Chapter 8

Misunderstanding
Please Subscribe to read the full chapter

A/N : Saya tahu chapter ini memang sedikit memaksa, tapi saya sudah berusaha yang saya bisa jadi maaf kalo kalian kecewa atau apapun itu. Saya tahu fanfictions saya memang punya banyak sekali kekurangan karena saya akui saya masih sangat baru di dunia FF ini. Dan sebenarnya saya tidak berniat untuk update sekarang tapi saya juga memikirkan kalian terutama yang sudah komen di FF ini, kalian adalah penyemangat saya karena itu saya merasa sedikit merasa bersalah karena late update dan anggap saya hanya menegaskan kalau FF ini masih saya niatkan untuk terus lanjut walaupun saya tidak bisa menjamin cepat atau lambatnya untuk update karena jujur real life saya benar-benar sangat sibuk. Dan saya tidak bisa membagi waktu untuk mengetik FF dan lagi karena terlalu sibuk inspirasi seperti sulit untuk datang. Itu adalah dua poin utama yang menjadi problem saya.

Ini FF memang sangat datar dan mungkin dua atau tiga chapter lagi akan tamat. Tapi saya tidak tahu kapan, mungkin bisa jadi saya tidak lanjutkan karena saya sangat sibuk. Mohon untuk dimaafkan jika benar FF ini discontinued.

Saya sangat berterima kasih pada kalian yang sudah subscribe, baca, upvote terutama untuk kalian para reader yang namanya selalu hinggap di kolom komentar. Terima kasih banyak, komentar kalian adalah penyemangat buat saya. Saya tidak tahu harus bilang apa lagi, saya hanya bisa merasa sangat berterima kasih pada kalian. Sekali lagi terima kasih.

 

P.S : Tumben Author pake bahasa formal, Iya karena saya sedang badmood. *just ignore this*

 

P.S.S : Satu lagi makasih banyak buat Galaxy_FanHan007 yang sudah kasih prompt. Yang dengan baik hati kasih aku inspirasi hehe Beberapa chapter sebelumnya juga adalah hasih dari promptnya, kayaknya kamu mesti debut jadi Author dech. Sekali lagi makasih ya.

 

 

Yifan masih mematung seperti orang bodoh sambil memandang punggung YangMi yang menjauh hingga gadis itu sudah berbelok di ujung pintu keluar kantin. Lalu Yifan dengan langkah berat meninggalkan kantin. Biasanya jika pikirannya sedang kacau, Yifan akan memilih perpustakaan sebagai pelampiasan agar sejenak melupakan segala bebannya. Karena ia sedang di tingkat akhir jadi tugas sebagai ketua OSIS sedikit lebih lengang dan lagi pemilihan sebagai ketua OSIS baru akan segera dilakukan. Jadi Yifan sekarang lebih punya banyak waktu untuk privasinya.

 

Dengan langkah mantap, Yifan ternyata melewati begitu saja pintu perpustakaan. Ia masih terus berjalan lurus dan akhirnya sampai di sebuah lapagan yang tak terlalu besar dan terletak di belakang sekolah mengambil benda bulat berwarna oranye dan mulai mendribble bola basket itu. Yifan memilih bermain basket guna menghilangkan rasa tidak nyaman dihatinya. Lebih tepatnya bayangan Luhan dan Chanyeol.

 

“Lu, dari tadi kau hanya diam saja. Ada apa?”

 

Suara berat Chanyeol menerpa indra pendengaran Luhan yang tengah berdiri sambil menumpukan kedua tangannya diatas sebuah tembok beton yang membatasi sisi atap.

 

Luhan sejenak diam, lalu bebrapa detik kemudian gadis itu baru menjawab, “Tidak apa-apa Chanyeol.” Mata Luhan masih tetap fokus menatap lurus kedepan.

 

“Kau marah karena tadi kubilang kalau Chen dan Kai sedang menunggu kita diatap?” terka Chanyeol atas kediaman Luhan. Memang benar jika Luhan awalnya sedikit marah saat mereka berdua tiba di atap sekolah nyatanya Chen dan Kai tidak ada.

 

Luhan hanya menggeleng pelan tanda dia tidak mempermasalahkan hal itu. Lalu Luhan kembali asik dengan pikirannya sendiri.

 

“Lu, kumohon bicaralah sesuatu. Katakan apa yang kau rasakan.” Chanyeol sungguh benci keheningan. Berdiam tanpa bicara padahal ada orang didekatmu bukanlah suatu hal yang menyenangkan bagi Chanyeol. Namun mungkin Luhan seperti itu juga akibat pengakuannya tempo hari. Sebagai seorang gadis yang baru saja menerima pernyataan cinta, tentu Luhan akan banyak mempertimbangkan hal-hal apa saja yang mampu meyakinkan jawabannya entah itu menerima ataupun menolak.

 

“Chan, aku harus pergi.” Luhan kemudian berbalik dan mulai melangkah meninggalkan Chanyeol yang sedikit terkejut dengan ketiba-tibaan gadis itu. Langkah Luhan tertahan oleh Chnayeol yang memegang pergelangan tangannya.

 

“Lu, aku benar-benar serius dengan ucapanku waktu itu. Ku harap kau memberikan apa yang kuharapkan.” Setelah mengucapkan kalimat itu, Chanyeol melepaskan genggamannya dengan lembut lalu membiarkan Luhan melangkah meninggalkan atap sekolah dan Chanyeol sendirian.

 

Chanyeol meghela nafas, ia tahu tidak mudah untuk meyakinkan hati Luhan. Karena sebuah atau lebih tepatnya seorang. Wu Yifan. Chanyeol tidak bodoh jika memang ada sesuatu diantara mereka. Awalnya Chanyeol tidak yakin dengan Luhan yang menyukai Yifan. ya, karena setahu Chanyeol, Luhan selalu membuat Yifan jengkel dengan tingkah Luhan yang sellau cari gara-gara pada Yifan. namun semuanya menjadi lebih jelas saat Chanyeol menemukan kissmark di leher Luhan waktu itu. Tangan Chanyeol terkepal erat, saat mengingat satu fakta itu.

 

“Sial.” Chanyeol berdecih kesal.

 

 

Luhan terus berjalan melewati koridor sekolah. Matanya terus menatap lurus kedepan namun tidak dengan pikirannya. Bahkan beberapa kali Luhan nyaris menabrak siswa yang tengah berjalan berlawanan dengannya. Tadinya Luhan berniat akan kembali ke kelas, namun sepertinya dia butuh waktu jadi gadis itu memutuskan untuk menuju taman yang ada di belakang sekolahnya.

 

Luhan sempat memperlambat langkahnya saat mata rusanya menangkap seorang murid yang tengah bermain bola basket seorang diri. Wu Yifan. Hanya sepersekian menit Luhan menyaksikan Yifan yang bermain, karena pemuda itu berhenti bermain basket.

 

Tidak ingin ketahuan melihat Yifan, Luhan segera melangkahkan kakinya kedepan. Dimana pemuda tinggi dan tampan itu juga tengah berjalan berlawanan kearahnya. Luhan mengalihkan pandangannya kesisi lain koridor.

 

Sebenarnya Luhan ingin sekali putar arah tapi tidak bisa karena ia yakin Yifan pasti sudah melihatnya. Jujur, jantungnya bedegup dengan kencang hanya karena berpapasan dengan Yifan saja rasanya begitu berat saat kecanggungan menyelimuti hatinya. Memang beginilah jika sedang jatuh cinta. Rasanya begitu malu walau hanya berpapasan jalan.

 

Luhan masih melihat kesembarang arah saat jarak diantara mereka mulai semakin dekat. Yifan yang menyadari Luhan hanya berani memandanginya karena ia tahu Luhan sedang tak melihat ke arahnya.

 

Luhan bisa merasakan aroma maskulin Yifan yang bercampur dengan keringatnya saat pemuda itu lewat disamping kirinya. Dan Luhan sedikit kaget saat langkahnya terhenti secara paksa saat pergelangan tangannya digenggam erat oleh seseorang. Dan Luhan segera menol

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
vivie_galaxyluhan #1
Chapter 10: wahhhh akhirnya tamat,,so sweet,hehe
keren koq kak author ,,
seneng bgt karena ada ff krishan,,
ditunggu cerita lanjutanya,,,
Galaxy_FanHan007
#2
Chapter 10: Komenan gue ke potong
Galaxy_FanHan007
#3
Chapter 10: Udah bagus eonn .meskipun rada gak puas
ricayong #4
Chapter 10: Lega rasanya baca andingnya... kannykim sekuel setuju bgt... sekuel donk.. thx
kannykim
#5
Chapter 10: Sekuel donk plissss!!!
vivie_galaxyluhan #6
Chapter 9: yahhhhh pasti deh tiap luhan sama yifan mau ngobrol ada aja gangguanya,hahahah
pas lagi romantis jugaa,hahha
ditunggu lanjutanya,,,
Galaxy_FanHan007
#7
Chapter 9: Hanjirrr bikin deg deg.an aigoo ayahnya luhan pasti tau tuh hadeh makin seru suka banget part moment krishan diganggu ayahnya luhan ヾ(☆▽☆)
Si chan mah -_- sedih banget gue ma tuh orang (╥﹏╥) datangin bebek lah buat chan waks (¯ ▿ ¯)╭

Ok wait to the next chapter eonni-ah jiayou (๑•ㅂ•) ﻭ✧
vpicey #8
Chapter 9: kukira mau nyataiin perasaan. dan apa ayahnya dengar yang ITU?
ricayong #9
Chapter 9: Ceritanya bikin gereget... disini yifan bener2 menyebalkan, pingin ditumpuk... luhan i like u
sendulce #10
yattaa update.. thanks udah update demu kami para krishan shipper~~
yawlaaaaa ini mereka kapan bersatuu??