Chapter 2

Misunderstanding
Please Subscribe to read the full chapter

***** Misunderstanding *****

 

 

Setelah Luhan selesai mengunjungi kantor Ayahnya. Luhan bergegas pulang dan segera bersiap untuk mengunjungi rumah Yifan. entah kenapa Luhan sangat bersemangat dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan Yifan. bahkan Luhan sampai bingung harus mengenakan pakaian apa yang cocok dan agar terlihat bagus hingga membuat Yifan mungkin akan terpesona padanya, setidaknya begitu pikiran Luhan.

 

Luhan benar-benar tidak bisa menghabiskan banyak waktu, setelah selesai bersiap-siap. Dirinya segera melesat menuruni anak tangga dan menyebrangi ruang tamu kemudian menemui Tuan Lee supirnya yang akan mengantarnya ke rumah Yifan. dengan segera Tuan Lee pun melajukan mobilnya menuju rumah seorang pangeran tampan yang digilai oleh tuan putri yang sedang duduk di kursi penumpang itu.

 

Luhan beberapa kali menghembuskan nafasnya guna untuk menghilangkan rasa gugup yang entah kenapa ia rasakan saat membayangkan ia akan segera bertemu Yifan dirumahnya. Luhan memang pernah ke rumah Yifan sebelumnya dengan sebuah paksaan yang amat sulit untuk membuat Yifan memperbolehkan dirinya mengunjungi rumah lelaki itu.

 

“Nona kita sudah sampai” kata Tuan Lee saat mobilnya sudah ia pinggirkan dipinggir trotoar.

 

“baiklah, terima kasih Tuan Lee. Kau tunggu saja disini atau kalau kau mau kau boleh pulang dan aku akan menelponmu jika aku sudah selesai” ujar Luhan

 

“baiklah Nona” sahut Tuan Lee

 

Luhan pun segera membuka pintu mobilnya, dan menatap deretan anak tangga yang akan dia naiki yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Rumah Yifan memang berada di sebuah kawasan pemukiman padat penduduk yang jalannya berkelok-kelok dan sepertinya tidak memungkinkan untuk sebuah sedan lewati. Sebuah kawasan yang jauh dari kata elite. Setidaknya begitulah istilah yang tepat untuk menggambarkannya. Tapi Luhan tidak peduli yang ia pedulikan hanya Yifan dan Yifan. dan yang Luhan inginkan hanya Yifan.

 

Setelah beberapa menit mematung, Luhan segera melangkahkan kakinya menuju deretan anak tangga itu dan langkah kakinya mantap menuju rumah namja yang sangat ia cintai. Gang-gang itu terlihat cukup sepi hanya satu dua orang saja yang lewat hingga tidak ada yang sadar jika Luhan sesekali tersenyum-senyum sendiri membayangkan sosok Yifan. Yifan adalah dunia Luhan.

 

 

 

“Yifan aku pulang ya” kata YangMi setelah ia meneguk habis jus jeruknya.

 

Pulang sekolah tadi Yifan dan YangMi memang bersama-sama. Rumah mereka memang searah dan rumah YangMi letaknya juga tidak terlalu jauh dari rumah Yifan, karena itu Yifan menawarkan YangMi apakah gadis cantik berkacamata itu mau mampir kerumahnya atau tidak. Dan tentu saja YangMi tak menolak ajakan sahabatnya itu. kemudian mereka pun belajar, bercanda bahkan YangMi membantu ibu Yifan membuat kue didapur sementara Yifan hanya sibuk memakan kue buatan mereka dengan wajah tanpa dosa saat YangMi dan Ibunya begitu kelelahan karena proses pembuatannya. Alhasil Yifan pun mendapat ocehan dari YangMi sementara Bibi Fei hanya tersenyum melihat kelakuan mereka berdua.

 

“baiklah, terima kasih ya sudah membantu ibuku” ujar Yifan dengan senyuman tipis namun sangat memabukan itu jika Luhan yang melihatnya

 

“tidak masalah Yifan, ibumu kan sudah seperti ibuku juga. Maka itu kau harus menjaga dan menghormati ibumu” kata YangMi

 

“iya baiklah Seongsaengnim” ujar Yifan

 

“isshh dasar” sungut YangMi melihat Yifan seperti sedang mengejeknya

 

“kau mau kuantar tidak” tawar Yifan pada YangMi

 

“tidak perlu Yifan. rumahku kan dekat. Jangan khawatir. Sudah ya aku pergi sampai jumpa”

 

“sampai jumpa”

 

YangMi pun meninggalkan Yifan dikamarnya dan ia segera muncul diruang tamu sederhana Yifan dan melihat bibi Fei tengah duduk disofa sambil menonton drama favoritnya.

 

“Bi aku permisi pamit pulang” ujar YangMi dengan sopan

 

“ahh YangMi kenapa buru-buru sekali” ujar Fei sambil berdiri dari sofanya.

 

“maafkan aku Bi, aku juga masih ada urusan. Terima kasih banyak ya Bi”

 

“ah iya baiklah. Hati-hati ya”

 

“terima kasih Bi, sampai jumpa” ujar YangMi sambil membungkukan badannya sopan kemudia ia meninggalkan rumah Yifan.

 

Sesampainya di depan pagar rumah Yifan, YangMi tiba-tiba menghentikan langkahnya karena melihat seseorang yang sangat ia kenal tengah berjalan menuju ke arahnya. Itu adalah Luhan, ia sedang berjalan santai menuju rumah Yifan. ia masih belum sadar jika disana ada YangMi yang tengah mematung memperhatikan jalannya.

 

Saat Luhan semakin dekat dengan rumah Yifan, barulah Luhan sadar jika disana ada YangMi yang tengah berdiri di depan rumah Yifan. seketika mata Luhan menyipit mendapati gadis yang ia benci berada dirumah lelaki yang ia sukai. Alhasil rasa cemburu itu pun kembali merayap dihatinya.

 

“Luhan” lirih YangMi dengan suara yang sangat pelan nyaris seperti sebuah bisikan entah Luhan mendengar atau tidak walau kedua gadis itu kini sudah face to face.

 

Luhan menaikan sebelah alisnya “kau sering kemari?” tanya Luhan dengan nada ketusnya yang membuat orang takut untuk menjawabnya.

 

“a aniyo..a aku hanya ke kebetulan mampir. Euhhmm ka kalau begitu aku pergi dulu ya. Sampai jumpa” ujar YangMi dengan terbata karena ia takut dan malas untuk meladeni Luhan, apalagi ini dirumah Yifan. YangMi tidak mau nanti Yifan akan marah padanya atau pada Luhan. jadi karen aitu YangMi memilih untuk pergi saja dari hadapan Luhan.

 

Luhan juga tak sempat untuk berkata apapun lagi, ia hanya membiarkan gadis yang menurutnya sebagai pecundang itu berlalu begitu saja. Luhan kemudian menarik nafas dalam dan sesaat berikutnya menghembuskannya perlahan guna mengatur tensi darahnya yang sempat naik tadi. Sambil terus mengusir rasa bencinya pada YangMi, Luhan kemudian melanjutkan langkah menuju muka pintu rumah Yifan. dengan segera Luhan pun memencet bel yang ada.

 

Tak sampai satu menit, Luhan dapat mendengar suara knop pintu yang diputar dari dalam, detik berikutnya pintu itu setengah terbuka dan menampilkan sosok wanita berusia 40an tersenyum pada Luhan. Pasti Ibunya Yifan. pikir Luhan dalam hati.

 

“Annyeonghaseyo, na..namaku Luhan. aa aku teman sekelasnya Yifan” ujar Luhan setelah ia membungkukan badannya sopan pada wanita itu.

 

“ne, annyeonghaseyo. Jadi kau juga temannya Yifan ya. Kalau begitu silahkan masuk” ujar Fei dengan membuka penuh pintu rumahnya dan membiarkan gadis cantik itu masuk.

 

Luhan dan Fei kini sudah ada di ruang tamu, dan mereka masih berdiri. Mata Luhan ia edarkan keseluruh ruangan kecil itu untuk mengusir gugup karena Ibu Yifan terus memperhatikannya. Ini memang pertama kalinya Luhan bertemu dengan Ibu Yifan karena sebelumnya sat Luhan main kerumah Yifan, wanita itu sedang berada dirumah.

 

Sementara Fei, matanya dengan seksama memperhatikan penampilan Luhan. rambut hitam panjang dan lurus dengan sebuah penjepit rambut kecil yang bertengger manis dirambut sebelah kirinya, sweater rajut warna merah muda dan celana jeans navy di tabmbah dengan tas kecil berwarna hitam yang tersampir di bahu Luhan membuat penampilan Luhan sangat cantik. Fei bahkan memuji kecantikan Luhan bagai malaikat saat matanya terus memperhatikan gadis itu. Fei pun kemudian tersenyum tipis.

 

“Luhan-ssi mau bertemu Yifan kan” tanya Fei yang membuat Luhan reflek menoleh kearahnya. Kemudian Luhan mengangguk pelan.

 

“dia ada dikamarnya, ayo ikut aku” seru Fei. Dan Luhan pun segera mengikuti gerak langkah kaki Fei yang menuntunya menuju kesebuah pintu yang diyakini Luhan sebagai kamar Yifan.

 

Luhan kemudian menatap mata Fei saat mereka tiba didepan pintu itu.

 

“tidak apa-apa masuk saja” ujar Fei. Luhan masih gugup dengan situasi itu. Kemudia mereka mendengar sebuah deringan telpon rumah dan Fei pun segera menuju sumber suara itu meninggalkan Luhan di depan kamar Yifan.

 

Setengah ragu, Luhan kemudian memutar knop pintu itu “Yifan” seru Luhan, membuat Yifan yang masih asik membaca buku menoleh ke asal suara tersebut, dan mendapati sosok Luhan tengah berdiri di depan pintu kamarnya.

 

Perlahan Luhan masuk ke kamar Yifan yang tidak terlalu besar tapi sangat rapi dan bisa membuat orang cukup nyaman. Jantung Luhan mulai berdetak tak normal begitu ia untuk pertama kalinya masuk ke kamar Yifan dan entah sadar atau tidak Luhan memilih duduk di sisi ranjang Yifan.

 

“jadi kau selalu sibuk dengan YangMi dirumahmu, karena itu kau tak memperbolehkanku mampir kerumahmu” ujar Luhan selalu saja memulai perdebatan dengan Yifan tak kenal tempat dan waktu. Yifan memutar bola matanya malas dan kemudian bangkit dari kursi belajarnya dan menatap gadis itu lekat-lekat.

 

“apa maksudmu. Lagipula itu urusanku mau mengajak siapa saja untuk kerumahku. Kau tidak berhak untuk mengatur ataupun komplain” sahut Yifan yang tak kalah ketus.

 

Dari luar pintu kamar Yifan, Fei yang bersiap masuk untuk memberikan segelas jus jeruk yang berada ditangannya untuk Luhan, mendadak membeku disana karena tak sengaja mendengar perdebatan kecil mereka. Kemudian Fei pun kembali ke dapur meninggalkan dua remaja itu.

 

Luhan semakin kesal dengan Yifan. kenapa Yifan selalu membela YangMi dan YangMi. “kau menyebalkan Yifan” desis Luhan sambil menatap tajam ke arah Yifan.

 

“kau mau belajar atau tidak. Mana buku pelajaranmu” kata Yifan sambil melihat Luhan yang hanya membawa tas kecil yang mungkin hanya muat untuk tablet ataupun dompet.

 

Luhan baru sadar jika dia lupa membawa buku-bukunya karena ia tadi terlalu senang akan mampir kerumah Yifan. Luhan merutuki kebodohannya bagaimana ia sampai lupa seperti itu. Lalu apa yang harus ia katakan pada Yifan.

 

Luhan melempar pandangannya kesembarang arah sambil menelan salivanya berusaha mengumpulkan segudang alasan untuk Yifan. “tas sekolah ku tertinggal dikantor Ayah. Ketika aku ingat aku sudah berada dirumah dan aku malas untuk mengambilnya” kata Luhan dengan sangat tenang dan nada ketus yang selalu terselip disetiap ucapan gadis cantik itu.

 

Yifan hanya memutar bola matanya. Ia tahu Luhan berbohong. Namun karena tak ingin mengundang perdebatan yang sangat ia benci jadi Yifan hanya mengangguk seolah percaya pada ucapan gadis yang disukainya itu. Dan tanpa Yifan sadari Luhan menarik nafas lega karena Yifan percaya pada ucapannya.

 

“Yifan aku haus, tidak kah kau mengambilkan minuman untuk seorang tamu” ujar Luhan enteng tanpa rasa bersalah atau apapun itu.

 

Sekali lagi Yifan memutar bola matanya dengan malas. Yifan tersadar jika tamunya adalah seorang tuan putri kaya raya dan angkuh. Tanpa banyak bicara Yifan keluar kamar guna mengambilkan segelas minuman untuk sang putri.

 

Sesampainya didapur ia menemukan Ibunya. “Ibu apa yang kau lakukan?” tanya Yifan

 

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
vivie_galaxyluhan #1
Chapter 10: wahhhh akhirnya tamat,,so sweet,hehe
keren koq kak author ,,
seneng bgt karena ada ff krishan,,
ditunggu cerita lanjutanya,,,
Galaxy_FanHan007
#2
Chapter 10: Komenan gue ke potong
Galaxy_FanHan007
#3
Chapter 10: Udah bagus eonn .meskipun rada gak puas
ricayong #4
Chapter 10: Lega rasanya baca andingnya... kannykim sekuel setuju bgt... sekuel donk.. thx
kannykim
#5
Chapter 10: Sekuel donk plissss!!!
vivie_galaxyluhan #6
Chapter 9: yahhhhh pasti deh tiap luhan sama yifan mau ngobrol ada aja gangguanya,hahahah
pas lagi romantis jugaa,hahha
ditunggu lanjutanya,,,
Galaxy_FanHan007
#7
Chapter 9: Hanjirrr bikin deg deg.an aigoo ayahnya luhan pasti tau tuh hadeh makin seru suka banget part moment krishan diganggu ayahnya luhan ヾ(☆▽☆)
Si chan mah -_- sedih banget gue ma tuh orang (╥﹏╥) datangin bebek lah buat chan waks (¯ ▿ ¯)╭

Ok wait to the next chapter eonni-ah jiayou (๑•ㅂ•) ﻭ✧
vpicey #8
Chapter 9: kukira mau nyataiin perasaan. dan apa ayahnya dengar yang ITU?
ricayong #9
Chapter 9: Ceritanya bikin gereget... disini yifan bener2 menyebalkan, pingin ditumpuk... luhan i like u
sendulce #10
yattaa update.. thanks udah update demu kami para krishan shipper~~
yawlaaaaa ini mereka kapan bersatuu??