Chapter 5

Misunderstanding
Please Subscribe to read the full chapter

“Eomma, maafkan Aku. Karena Aku baru kali ini mengunjungimu lagi.” Kata Luhan masih sambil menatap nama Ibunya di batu nisan tersebut.

 

“Eomma, banyak sekali yang ingin Aku ceritakan padamu.” Tiba-tiba wajah Yifan terlintas dibenak Luhan. ingin rasanya Luhan menceritakan tentang Yifan saat ini juga. Jika diingat-ingat, Luhan memang belum pernah menceritakan romansanya semasa SMA. Karena waktu itu Luhan masih di tahun pertama dan belum ada yang ia suka saat itu kemudian di tahun yang sama pula Ibunya tiada. Jadi Luhan tak sempat berbagi kisah cintanya.

 

“Eomma, maafkan Aku. Karena Aku tak bisa menjadi putri yang baik untuk Eomma. Pasti Eomma marah padaku. Aku minta maaf Eomma.” Lirih Luhan.

 

“Setelah Eomma tiada. Aku memang tidak menjadi anak yang baik. Aku kerap membuat Ayah marah. Mengganggu teman-teman dan membuat orang lain benci padaku. Dan mungkin karena alasan itu pula, cintaku belum tersampaikan padanya Eomma. Pada Yifan.”

 

“Eomma ingat pada Yifan kan? Dia yang menolongku menemukan kelas saat aku tersesat di gedung sekolah.” Luhan tiba-tiba berhenti sejenak saat ia tak sengaja mengingat memori itu.

 

Saat itu Luhan masih belum hapal seisi gedung sekolahnya. Jadi ia sedikit tersesat kala mencari kelasnya waktu itu. Namun tiba-tiba entah dari mana seorang Namja bertubuh tinggi dengan baik hati membantu Luhan menemukan kelasnya atau lebih tepatnya kelas mereka. Karena mereka kebetulan ada dikelas yang sama.

 

Saat pertama kali melihat Yifan, jantung Luhan berdetak tidak normal. Ada sesuatu yang aneh menjalar ke dadanya. Yifan sangat sangat tampan dan anak gadis mana yang tidak terpesona olehnya. Waktu itu Luhan juga ramah pada Yifan, begitu juga sebaliknya.

 

Bodoh. Kata Luhan dalam hatinya. Memaki dirinya sendiri.

 

Mungkin jika Luhan tidak bersikap seperti sekarang, pasti dia dan Yifan akan lebih dekat dan bisa jadi cintanya juga sudah tersampaikan.

 

“Eomma, apa yang harus ku lakukan. Aku menyukainya tapi aku tak tahu bagaimana cara mengatakannya Eomma.” Luhan menundukan kepalanya.

 

“Luhan-ssi?” seru sebuah suara yang langsung membuat Luhan menaikan wajahnya dan menoleh guna melihat sosok yang baru saja memanggil namanya itu.

 

“Bibi Fei?” ujar Luhan dengan nada pelan.

 

“Maaf sudah mengganggu Luhan-ssi.” Ujar Fei yang saat ini tengah duduk disebuah bangku kayu yang berada di area pemakaman itu.

 

“Tidak apa-apa. Uhmm.. dan tolong panggil Aku Luhan saja.” Sahut Luhan dengan senyum kikuknya.

 

“Baiklah. Luhan, Tadi itu uhmm... siapa?” tanya Fei setengah ragu.

 

“Ibuku.” Jawab Luhan.

 

“Aku turut berduka, Luhannie.” Kata Fei dan langsung membelai punggung Luhan.

 

“Ibumu, pasti sangat cantik. Karena kau juga sangat cantik.” Ujar Fei guna untuk mencairkan suasana.

 

“Terima kasih.” Luhan tersenyum. “Apa yang Bibi lakukan disini?” tanya Luhan.

 

“Mengunjungi Ayah Yifan.” sahut Fei dengan mata sendu.

 

Luhan sangat mengerti perasaan Fei. Merindukan seseorang yang kini sudah tak mungkin lagi ditemui di dunia ini lagi. Luhan paham. Lalu keduanya terdiam.

 

"Boleh Aku bertanya?" tiba-tiba Luhan bertanya memecah keheningan yang sempat terjadi di antara mereka.

 

"Tentu saja." sahut Fei.

 

"Anda, adalah seorang Ibu. Apa yang kau harapkan dari anakmu?" tanya Luhan walau sebenarnya Luhan merasa ragu untuk menanyakannya.

 

"Dengar, setiap Ibu pasti ingin anak mereka selalu bahagia. Dan menjadi anak yang baik untuk semua orang. Aku yakin Ibumu juga ingin kau seperti itu." jawab Fei.

 

Luhan diam, memang benar Ibunya juga selalu mengatakan hal itu. Luhan jadi sedikit menyesal atas apa yang ia lakukan pada teman-temannya yang pernah ia bully di sekolah termasuk YangMi. Dan tiba-tiba Luhan merasa ingin minta maaf pada gadis itu.

 

Melihat Luhan yang terdiam membuat Fei sedikit tidak enak. Ia merasa membuat Luhan kembali berduka.

 

"Luhan, Aku tahu kau merindukan Ibumu. Tapi bukan berarti kau harus terlalu larut dalam sedihmu. Melihatmu seperti itu Beliau mungkin akan merasa sedih juga." kata Fei sambil meraih tangan Luhan dan sedikit meremasnya.

 

Luhan seketika menoleh dan menatap Fei yang tengah menatapnya juga dengan tatapan keibuan. Entah kenapa Luhan merasakan hal aneh saat genggaman hangat Fei merambat dari tangannya hingga ke sudut hatinya. Seperti genggaman mendiang Ibunya dulu.

 

Mata Luhan mulai berkaca-kaca. Lalu ia menundukan kepalanya guna menybunyikan air mata yang perlahan menetes.

 

Naluri Ibu membuat Fei, merasa iba dengan kasih sayang seorang Ibu, Fei memeluk Luhan dengan pelukan hangatnya. Dan membiarkan Luhan menyalurkan rasa rindunya pada Ibunya.

"Luhannie, jangan sedih lagi. Aku yakin diatas sana. Ibumu berbahagia. Karena itu Luhannie juga harus bahagia." ujar Fei sambil mengusap lembut punggung Luhan.

 

"Terima kasih." sahut Luhan dengan suara gemetar.

 

Eomma, maafkan Aku. Batin Luhan.

 

"Bibi. Maafkan Aku karena sudah merepotkanmu dan membuatmu mendengar keluhanku." kata Luhan setelah melepas pelukannya.

 

"Tidak. Aku tidak merasa seperti itu. Aku senang kau mau bercerita padaku." Luhan tersenyum manis. Ia berpikir betapa beruntung Yifan mempunyai Ibu sebaik Fei.

 

"Bibi. Apa yang kau lakukan setiap hari. Waktu pertama kali Aku mengunjungi rumahmu. Kau tidak ada." tanya Luhan.

 

"Ah iya. Kau tahu kan Ayah Yifan sudah tiada jadi akulah yang berperan sebagai kepala rumah tangga juga. Untuk membiayai aku dan Yifan. Sebenarnya Yifan tidak terlalu suka jika Aku terlalu kelelahan. Bahkan dia berniat untuk mencari pekerjaan paruh waktu. Tapi Aku melarangnya. Biarlah Yifan fokus untuk sekolah dan tidak perlu memikirkan hal seperti ini. Walaupun Yifan selalu mengatakan padaku agar tidak terlalu lelah." jawab Fei dengan raut sendu tapi ia tak membiarkannya bertahan lama karena ia dengan segera melempar sebuah senyum.

 

Luhan mengangguk-angguk. "Lalu apa yang kau kerjakan?" lanjut Luhan bertanya.

 

"Salah seorang sahabatku dengan baik hati memintaku menjaga kedainya. Karena ia tak bisa setiap hari mengawasi para karyawannya jadi dia memintaku untuk melakukannya."

 

"Benarkah? Boleh Aku berkunjung ke kedai itu?" tanya Luhan penuh harap.

 

"Tentu saja Luhan. Kedai itu dekat. Atau kau bisa meminta Yifan untuk mengantarmu."

 

"A-apa? A-aku rasa itu tidak perlu." Luhan mendadak canggung saat Fei menyebut nama Yifan.

 

"Baiklah terserah kau saja." jawab Fei sambil tersenyum penuh arti melihat Luhan yang mendadak menyiratkan warna merah dipipinya samar-samar.

 

 

***** Misunderstanding *****

 

 

Pagi-pagi tanpa sengaja Luhan berpapasan dengan Yifan dan YangMi di tikungan koridor. Ketiganya sempat membeku di tempat, udara seakan menipis bagi Luhan melihat orang yang disukainya berjalan berdampingan dengan gadis lain.

 

Tapi Luhan mencoba untuk mengontrol emosinya, dan menjaga sikapnya. Karena itu Luhan langsung berlalu begitu saja tanpa ada sepatah katapun. Dan Yifan menoleh, melihat punggung Luhan yang semakin menjauh.

 

“Yifan,” seru YangMi. Dan Yifan pun kembali menoleh pada gadis itu.

 

YangMi menggelengkan kepalanya beberapa kali, ia tak habis pikir dengan sikap Yifan pada Luhan. menurutnya Yifan terlalu kekanakan dan egois. “Sampai kapan kau akan bersikap begitu padanya?” tanya YangMi.

 

“Apa maksudmu YangMi?” Yifan balik melempar tanya.

 

“Aku rasa Chanyeol akan bertindak lebih cepat jika kau tak segera mendapatkannya.”

 

Tiba-tiba Yifan tersadar, dan juga menjadi sedikit cemas. Bagaimana jika YangMi benar, bagaimana jika Chanyeol akan selangkah lebih cepat darinya. Dan Yifan tidak rela jika sampai hal itu terjadi. Tapi Yifan juga merasa bingung bagaimana harus mengatakannya pada Luhan.

 

“Yifan, kenapa kau malah melamun?” tanya YangMi membuat Yifan tersadar.

 

“Tapi Aku tidak suka caranya memperlakukanmu. Karena itu lebih baik Aku menjauh darinya.” jawab Yifan.

 

YangMi jadi merasa bersalah pada Yifan, memang benar sudah tidak terhitung berapa kali Yifan mencoba melindungi YangMi dari ulah Luhan bersama dengan Chanyeol, Kai dan Chen. Setiap kali Luhan akan mengganggu YangMi, Yifan pasti akan datang dan menolongnya lalu yang terjadi Luhan akan memarahi Yifan.

 

“Yifan, maafkan Aku.” Lirih YangMi dan seketika Yifan merutuki kebodohannya. Maksud Yifan bukan seperti i

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
vivie_galaxyluhan #1
Chapter 10: wahhhh akhirnya tamat,,so sweet,hehe
keren koq kak author ,,
seneng bgt karena ada ff krishan,,
ditunggu cerita lanjutanya,,,
Galaxy_FanHan007
#2
Chapter 10: Komenan gue ke potong
Galaxy_FanHan007
#3
Chapter 10: Udah bagus eonn .meskipun rada gak puas
ricayong #4
Chapter 10: Lega rasanya baca andingnya... kannykim sekuel setuju bgt... sekuel donk.. thx
kannykim
#5
Chapter 10: Sekuel donk plissss!!!
vivie_galaxyluhan #6
Chapter 9: yahhhhh pasti deh tiap luhan sama yifan mau ngobrol ada aja gangguanya,hahahah
pas lagi romantis jugaa,hahha
ditunggu lanjutanya,,,
Galaxy_FanHan007
#7
Chapter 9: Hanjirrr bikin deg deg.an aigoo ayahnya luhan pasti tau tuh hadeh makin seru suka banget part moment krishan diganggu ayahnya luhan ヾ(☆▽☆)
Si chan mah -_- sedih banget gue ma tuh orang (╥﹏╥) datangin bebek lah buat chan waks (¯ ▿ ¯)╭

Ok wait to the next chapter eonni-ah jiayou (๑•ㅂ•) ﻭ✧
vpicey #8
Chapter 9: kukira mau nyataiin perasaan. dan apa ayahnya dengar yang ITU?
ricayong #9
Chapter 9: Ceritanya bikin gereget... disini yifan bener2 menyebalkan, pingin ditumpuk... luhan i like u
sendulce #10
yattaa update.. thanks udah update demu kami para krishan shipper~~
yawlaaaaa ini mereka kapan bersatuu??