Kyungsoo berjalan menyusuri jalan setapak menuju tokonya. Sebelum ia sempat membuka tokonya, sebuah figure asing menunggu tepat di depan tokonya. Dengan perlahan, ia pun mendekati pria itu. Tubuhnya pendek, lebih tinggi sedikit darinya. Rambutnya dicat coklat caramel, pakaiannya juga lumayan mewah.

“Permisi, tokonya masih belum buka sampai pukul 8. Anda bisa pergi lalu kembali lagi,” sahut Kyungsoo menyapa lelaki tersebut.

“Aku kesini bukan buat toko buku, tapi buat Kyungsoo. Kamu Kyungsoo?”

“Ya, dengan saya sendiri. Kalau boleh tanya, anda adalah…”

“Aku Baekhyun. Chanyeol  sudah banyak cerita tentangmu. Mau minum kopi bersama?”

Baekhyun. Tentu saja Kyungsoo kenal dengan pria di hadapannya. Sudah hampir seminggu ia jadian dengan Chanyeol, nama Baekhyun sudah melekat di memorinya. Pasalnya, Baekhyun adalah satu-satunya orang yang selalu Chanyeol ceritakan padanya sepulang kerja. Ia sendiri kadang bertanya-tanya, yang menjadi kekasihnya itu dirinya atau Baekhyun?

Meski begitu, Kyungsoo tak cemburu. Ia tahu, Baekhyun sudah lebih dulu masuk ke kehidupan Chanyeol daripada dirinya. Mungkin saja Baekhyun adalah satu-satunya teman yang ia miliki. Ia tak bisa menyalahkan Chanyeol untuk bicara banyak tentang Baekhyun. Baekhyun adalah orang yang lucu, mudah bergaul, banyak bicara dan selalu to the point. Tapi dia juga sangat setia dan tidak pernah menuduh orang lain dengan sembarangan.

Itulah yang membuat Kyungsoo sedikit heran di kursinya saat ini. Untuk apa Baekhyun mengajaknya minum kopi bersama? Pasti ada suatu hal yang mau dibicarakan. Dan pasti mengenai Chanyeol.

Sambil menyeruput Caramel Machiatto miliknya, Baekhyun mengawali pembicaraan.

“Kita masih belum berkenalan dengan resmi. Hi, Kyungsoo. Aku Baekhyun, sahabat karibnya Chanyeol.”

“Aku Kyungsoo.”

“Chanyeol