Chapter 13
TristfulHello, I hope you guys happy to see this update ~~
Chapter 13
Pagi itu Kibum terbangun karena 3 hal, pertama sinar matahari yang mengambil alih kegelapan kamarnya, kedua Kibum melirik kesebelahnya dan tak lagi menemukan sosok gadis nyata yang semalam bersamanya, dan ketiga bau terbakar yang menggelitik indera penciumannya. Wait, what?!
Seketika segala panca indera ditubuhnya teraktivasi paksa saat Kibum melihat asap tipis memenuhi kamarnya yang menghantar bau terbakar tersebut. Sontak Kibum melompat dari ranjangnya dan berlari keluar mencari sumber yang memungkinkan menjadi sumber asap yang saat ini hampir memenuhi rumah.
Tujuan pertama Kibum tentunya dapur yang tak jauh dari kamarnya, dan pemandangan pertama dibalik asap tersebut tentunya si sumber munculnya dan sang penyebab munculnya yang tak lain tak bukan adalah Amber!
“Yah! Kau ingin membakar vila ini dan hanya berdiam diri disana?” ujar Kibum sambil menyingkirkan asap-asap dihadapannya dengan mengibaskan kedua tangan didepan wajahnya.
Kibum melangkah mendekat untuk melihat jelas gadis berambut pendek itu tengah melamun dengan tatapan kosong didepan kompor dengan sesuatu yang telah hitam gosong diatas penggorengannya, Kibum tak bisa mengidentifikasi apa yang sedang ia coba untuk masak.
Amber seperti tersadar dan tertarik kembali dari lamunan nya saat melihat Kibum berdiri sambil menatapnya dengan heran.
“Aku ingin membuat sarapan, tapi kenapa semuanya berakhir seperti ini” jawabnya polos dan kesal entah pada dirinya sendiri atau kemampuan memasaknya.
Kibum melirik ke arah pandang Amber dan melihat tumpukan tinggi masakan gosong diatas piring disamping kompor. Kibum akhirnya tertawa kecil melihat kekacauan dihadapannya serta wajah pasrah gadis itu.
“Aku akan memasakkan sarapan, kau pergilah mandi” ujar Kibum sambil tertawa geli.
Amber menatap lelaki tampan yang masih menggenakan sleeveless hitamnya tadi malam, melangkah kearahnya tampak sama sekali sudah sembuh dari sakitnya. Untuk beberapa detik Amber terpana dengan pemandangan didepannya, ia tak yakin pernah mendengar lelaki itu berbicara dengan nada serendah dan sehangat itu sebelumnya. Namun saat Kibum tepat berdiri didepannya, yang benar-benar hanya berjarak kurang dari satu langkah didepannya, Amber merubah tatapannya.
Kibum menatapnya dengan heran kenapa gadis itu belum bergerak pergi dan kemudian disambut tatapan kesal dan raut wajah marah menggantikan segala kepolosan diwajahnya satu menit lalu itu.
“Whats with that face? Kau masih ingin memasak?” tanya Kibum benar-benar penasaran dengan perubahan drastis mood gadis didepannya.
“Aku akan memesan delivery saja!” jawabnya ketus kemudian berlalu meninggalkan Kibum yang masih mencerna situasi apa yang sebenarnya terjadi pagi ini.
“Jika kau akan memesan makanan diluar kenapa malah marah kepadaku, lihatlah semua kekacauan yang dibuatnya, ckck” gumam Kibum yang pastinya tak lagi terdengar oleh Amber.
*
Otak Kibum masih bekerja ekstra meneliti sekuel ‘apa yang sebenarnya tengah terjadi pagi ini’ dengan perubahan mood yang tak terbaca olehnya dari gadis yang tengah menyantap sup kimchi didepannya itu. Mereka telah duduk berhadapan dimeja makan dengan hidangan makanan delivery sejak lima menit yang lalu namun Kibum sama sekali tak mendapat satu lirikan pun apalagi mendengar suara gadis itu.
“Kau marah padaku?” Tanya Kibum sambil menyandarkan tubuhnya dan melipat tangannya didada, Kibum sama sekali tak tertarik atau tak bisa menikmati sarapan nya karena Amber benar-benar menganggapnya tak ada pagi ini.
Hening
Hanya terdengar bunyi sendok dan Amber masih tetap sibuk menyantap sup nya seolah pertanyaan Kibum hanyalah suara lalat yang lewat.
“Yah! Katakanlah alasannya” Kibum kembali mendesak, matanya tak lepas dari Amber yang lagi-lagi pura-pura tak mendengar ucapannya.
Kali ini Amber mengangkat pandangannya menatap mata Kibum namun hanya untuk 3 detik tanpa menjawab apa-apa sebelum kembali sibuk sendiri dengan makanannya.
Kibum mengerutkan keningnya entah untuk yang keberapa kalinya pagi ini. Amber benar-benar membuatnya frustasi karena kadang gadis itu tampak tangguh dan kuat, kadang ia benar-benar menggemaskan seperti pagi ini, namun keduanya sama-sama sibuk memutar otak Kibum untuk berfikir.
Tadi malam mereka masih akur, dan Amber masih perhatian padanya sampai menemaninya sepanjang malam. Did I kick her last night? Beberapa skenario tercipta dibenaknya tentang apa kira-kira yang menjadi penyebab Amber tampak marah padanya pagi ini.
“Kau benar-benar akan mengabaikan bos mu seperti ini?”
Kali ini reaksi yang didapatkan lebih dari sekedar lirikan singkat. Amber menghentikan tangannya yang sedari tadi sibuk menyuap makanan, meletakkan sendoknya diatas meja kemudian menarik nafas dalam-dalam dan kembali hanya menatap kedalam mata Kibum.
Tetap saja, kalimat yang ditunggu-tunggu Kibum tak kunjung keluar dari mulutnya, gadis itu hanya benar-benar menghentikan makannya dan menantang Kibum dengan tatapannya yang seolah berkata ‘Ya, aku memang sedang mengabaikanmu, kau mau apa?’
Adu tatapan itu berlangsung sengit sampai kemudian Kibum kembali bersuara.
“Kau sangat perhatian kemarin saat aku sakit, I’m still sick you know” Kibum sedikit mengalah dan berkata dengan suara lemah yang dibuat-buat.
“Kau sudah meminum obat tadi malam, dan kau terlihat sudah baik-baik saja pagi ini, jika kau masih sakit minum saja lagi obatmu” jawab Amber dengan dingin.
Itu adalah kalimat terpanjang yang didengar Kibum dari nya sepanjang pagi ini namun sama sekali tidak menjawab kebingungannya perihal pergantian mood drastis tanpa sebab gadis itu padanya.
*
Lima menit lagi berlalu dengan keheningan yang diselingi sesekali suara dentingan sendok dihadapan dua orang itu. Kibum sepertinya menyerah untuk mendapatkan jawaban dari kebingungannya dan memutuskan menikmati sarapannya.
Amber diam-diam menatap wajah tampan dihadapannya, dalam pikirannya sibuk menyusun rumus-rumus dari misteri yang belum terpecahkan dikepalanya.
Tentang apa yang sedang difikirkan lelaki itu, tentang bagaimana jantungnya berpacu kencang setiap menatap mata itu, dan tentang perasaan bahagia yang tak familiar menyerbu hatinya pagi ini saat membuka mata dan disambut wajah yang tengah tertidur pulas disampingnya. Amber harus berlari keluar ruangan setelah sepuluh menit memandangi lelaki itu, untuk menahan diri karena Amber tak tahu seribu keinginan gila yang berteriak dibenaknya meminta untuk direalisasikan dalam bentuk aksi.
Kemudian pagi harinya dirusak oleh panggilan telfon dari Victoria, yang menjadi alasan dirinya melamun dan hampir menyebabkan kebakaran di Vila milik bos nya pagi ini.
“Oh, Amber.. kemarin seseorang menelpon ke restoran..,” ucap Vic memulai kalimatnya. Amber hanya diam menunggu informasi apa yang membuat mantan bos nya menelponnya pagi-pagi begini.
“Hmm dia menanyaimu dan meminta kontakmu padaku..”
Amber mencoba menerka namun ia tak bahkan tak berani menyebut nama itu dibenaknya lagi.
“Siapa eonni?”
“Ia berkata namanya Henry”
Amber hampir menjatuhkan ponsel dari genggamannya, dan seketika kepalanya terasa berputar dan kakinya hampir menyerah jika saja suara Victoria tidak menarik kesadarannya kembali.
“Tapi tenang saja, aku mengatakan padanya jika kau sudah tak bekerja disini lagi dan kami juga tak memiliki kontakmu yang baru” sambung Vic saat tak lagi mendengar suara a
Comments