Chapter 5
TristfulCHAPTER 5
Detik jarum jam dimeja kerja nya membuat suasana malam itu semakin hening. Kejadian beberapa menit yang lalu kembali teringat olehnya.
“Apa yang kau lakukan tengah malam begini berkeliaran dikantor?” ucap Key pada sosok Amber yang terlihat pucat melangkah masuk keruangannya. Gadis itu sudah mengganti pakaian kerjanya dengan jeans dan sweater kebesaran ditubuh kurusnya.
“Aku akan menemukan pencuri barangmu dan kau harus meminta maaf padaku saat itu” ujar gadis itu singkat. Suaranya terdengar serak, jelas sekali kondisi tubuhnya drop setelah keluar dari ruangan Kibum siang tadi.
Tanpa menunggu respon dari lelaki itu, Amber berjalan meninggalkan ruangan.
Suara langkah kakinya perlahan menghilang ditelan sunyinya malam. Entah berapa lama Key termenung dikursinya, jam menunjukkan pukul 00.00 dan ia memutuskan untuk pulang kerumah.
Key menghentikan langkahnya.. ia mendengar suara jeritan seseorang meminta tolong. Beberapa detik Key hanya berdiri ditempatnya dan menajamkan pendengarannya, namun tak ada suara apa-apa.
‘Mungkin hanya perasaanku saja..’ pikir Key, ia kembali melangkah namun dua langkah kemudian kembali berhenti.
Ada sesuatu yang menariknya untuk mencari sumber suara itu, Key yakin ia tidak sedang berhalusinasi. Ia bahkan tidak mengantuk sama sekali.
Akhirnya rasa penasarannya membawa Key menyusuri lantai satu gedung besar miliknya itu. tak ada yang tampak mencurigakan, tak ada siapa-siapa lagi dilantai itu. lagipula ini sudah lewat tengah malam.
Namun matanya beralih pada pintu kaca besar yang menuju area kolam berenang, satu-satunya tempat yang belum di cek nya. Key berjalan mendorong pintu kaca itu dan melihat tak ada siapa-siapa disana.
Sampai matanya menangkap ‘sesuatu’ atau seseorang mengapung didalam kolam. Rambut pendek.. sweater besar itu.. Amber!
*
Gadis itu terbaring dipinggir kolam, tak lagi sadarkan diri. Key tak tahu sudah berapa lama ia tenggelam. Setengah jam yang lalu Amber masih menemuinya diruangannya.
Key mendekatkan telinganya kewajah gadis itu, ia tak dapat merasakan nafasnya sama sekali. Sepertinya air sudah memenuhi rongga pernafasannya.
Udara malam itu sangat dingin, dengan sekujur tubuhnya basah kuyup setelah melompat ke air untuk menyelamatkan gadis itu. jantungnya berdebar cepat, gadis itu tak bernafas, membuat Key panik setengah mati.
Ia memompa dada Amber beberapa kali, kemudian meniupkan udara mulut-ke-mulut, mencoba melakukan CPR dasar sebagai pertolongan pertama.
“Come on.. bernafaslah” Key masih terus memompa dada gadis itu dan memberikan nafas buatan berkali-kali. Bibir lembut gadis itu terasa dingin dimulutnya, entah karena ia hampir beku didalam kolam atau... tidak.
“Ayolah! Kau belum boleh mati!” ucap Key yang masih belum menyerah.
Sampai akhirnya gadis yang terbaring dihadapannya itu, terbatuk dan mengeluarkan air yang memenuhi rongga pernafasannya. Matanya masih terpejam, perlahan kesadaran kembali merasuki inderanya.
Key duduk diam ditempatnya, nafasnya memburu kencang, entah ia harus lega atau marah pada gadis yang hampir mati dihadapannya itu.
Perlahan Amber membuka matanya, dan orang pertama yang dilihatnya adalah orang terakhir yang ia harapkan untuk menyelamatkannya. Pandangannya mulai kembali jelas, ia melihat raut wajah Kim Kibum itu menatap datar padanya. Rambut hitamnya yang pagi ini terlihat rapi, sudah kehilangan bentuknya karena basah, air menitik dari ujung-ujung rambutnya.
“Aku mengejar.. pencurinya..”
Amber ingin mengucapkan terima kasih pada lelaki itu, tapi malah kalimat itu yang keluar dari mulutnya.
Kim Kibum diam tak bereaksi, ia hanya menatap Amber dengan penuh penyesalan. Amber tak tahu apa yang disesali lelaki itu saat itu.
“Percayalah.. bukan aku yang mencuri”.
“Jangan pernah lagi muncul dihadapanku, jika kau berterima kasih untuk ini, maka enyahlah dari hidupku”
Key berdiri dari tempatnya, mengambil jas dan tas yang tadi dijatuhkannya didekat pintu, dan berjalan menjauh begitu saja. Meninggalkan Amber yang menatap punggungnya dengan ribuan pertanyaan dibenaknya.
*
Seminggu berlalu, Amber belum sekalipun keluar dari rumahnya semenjak malam itu henry menjemputnya dan terkejut melihat kondisi sahabatnya yang basah kuyup. Semenjak itu juga Amber menyimpulkan dirinya sudah kehilangan pekerjaanya.
Kalimat yang diucapkan Key padanya malam itu sudah sangat jelas. “Jangan pernah lagi muncul dihadapanku, jika kau berterima kasih untuk ini, maka enyahlah dari hidupku”. Walaupun Amber tak tahu pasti kenapa lelaki itu bereaksi demikian.
“Makanlah sup mu sebelum dingin” suara Henry memecahkan lamunan paginya. Lelaki itu menggenakan celemek imut berwarna biru, ia meletakkan segelas susu hangat didepan Amber.
“Gomawo~~” respon gadis itu dengan manja. Ia tak tahu bagaimana jika tak ada Henry disisinya, mungkin ia hanya akan mati kelaparan karena terlalu malas untuk keluar rumah.
“Berhentilah memikirkan yang tidak-tidak, mungkin ada bagusnya kau berhenti dari pekerjaan itu. bukankah kau bilang bahwa laki-laki menyebalkan itu adalah bos mu disana? Mungkin kau memang ditakdirkan untuk menjauhinya. Sampai kapan kau akan mengurung diri dirumah terus, lama lama kulitmu bisa memucat jika tak terkena sinar matahari” ceramah Henry panjang lebar.
“Ne ne eommoni” jawab Amber sambil mengangguk dan memakan makanannya dengan lahap.
“Aku serius.. bagaimana jika siang ini kita pergi berbelanja? Kau bisa membeli makanan apapun yang kau inginkan, aku yang traktir!” bujuk Henry.
Amber menatap sahabatnya itu sebentar sambil mempertimbangkan tawaran menggiurkan itu. ia memang tidak menceritakan bagian dirinya yang dituduh mencuri, sampai si pencuri mendorongnya kekolam, dan Kim Kibum yang menyelamatkannya.
Ia tak ingin Henry khawatir padanya, jadi Amber memutuskan berbohong dengan mengatakan ada masalah kecil dan dirinya mengundurkan diri, dan terpeleset di kolam saat berjalan-jalan. Amber belum ingin memberitahu sahabatnya itu tentang bagaimana beratnya beban pikirannya seminggu ini. Amber takut keluar rumah, ia merasa sewaktu-waktu seseorang bisa saja mendorongnya ketengah jalan, atau mendorongnya ke kolam. Beberapa kali ia mencoba membuka pintu rumah kontrakannya, tetap saja tangannya gemetar dan kakinya terasa lemas untuk melangkah.
“Kau semakin kurus” pernyataan Henry tak dianggap serius oleh Amber, walaupun dirinya memang jelas-jelas kehilangan banyak bobot tubuh seminggu belakangan.
Jika bukan karena Henry memasakkan banyak makanan untuknya, mungkin Amber sa
Comments