Chapter 11
TristfulChapter 11
Amber menguap entah untuk yang keberapa puluh kalinya pagi ini. Jari-jarinya mengetuk setir mobil untuk menghilangkan kantuk dan matanya berkali-kali melirik antara pagar tinggi rumah mewah didepannya kembali pada jam digital di dashboard mobil yang sudah tiga hari ini digunakannya.
06:45
Sudah 30 menit Amber sampai didepan pagar rumah lelaki yang notabene merupakan bos nya itu, namun belum ada tanda-tanda kemunculan makhluk yang diyakini Amber memiliki gen setan dalam darahnya, aka Kim Kibum. Ia memaksa Amber untuk bangun pagi-pagi sekali, pukul setengah tujuh pagi sudah harus sampai dirumahnya untuk menjemput dan mengantarnya ke kantor.
“Ah, sebenarnya dia mempekerjakanku sebagai apa? Aku bisa mendapatkan award untuk sekretaris paling multitalenta di dunia, mengantarnya seperti supir pribadi, membuatkan kopi sebanyak yang ia perintahkan, membeli makan siangnya, diluar mengurus banyak dokumen yang entah bagaimana bisa menjadi tugasku” Amber menggumam kesal sembari menyandarkan tubuhnya di kursi. Ia teringat dua minggu terakhir sejak ia mulai bekerja, Kim Kibum benar-benar tidak membiarkannya bernafas sama sekali.
Lelaki itu memberikannya mobil perusahaan dan sebuah apartemen kecil tak jauh dari kantor yang menurut penjelasannya memang merupakan fasilitas yang disediakan perusahaan untuk sekretaris CEO. Amber sama sekali tak ada alasan untuk menolak, bahkan semua ini menguntungkannya. Ya, mungkin selain perihal antar-jemput and his troublesome nature.
Setidaknya belakangan ini Amber sudah bisa tidur nyenyak di malam hari, mengingat ia tinggal di tempat baru jauh dari segala permasalahan yang menghantuinya beberapa waktu ini.
Amber hampir akan menguap yang ke seribu kalinya pagi ini jika saja kaca sebelahnya diketuk dengan tidak santai oleh siapa lagi jika bukan tuan Kim Kibum yang sedari tadi ditunggunya.
“Hampir dari 30 menit yang lalu aku menunggu didepan sini, jika kau akan terlamba...”
“ya, ya Morning” ujar Kibum memotong ocehan Amber tanpa merasa bersalah sedikitpun, duduk dengan santai di kursi penumpang sementara Amber menginjak gas dengan kesal namun apa boleh buat. He is the boss.
“Kau sudah sarapan?” tanya Amber membuka pembicaraan.
“Kenapa kau jadi perhatian? Kau tidak membawakan sarapan untukku kan?” jawab Kibum dengan suara datarnya.
Amber memutar matanya hampir menyerah dengan segala respon lelaki itu sebelum menjawab “Bukan itu, meeting pagi ini pukul 9 dan mungkin kau harus sarapan sebelum pertemuan itu. bukankah kau bilang meeting ini sangat penting?”
Kibum mengangguk setuju
“Ya, klien ini salah satu yang terpenting. Mungkin aku akan sarapan dengan kopi saja nanti dikantor” jawabnya sekilas melirik Amber sambil menyeringai.
“Don’t get too addicted to my coffee, or you might be looking for me for the rest of your life just to stay alive” ucap Amber membalas seringaian lelaki disebelahnya dengan tatapan terfokus pada jalanan didepannya.
“Don’t be too confident, your coffee isn’t that special”
“Just an advance warning” balas Amber tertawa kecil.
Pagi ini langit cerah, alunan musik mengalun pelan didalam mobil. Amber menatap langit biru dan jalanan yang ramai pagi ini, sudah lama ia tak menyetir mobil dan merasakan suasana seperti ini. Mungkin menjadi sekretaris merangkap asisten, supir, dan pelayan pribadi Kim Kibum tak seburuk itu.
*
Seminggu berlalu, Amber mulai terbiasa dengan segala penyakit bernama ‘Kim Kibum devil syndrome’ yang harus ditanganinya setiap hari. Setelah tiga minggu menjabat sebagai sekretaris CEO muda dari The Key’s itu, para karyawan sampai OB banyak berterima kasih pada Amber. Ya, semua karena kekesalan dan amarah the evil CEO aka Kibum tak perlu jauh-jauh lagi dilampiaskannya.
Karena ia telah memiliki sekretaris didepan pintunya yang bisa setiap saat menjadi hiburannya.
Hari ini seperti hari biasanya, siang yang sunyi, bahkan tak satupun cleaning service yang berkeliaran disekitar ruangan presdir sehingga memberikan pemandangan kosong bagi Amber yang duduk dimeja sekretaris di depan pintu ruangan presdir.
Amber mengunyah permen karetnya sambil bersandar pada kursinya yang untungnya sangat nyaman sambil menatap layar monitor yang menunjukkan jadwal sang presdir. Siang ini tak ada tamu dan tak ada meeting. Amber teringat ucapan Kibum satu jam yang lalu,
“Aku sedang tak ingin diganggu, jika ada yang datang siapapun itu katakan pada mereka aku tidak menerima tamu tanpa konfirmasi terlebih dahulu”
Amber baru akan bersantai dan berniat membuat kopi saat matanya menangkap 2 orang dengan setelan rapi berjalan mendekat kearahnya.
Tanpa basa-basi, lelaki yang kira-kira berusia pertengahan 40 dan mengenakan jas yang tampak mahal itu berkata dengan nada memerintah pada Amber.
“Sekretaris, aku ingin bertemu dengan tuan Kim Kibum sekarang”
Amber yang sedikit terkejut cukup mampu mengendalikan emosinya, ia bangkit dari tempat duduknya perlahan sebelum menjawab.
“Maaf tuan, tapi Presdir Kim sedang tidak dapat menerima tamu saat ini apalagi tanpa konfirmasi atau anda telah membuat janji terlebih dahulu” jawab Amber sambil mencoba tersenyum seramah mungkin.
Lelaki itu tampak tidak terima dan marah, ia memberi tatapan men-judge pada Amber setelah menatapnya dari ujung rambut sampai kaki.
Amber mulai merasa risih namun ia tak mungkin melawan mengingat posisinya saat ini, maka mungkin diam adalah yang terbaik.
Seorang wanita muda dengan setelan blazer biru velvet serta rok formal yang terlalu pendek, ditambah stiletto heels merah, tidak lupa make up on point yang menutupi wajah yang menurut Amber tidak terlalu cantik itu, berdiri disebelah lelaki tadi dan memberikan tatapan yang sama padanya. Jika tidak lebih menghina.
“Seems like she doesn’t know who you are, sir. I don’t know why Mr. Kibum choose someone like her to be his secretary” bisik wanita tadi cukup keras untuk Amber mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut itu.
Sang lelaki tua tadi kembali melirik Amber seperti sebelumnya sebelum melayangkan tatapan meremehkan dan berkata, “I know right, she look like a poor girl who got good luck. I bet she doesnt understand what we’re talking about right now”
Saat itu juga Amber mengepalkan tangannya siap untuk melayangkan hadiah ke wajah itu. Kedua orang itu telah menghina dan merendahkannya dihadapannya, mereka berfikir Amber tak berbicara bahasa inggris padahal faktanya bahasa Inggris adalah bahasa pertamanya dan ia dapat berbicara jauh lebih fasih daripada pengucapan kedua orang ini.
Sebelum Amber kehilangan kesabarannya lelaki itu kembali bicara pada Amber.
“Kau benar-benar tidak akan mengijinkan kami menemuinya? Apa kau tak tahu betapa pentingnya perusahaan kami bagi tempat ini?”
Amber sama sekali tak ingin menjawab berkali-kali pada lelaki tua itu, dan ia hanya mengangguk dan melayangkan tatapannya pada wanita disebelahnya yang sepertinya sekretaris lelaki tua itu. Dari cara berpakaian dan bicaranya pada lelaki yang kemungkinan bos nya itu sudah sangat memperjelas hubungan keduanya.
Amber menyeringai sekilas saat mata mereka beradu dan kembali mengunyah permen karet yang masih dimulutnya. Ck..
Please Subscribe to read the full chapter
Comments