Chapter 7
TristfulChapter 7
“what a good dream..”
“@*×!!=%”$&*#* !!!”
Amber mengumpat dibenaknya namun sesuatu yang lain menahannya untuk melepaskan diri.
Bibir itu, aroma itu, dan semua perasaan itu terasa sangat famiar bagi inderanya.
Those dreams..
Mimpi-mimpi yang kadang datang dalam tidur Amber yang akan membuatnya tersipu malu dipagi hari. Perasaan yang persis seperti yang dirasakannya saat ini, dekapan hangat dan ciuman itu pernah muncul beberapa kali dalam mimpinya.
Semenjak insiden kolam berenang itu, saat Kibum menyelamatkan nyawanya. Mimpi itu mulai muncul, ruangan putih dan bibir itu.
The faceless man in her dreams.
Amber berdiri dikakinya yang sudah terasa seperti jelly ditambah nafasnya serta detak jantungnya yang membabi buta, sekuat tenaga Amber membuka matanya dan setengah berharap ini mimpi, namun setengah lagi berharap semua tak hilang saat ia membuka mata.
Ciuman itu terasa familiar, seperti bukan kali pertama ia merasakannya.
Semuanya terlalu real, dari tangannya yang masih melingkar disebuah bahu yang juga terasa naik turun seperti dirinya, hembusan nafas hangat yang masih menampar wajahnya.
Akhirnya Amber berhasil membuka matanya, dan pandangannya disambut tatapan tajam dan familiar Kibum yang hanya berjarak beberapa senti saja dideepan wajahnya. Untuk beberapa detik Amber tak tahu apa yang harus dilakukannya bukan hanya karena tubuhnya yang kacau saat ini namun juga pikirannya.
Apa yang sedang berjalan dipikiran lelaki itu saat ini..
Kenapa ia menatapnya seperti itu..
Apa ia akan kembali kepikiran normalnya dan mendorong Amber seperti yang selalu dilakukan lelaki itu..
Sudah berapa detik berlalu ?
Semua yang berkecamuk difikiran Amber mendadak berhenti saat raut wajah datar Kibum berubah. Sorot tajam matanya memudar, hembusan nafasnya sudah stabil, dan mata Amber tertuju pada bibir pink nya yang sedikit basah. Seempat terlintas difikirannya untuk kembali mencicipi bibir itu lagi, namun segera ditepisnya jauh-jauh ide itu dari fikirannya.
‘bahkan saat ini hidupku sedang sekarat didepan setan ini’ bathinnya.
Semua kecemasan Amber seketika berubah menjadi kebingungan saat bibir yang tadi dilihatnya perlahan berubah menjadi bentuk seringaian yang anehnya tidak terlihat seperti biasanya. Seringaian tersebut lebih terlihat seperti sebuah senyuman.
Seakan belum cukup membuat Amber terkejut, ia merasakan tangan hangat Kibum di pipinya, membelai dengan lembut dan hangat.
‘Is it a dream?’
Amber tak sadar ia mengutarakan pikirannya, ia melihat Kibum tersenyum dan mengangguk kecil.
“What a good dream..”
Selanjutnya Kibum kembali mengecup singkat bibir Amber sebelum kemudian melangkah menjauh menuju kerumunan manusia dalam dentuman musik yang semakin menelan malam.
*
Amber membuka mata dan langsung disambut matahari siang yang seolah memukul kulit wajahnya untuk terbangun dari mimpi.
Wait, Was that really dream?
Sebersit kekecewaan melintas dibenaknya. Dan amber sendiri tidak mengerti dari mana perasaan kecewa itu muncul. Bukankah akan lebih baik jika itu memang mimpi?
Ia membenci lelaki bernama Kim Kibum itu. Begitulah seingatnya beberapa bulan lalu saat terakhir kali mereka bertemu.
Tiga bulan telah berlalu dan entah takdir atau apapun itu membawa titik temu mereka berpapasan kembali. Dan amber dikejutkan dengan detak jantungnya yang seolah bersorak saat bertemu kembali dengan lelaki itu.
Padahal selama ini Amber sangat jarang memikirkan Kibum, namun setelah malam itu wajah kurusnya kembali menghantui pikiran amber.
Of course that was just a dream, there’s no way that evil would look and smile like that.
Pikirannya berdebat siang itu. Namun anehnya semua terasa terlalu nyata, Amber masih ingat aroma lelaki itu, dan anehnya ia dapat mencium aroma khas itu dipakaiannya.
Whats wrong with me.
Setelah memutuskan untuk mengesampingkan perdebatan apakah ciuman itu nyata atau hanya mimpi, Amber memutuskan untuk mengganjal perutnya yang mulai berisik meminta jatahnya siang itu.
Amber berjalan ke meja kasir dengan tiga bungkus ramen instan dan sebotol minuman dingin sebelum matanya menangkap sosok Kibum yang berjalan memasuki minimarket.
‘Kenapa dunia kembali terasa mengecil? Kenapa Kim kibum ini kembali berkeliaran setelah sekian lama ia seakan ditelan bumi? ‘ pikir amber panik.
Terlalu terlambat untuk menghindar, seperti malam saat mereka bertemu dimana Amber merasakan sensasi asing di jantungnya, begitu juga siang itu.
Mata mereka sudah terlanjur bertemu, Amber dapat lebih memperhatikan perubahan signifikan pria itu dengan bantuan cahaya matahari siang.
Kulit pucat, rambut panjangnya tersembunyi dibalik topi hitamnya, dan wajahnya telrihat lebih kurus dan tampak tidak sehat.
Kibum dengan santai berjalan mendekat tepat berdiri disebelah Amber yang masih ternganga dan meminta sebungkus rokok pada kasir.
‘Apa ia selama ini ia merokok?’ pikir Amber.
Amber baru akan mengeluarkan uang dari sakunya saat suara lelaki itu mengejutkannya.
“Aku yang bayarkan punyamu” ujar lelaki itu dengan santai tanpa meliriknya menyerahkan kartu pada kasir yang tampaknya sedang mengingat apakah kedua orang didepannya ini pernah berada diposisi yang sama. De javu?
Amber tak diberi kesempatan untuk menolak saat Kibum kembali berkata “Bagaimana kabarmu? Just for your information, tawaranku yang terakhir masih berlaku untukmu, jika kau berubah fikiran”
“hm no.. thanks? Aku sudah mendapatkan pekerjaan dengan gaji besar saat ini. Dan terima kasih telah membayarkan makananku” ujar Amber tersenyum canggung. Ia berfikir bagaimana cara menghindar dari pria ini, karena bayangan ciuman itu kembali membayang di kepalanya.
Sepertinya memang hanya mimpi..
Amber melangkah keluar membuka pintu kaca, dan ia dapat mendengar langkah kaki Kibum mengikutinya dibelakang. Amber tak tahu apa yang terjadi dengannya, jantungnya berdetak tak karuan dan ia dapat merasakan wajahnya memanas.
Kibum ikut berhenti saat Amber menghentikan langkahnya, namun tetap menunggu didepan gadis itu. Akhirnya Amber memutuskan membalikkan tubuhnya dan disambut tatapan asli Kim Kibum serta seulas seringaian jahat dibibirnya.
“Kau pasti
Comments