Chapter 4

Misunderstanding
Please Subscribe to read the full chapter

"YangMi kau tidak apa-apa?" suara berat Yifan terdengar hingga masuk ke dalam toilet wanita yang berada disekolahnya.

 

YangMi sedang berada didalam guna membersihkan sisa susu yang tadi Luhan siramkan keatas kepalanya. Dan Yifan menunggu diluar toilet dengan perasaan cemas. Lagi-lagi Yifan tidak habis pikir kenapa Luhan setega itu pada YangMi. Luhan memang pernah mengerjai YangMi tapi menumpahkan susu ke atas kepala orang lain, ini pertama kalinya dalam sejarah Luhan melakukan itu.

 

"Aku tidak apa-apa Yifan." kata YangMi saat gadis itu sudah keluar dari dalam toilet

 

Yifan memperhatikan YangMi, walaupun sisa susu sudah tidak membekas pada rambut YangMi, tapi tetap saja gadis itu masih terlihat kacau. Dan Yifan jadi tidak tega, lalu segera menarik tangan YangMi ke arah taman belakang sekolah mereka. Hingga keduanya duduk disebuah bangku kayu disana.

 

Mereka terdiam beberapa menit, sampai akhirnya YangMi memutuskan untuk bersuara, ia penasaran kenapa Yifan mengatakan hal seperti itu tadi didepan Luhan. YangMi tahu seperti apa seorang Wu Yifan, pertemanan mereka bukan satu atau dua tahun tapi sejak SMP mereka memang sudah saling kenal satu sama lain.

 

"Yifan, kenapa kau mengatakan pada Luhan kalau kau menyukaiku?" tanya YangMi.

 

Yifan terdiam, ia tidak menjawab dan hanya masih menatap lurus kedepan.

 

"Aku tahu kau bohong," lanjut YangMi dan kali ini Yifan bereaksi dengan mengedipkan matanya sekali.

 

"Yifan kau harus katakan yang sejujurnya pada Luhan." YangMi masih mendiminasi percakapan mereka

 

"Tidak ada yang perlu ku katakan YangMi. Dan maaf telah melibatkanmu. Ini semua salahku. Luhan seharusnya tidak melakukan hal itu padamu. Ini semua salahku." ujar Yifan namun matanya masih menatap lurus kedepan.

 

"Yifan, aku tahu kau menyukai Luhan." Yifan seketika menengok ke arah YangMi saat kalimat itu terucap dari bibir manis YangMi.

 

Mata Yifan sedikit melebar dan membuat YangMi sempat menghentikan kalimatnya karena mendapat tatapan seperti itu dari Yifan.

 

"Benarkan, kau menyukainya?" YangMi pun tersenyum penuh arti pada Yifan, membuat Yifan merinding. Bagaimana YangMi bisa tahu.

 

"A-Aku tidak...." kata Yifan terbata.

 

"Yifan cepat sana, minta maaf dan bilang kau menyukainya" saran YangMi.

 

Yifan diam, tak menjawab ucapan YangMi.

 

"Sudahlah setidaknya kau harus mengatakannya. Tidak masalah jika dia menolakmu yang penting kau sudah mengungkapkannya. Ayolah Yifan" Yifan seperti mendengar Ibunya lah yang tengah berada disampingnya. Kalimat YangMi benar-benar mirip dengan kata-kata Ibunya tempo hari yang juga menyarankan hal yang sama.

 

Yifan masih tak membalas ucapan YangMi, lelaki tampan itu hanya menghembuskan nafasnya frustasi.

 

 

Tak lama suara bel tanda jam pulangpun berbunyi, YangMi jadi sedikit merasa bersalah karena sisa pelajaran hari ini ia tidak mengikutinya. Karena itu tak lama YangMi segera menarik lengan Yifan agar segera kembali kekelas mereka guna mengambil tas, disaat yang bersamaan semua murid pun mulai berhamburan keluar dari kelas mereka masing-masing.

 

 

 

 

Setelah pulang dari sekolah, seharian ini Luhan hanya mengurung diri didalam kamarnya. Luhan duduk dilantai bersandar pada sisi ranjangnya. Kedua lututnya ditekuk dan ia membenamkan wajahnya dicela antara kedua lututnya. Kepalanya terus saja menampilkan sosok Yifan disana. Luhan memang terlalu lemah jika meyangkut soal Yifan.

 

 Jadi beginikah rasanya patah hati. Luhan marah dan cemburu pada Yifan, ingin sekali Luhan berteriak didepan wajah Yifan jika dia sangat cemburu tapi semuanya juga bukan salah Yifan. ini salahnya juga kenapa ia tidak menurunkan egonya dan segera mengatakan pada Yifan jika Luhan sangat mencintainya.

 

Luhan mengangkat wajahnya dan tanpa sengaja ia melihat bayangan dirinya di cermin yang terdapat di lemari pakaiannya. Matanya sedikit sembab dan masih terlihat jelas sisa air mata yang melintas di pipinya. Luhan bahkan memandang miris dirinya sendiri. Bertanya dalam hati apakah seseorang yang berada didalam cermin itu adalah sungguh dirinya. Benar itu adalah Luhan.

 

Kau bodoh. Kenapa kau begitu bodoh. Dia tidak mencintaimu tapi kenapa kau bahkan semakin mencintainya.  Luhan memaki dirinya sendiri dalam hatinya.

 

Kau memang sangat bodoh Luhan. lanjut Luhan memaki diri sendiri.

 

Luhan menatap setiap detail wajahnya, mulai dari mata, hidung dan bibirnya. Luhan menggigit bibir bawahnya saat bayangan ciuman Yifan terlintas di otaknya.

 

Luhan kembali mengingat saat bagaimana ia dan Yifan berhubungan intim. Luhan kembali bertanya pada dirinya sendiri, apa yang terjadi padanya saat itu hingga membuat Luhan dengan suka rela memberikan tubuhnya pada Yifan. Padahal diantara mereka tidak memiliki ikatan apapun yang bisa disebut sebagai pasangan.

 

Luhan memeluk lututnya dengan lebih erat seraya menunduk. Dia malu pada dirinya sendiri. Kenapa dia begitu lemah terhadap Yifan. Bahkan ia tidak bisa marah atau reflek menampar Yifan ketika pria itu menciumnya dengan paksa.

 

Tidak ada pria selain Yifan yang mampu membuat Luhan hingga jatuh sedalam ini. Gadis itu telah benar-benar jatuh cinta pada Yifan. Luhan tidak bisa benar-benar marah atau membenci Yifan. Yifan adalah kelemahannya.

 

"Luhannie, ayo cepat keluar. Sudah saatnya makan malam. Ayahmu bisa marah kalau kau tidak makan sayang." seru Hyorin dari luar pintu kamar Luhan.

 

Luhan memutar bola matanya malas, ia benar-benar tidak suka pada wanita itu. Luhan tidak membencinya hanya saja, ia merasa sedih saat melihat wanita itu terlihat sangat dekat dan bermanja-manja pada Ayahnya. Luhan selalu sesak melihat kemesraan Hyorin dan Ayahnya. Ia selalu saja mengingat mendiang Ibunya saat melihat mereka dan menganggap bahwa Ayahnya sudah melupakan Ibunya.

 

Luhan berdiri dan berjalan dua langkah lalu ia berteriak dengan nada sedang "Tinggalkan Aku."

 

Dari luar pintu Hyorin menghela nafas, sulit rasanya mendapatkan hati Luhan. "Tapi kau harus makan sayang, Aku-" belum sempat Hyorin selesai bicara tapi ia sudah mendapat selaan dari Luhan.

 

"Aku bilang tinggalkan Aku. Aku akan makan jika Aku mau."

 

Sungguh Hyorin sangat sangat menahan hatinya agar tidak terbawa emosi pada Luhan. Keinginan untuk mengatakan pada Luhan bahwa dia sebenarnya sangat menyayanginya seakan tidak cukup untuk mendapatkan hati Luhan.

 

Entah sampai kapan Luhan bersikap seperti itu padanya. Kapan Luhan akan mulai membuka hatinya untuk Hyorin. Harapan Hyorin yang paling besar saat ini adalah keajaiban bahwa Luhan akan membuka hatinya agar menerima Hyorin sebagai Ibunya.

 

"Baiklah sayang, Aku mengerti." Tukas Hyorin sebelum benar-benar beranjak dari muka pintu Luhan.

 

Setelah Luhan tak lagi mendengar suara Hyorin, gadis itu melangkah menuju ranjangnya. Dan ia melihat sebuah foto yang terdapat di atas nakas samping tempat tidurnya.

 

Sebuah foto yang berisi potret dirinya tengah tersenyum lebar sambil memeluk bahu seorang wanita yang memiliki wajah mirip Luhan namun berusia hampir dua kali dari usia Luhan. Ibu kandungnya.

 

Luhan duduk disamping ranjangnya sambil meraih foto itu. Ia menatap sosok Ibunya dengan tatapan rindu. Matanya mulai berkaca.

 

Eomma, aku rindu padamu. Bagaimana kabarmu disana Eomma? Eomma apa kau mendengarku? Air mata lolos mengaliri pipi putih Luhan.

 

Luhan tersenyum disela tangisannya, ia teringat moment yang menyenangkan bersama Ibunya. Dulu setiap pulang sekolah, Ibunya pasti akan membuatkan susu atau coklat panas dan waffle kesukaan Luhan.

 

Luhan meraih bingkai lainnya di nakas tersebut. Bingkai itu tidak berisi foto tetapi secarik kertas yang terdapat disana. Sebuah kertas ulangan Luhan saat masih di semester asal semasa di tingkat satu SMA.

 

[Flashback]

 

Luhan begitu terburu-buru masuk kedalam rumah, melesat cepat melintasi ruang tamu dan menuju dapur senyum cerah terpampang jelas diwajah cantiknya.

 

"Eomma~" seru Luhan begitu melihat Ibunya dan langsung memeluk Ibunya dari belakang dan mencium pipi Ibunya dengan gemas.

 

"Ada apa Xiao Lu? Kau terlihat begitu bahagia. Apa ada Namja yang menyatakan cinta padamu?" Tanya Ibu Luhan dengan nada menggoda.

 

"Eomma, bukan itu. Eomma coba lihat ini," kata Luhan sambil mengangkat kertas sebatas wajahnya dan menunjukannya pada Ibunya.

 

Ibu Luhan seketika tersenyum bangga pada Luhan "Jadi Xiao Lu kesayangan Ibu mendapat nilai A+ dikelas."

 

"Eomma, coba lihat, ini pelajaran Fisikia Eomma" Luhan terkekeh lalu menunjukan deretan gigi putihnya.

 

"Waahh bukankah kau itu paling tidak suka pelajaran Fisika?. Xiao Lu kesayangan Eomma memang yang terbaik. Eomma bangga padamu Lu." Ibu Luhan mengecup sayang kedua pipi Luhan dan langsung mendapat dekapan dari putri kesayangannya itu.

 

"Selamat ulang tahun Eomma. Aku sengaja belajar lebih giat di pelajaran ini. Karena Eomma selalu menegurku agar lebih serius mempelajari Fisika. Jadi Aku ingin memberikan nilaiku ini sebagai kado untuk Eomma." Kata Luhan setelah melonggarkan pelukannya.

 

"Terima kasih sayang." Sahut Ibu Luhan sambil mengelus pipi Luhan lembut.

 

" Eomma tidak marah kan? Karena ini bukan hadiah yang berharga."

 

"Tidak sayang. Eomma tidak marah. Apapun yang kau berikan Eomma selalu menyukainya. Asal kau selalu sayang pada Eomma."

 

Luhan hampir ingin menangis mendengar kata-kata itu. Jadi Luhan hanya menganggukan kepalanya karena ia tahu suaranya pasti akan tergetar jika bicara karena menahan tangis.

 

"Eomma, aku sangat menyayangimu. Aku mohon tetaplah disisiku Eomma." kata Luhan yang sekarang duduk di kursi putar di depan station dapur sambil memeluk pinggang dan mendaratkan wajahnya di bahu Ibunya.

 

Ibu Luhan mengelus surai Luhan dengan lembut, "Eomma akan selalu ada disisimu Xiao Lu. Tapi kau harus jadi anak yang baik dan penurut oke. Ayah dan Ibu akan sangat bangga padamu."

 

"Eomma aku janji akan jadi anak yang baik. Aku sayang padamu Eomma"

 

[Flashback Off]

 

Luhan kembali menangis saat teringat janjinya jika

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
vivie_galaxyluhan #1
Chapter 10: wahhhh akhirnya tamat,,so sweet,hehe
keren koq kak author ,,
seneng bgt karena ada ff krishan,,
ditunggu cerita lanjutanya,,,
Galaxy_FanHan007
#2
Chapter 10: Komenan gue ke potong
Galaxy_FanHan007
#3
Chapter 10: Udah bagus eonn .meskipun rada gak puas
ricayong #4
Chapter 10: Lega rasanya baca andingnya... kannykim sekuel setuju bgt... sekuel donk.. thx
kannykim
#5
Chapter 10: Sekuel donk plissss!!!
vivie_galaxyluhan #6
Chapter 9: yahhhhh pasti deh tiap luhan sama yifan mau ngobrol ada aja gangguanya,hahahah
pas lagi romantis jugaa,hahha
ditunggu lanjutanya,,,
Galaxy_FanHan007
#7
Chapter 9: Hanjirrr bikin deg deg.an aigoo ayahnya luhan pasti tau tuh hadeh makin seru suka banget part moment krishan diganggu ayahnya luhan ヾ(☆▽☆)
Si chan mah -_- sedih banget gue ma tuh orang (╥﹏╥) datangin bebek lah buat chan waks (¯ ▿ ¯)╭

Ok wait to the next chapter eonni-ah jiayou (๑•ㅂ•) ﻭ✧
vpicey #8
Chapter 9: kukira mau nyataiin perasaan. dan apa ayahnya dengar yang ITU?
ricayong #9
Chapter 9: Ceritanya bikin gereget... disini yifan bener2 menyebalkan, pingin ditumpuk... luhan i like u
sendulce #10
yattaa update.. thanks udah update demu kami para krishan shipper~~
yawlaaaaa ini mereka kapan bersatuu??