chanyeol sudah berjanji. Pria itu hampir tak pernah mengingkar janjinya.

“Mungkin dia lupa ngasih tau noona,” balas Jongin mencoba menenangkan Jongdae.

“Jadi gimana? Jadi check up atau…”

Jongdae tertunduk sesaat, sebelum menatap Jongin tepat di matanya.

“Kamu mau nganterin ke rumah sakit?” tanya Jongdae kemudian.

“Absolutely.”

 

Di mobil Jongin, Jongdae terus diam. Ia hanya memandangi ponselnya, sesekali mengeti sesuatu yang Jongin anggap sebagai pesan untuk Chanyeol. Dari yang ia dengar, hubungan Chanyeol dan Jongdae sangat dekat. Ia bisa mengerti mengapa JOngdae bersikap demikian.

Waktu ia melihat Jongdae pertama kalinya, ia tak menyangka bahwa Jongdae adalah Jongdae. Maksudnya, Jongdae adalah Jongdae, tapi ia tak menyangka Jongdae adalah Jongdaenya yang dulu. Memang sudah lama sekali waktu berlalu, namun Jongin masih ingat setiap detil dari hari itu. Ia sedikit kecewa ketika Jongdae sama sekali tidak mengingatnya.

Lalu, seperti takdir mempermainkan, ia bertemu Chanyeol.

Di matanya, Chanyeol adalah sosok seorang kakak yang sempurna. Ia selalu ingin mengikuti jejak Chanyeol, bahkan sejak mereka masih remaja. Chanyeol adalah sosok kebapakan yang gagal ia peroleh dari ayahnya sendiri. Jangan tanya tentang ibunya. Ia sama sekali ak mengenal ibunya. Entah sudah tiada, atau masih hidup.

Dan seperti takdir mengolok-oloknya, Chanyeol bertemu dengan Jongdae, bahkan menikah.

Ia tahu sejarah kadang terulang kembali. Ia berharap kali ini tidak demikian. Ia benar-benar tulus pada Jongdae. Perasaannya polos, walau ia tahu siapa yang pada akhirnya akan memenangkan permainan ini.

Ia hanya bisa berharap Jongdae tetap mau menjadi temannya, bahkan setelah tahu semuanya.

 

 

“Chukkae, noona! 2 bulan mengandung! Cie yang sebentar lagi jadi mama.” Jongin berteriak keras setelah keluar dari ruang dokter setelah check up. Katanya, bayinya baru berusia 2 bulan setengah. Sampai sekarang, pertumbuhannya masih sehat.

“Berisik,” balas Jongdae, masih kesal Chanyeol tidak memberitahunya masalah perjalanan bi

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ZahraKim21 #1
Chapter 10: Kak, apa udh discontinue?
Krissan #2
Chapter 1: Can I get an English translation for this story I really wanna read this.... Please
pandachen #3
Kok nggk update2.....????
lurvejunho #4
Chapter 8: Omo i know jongdae n jongin relationship will be like noona n donsaeng but i am afraid chanyeol will think otherwise.n when jongdae will tell chanyeol about the baby
pandachen #5
Kapan updatenya????
pandachen #6
Chapter 6: Kapan updatenya lagi???
lurvejunho #7
Chapter 6: Jongdae need to take care of his health.n who save him?is it jongin?
evanialyn #8
Chapter 4: Suka banget sama cara author mendeskripsikan hubungan jongdae sama chanyeoll!!! So sweet banget! Jadi kepo sama jongin sebenernya siapa, di tunggu chapter selanjutnya, menarik banget ceritanya beda sama yang lain.
Ikhtiar #9
Chapter 3: OMG.....
agak kasihan lihat jongdaee
ceritanya tambahh bagusss bangettt
pandachen #10
Kapan lanjut nyaa????