Chapter 1
TristfulChapter 1
3 months later..
“Hoon-ssi, aku sudah mengerjakan semuanya. Aku akan kembali lagi besok, kamsahamnida!” Amber membungkuk hormat pada atasannya tersebut. Ia keluar dari dapur kerjanya dengan tangan dan kaki lelah. Berdiri selama beberapa jam mencuci setumpuk piring di sebuah restoran bukanlah hal yang bisa dianggap remeh.
Amber membuka lokernya dan mengeluarkan sweater hitam dan topi hitam favoritnya. Udara malam ini sangat dingin menusuk kulit. Gadis berambut pendek itu melirik jam diponselnya yang menunjukkan pukul 11 malam. Ia berjalan keluar lewat pintu belakang restoran sambil memikirkan apa yang harus dimakannya malam ini.
Saat berbagai menu berkeliaran dibenaknya, Amber dikejutkan oleh sosok seseorang yang tengah berdiri santai dibalik tembok dikegelapan.
“Hoi!!” sapa sosok yang tak lain adalah Henry, pria 25 tahun yang merupakan tetangga sekaligus sahabat Amber dari tiga bulan yang lalu.
“Hai darling!” Amber menyapa manja sambil membentangkan lengannya dan menerima pelukan hangat dari sahabatnya itu. Walaupun mereka belum lama kenal, namun baginya saat ini henry lah satu-satunya orang yang bisa ia percaya dan orang terdekatnya.
Hendry tinggal dikamar sebelah kontrakannya, ia mengajak Amber berkenalan, mencarikan rumah kontrakan, sampai membantu Amber mencari pekerjaan. Statusnya sebagai mantan narapidana cukup menyulitkan bagi Amber untuk mendapatkan pekerjaan yang lumayan.
“Apa pekerjaanmu lancar hari ini?” Tanya hendry sambil mengeratkan topi Amber kemudian merangkul bahunya sambil mereka berjalan menuju rumah.
“Ya, aku sangat lelah sekali. Besok aku harus bangun pagi untuk mengantar susu. Siang harinya aku harus bekerja mengantarkan pesanan ayam, kemudian malam harinya bekerja direstoran lagi” jawab Amber sambil menghembuskan nafas beratnya.
“Bagaimana jika malam ini aku membuatkan ramen spesial untukmu? Dijamin kau akan segar besok pagi?”
Amber menatap lelaki bermata sipit yang berjalan disebelahnya dengan mata berbinar-binarnya. “Benarkah? Oh I love you !!” amber melompat girang, sementara Henry menatapnya dengan tersenyum. Lelaki itu tahu persis bagaimana cara menghibur gadis itu.
*
“Apa aku menyuruhmu mengumpulkan ini terlambat?! Aku dengan jelas menyuruhmu mengumpulkan laporan ini pagi ini jam 9”.
Karyawan baru itu tampak sangat ketakutan saat mendengar kemarahan presiden direktur mereka. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 9.01.
Key, lelaki itu menatap pekerja barunya itu dengan tatapan muak. Ia melempar laporan yang diberikan karyawan baru itu yang terlambat mengumpulkan satu menit.
“Keluar!”
Dengan cepat karyawan baru itu membungkuk dan meninggalkan ruangan presdir itu dengan tubuh gemetar. Ia sudah diberi peringatan oleh pekerja lainnya untuk berhati-hati dengan bos mereka.
Kim Kibum, atau yang dikenal dengan Key, adalah pemilik sekaligus presiden direktur di perusahaan yang bergerak dibidang fashion yang menaungi beberapa brand pakaian dan sepatu ternama di Korea “The Key’s”. Ia berhasil mendirikan perusahaan ini diusianya yang cukup muda.
Saat ini Key sendiri masih berusia 25 tahun namun ia sudah masuk dalam jajaran pengusaha muda dengan karir yang menjanjikan saat ini. The key’s sendiri baru berdiri 4 tahun namun sudah hampir menyaingi merk ternama lainnya.
Key sendiri dikenal dengan otaknya yang encer dan kemampuan bisnisnya yang cerdas. Namun sifatnya yang keras kepala dan tempramen juga membuatnya lebih ditakuti oleh seluruh karyawannya. Tak ada yang berani meremehkan perintah atau tugas dari nya apalagi membuatnya kesal.
Tak ada yang tahu siapa keluarga Key, lelaki itu tampak penyendiri, pekerja keras dan jarang bergaul. Menurut kabar burung yang beredar dulu Key pernah kehilangan seseorang yang paling dicintainya sehingga membuat sifatnya menjadi dingin dan perfectionis. Banyak yang percaya dengan rumor bahwa bos mereka itu menderita penyakit mental, entah siapa yang menyebar rumor seperti itu.
Tatapan tajam miliknya mampu membuat siapapun yang melihat bergidik ngeri. Sorot dingin seolah tanpa ampun terpancar dari matanya, oleh sebab itu karyawan yang bekerja dengannya hanyalah orang yang sudah mampu mengatasi rasa ketakutan mereka. Bekerja dengan lelaki itu 1000 kali lebih menegangkan daripada memasuki rumah hantu.
Seperti hari biasanya mood dari lelaki yang dipanggil Key itu sedang suram, bedanya kali ini 50 kali lebih suram dan tak ada yang tahu apa alasannya. Oleh sebab itu pagi ini ia sudah mengamuk pada karyawan baru yang terlambat mengumpulkan laporannya satu menit.
Ponselnya bergetar menandakan pesan masuk, ia membaca kata demi kata yang tertera dilayar smartphone miliknya itu. Kemudian seulas seringaian terlukis dibibir tipisnya. Rangkaian rencana-rencana mulai memasuki otak liciknya.
*
Amber berlari kecil memasuki pintu restoran ayam tempatnya bekerja belum lama ini. Ia melirik arloji ditangannya dan menghembuskan nafas saat dirinya berhasil tepat waktu sampai ke tempat kerjanya sebagai pengantar pesanan itu. Sebelumnya Amber bekerja mengantarkan susu dengan mengayuh sepeda ke beberapa kompleks perumahan.
Ia melangkahkan kakinya dan bersiap-siap menuju loker untuk mengganti pakaiannya, namun ia mendengar namanya dipanggil oleh managernya.
“Amber-ssi”
Amber menoleh dan tersenyum, sambil mengusap keringat didahinya.
“Ya, manager-nim” jawabnya dengan semangat.
“Hmm, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu... tapi.. aku tak tahu bagaimana cara mengatakannya..” manager itu tampak ragu.
Amber mengerutkan dahinya, mencoba mencari tahu alasan kenapa managernya itu tampak tak enak hati untuk membicarakan sesuatu itu dengannya.
“Aniyo.. gwaenchana manager-nim. Apa yang ingin kau bicarakan denganku?” ujar Amber dengan tenang.
“Tadi pagi direktur menelponku, mereka memerintahkan untuk memberhentikanmu. Alasannya adalah karena kau memiliki catatan kriminal, maafkan saya Amber. Bagiku pribadi pekerjaanmu sangat memuaskan, kau bahkan ramah pada pelanggan, dan saya sendiri merasa tidak ada masalah terlepas dari masa lalumu, karena manusia mana yang tak berbuat salah. Tapi... saya benar-benar minta maaf..”
“Oh, ya aku mengerti, anda tidak perlu merasa seperti itu manager-nim. Selama ini aku berusaha bekerja dengan baik, dan kalian juga banyak menolongku, jadi aku ingin berterima kasih untuk semuanya” ujarnya dengan senyum tak hilang dibibirnya. Senyum itu semakin membuat sang manager tak enak hati dengan gadis tomboi yang ramah itu.
“Sekali lagi, kami meminta maaf padamu. Semua ini adalah perintah atasan yang harus kami jalankan. Semoga kau mendapatkan pekerjaan yang lebih baik nanti” ucap sang manager sambil menyerahkan sebuah amplop yang mungkin berisi gaji terakhir untuk Amber.
“Ne, kamsahamnida..”
Panas hari ini sangat terik, amber melangkahkan kakinya menusuri jalanan sambil menatapi ujung sepatunya setiap melangkah. Ia memiliki waktu beberapa jam kedepan sebelum bekerja mencuci piring direstoran pada malam hari. Amber berfikir kemana akan ia habiskan beberapa jam miliknya itu hari ini.
Amber sedang menimbang apakah ia harus kembali ke rumah kontrakannya untuk tidur, ataukah ia mengunjungi hendry ketempat kerja lelaki itu, atau ia hany
Comments