Chapter 10

Misunderstanding
Please Subscribe to read the full chapter

Cuap-cuap Author:

Special thank's buat kalian yang sudah review ff ini, kalian adalah penyemangat saya buat lanjutin ff ini. dan juga saya mau ngucapin terima kasih buat kalian yang sudah subscribe, yang sudah baca, dan upvote saya sangat menghargai kalian. ^^ dan maaf kalo lama update heh real life ku sungguh-oh- #abaikan. pokoknya selamat membaca ya.

 

 

"Luhan, kau mau kemana? Ayah ingin bicara denganmu."

 

Semenjak ayahnya menginterupsi percakapannya dengan Yifan, Luhan memilih untuk segera masuk kedalam rumah dan lagi Yifan juga langsung pamit. Ia tahu pasti Yifan merasa canggung.

 

Luhan berbalik tepat saat akan melangkah naik ke anak tangga. "Apa yang ingin ayah bicarakan?"

 

"Kau dan Yifan. Seperti apa hubungan kalian?"

 

Luhan diam, tak tahu harus menjawab apa. Tapi kenapa Luhan harus bingung? Bukankah antara dia dan Yifan memang tak ada yang spesial.

 

Dia menyukai Yifan, dan entah kenapa Luhan merasa bahwa Yifan juga menyimpan sesuatu padanya. Lalu, pantas disebut apa hubungan yang seperti itu. Kekasih? Tidak mungkin. Lalu teman? Teman macam apa yang saling menyukai tanpa berani mengungkapkan, ditambah mereka juga berciuman beberapa kali hingga berbagi ranjang. Apa yang pantas untuk menyebut status mereka?.

 

"Luhan, jawab ayah." Tuntut tuan Xi.

 

"Ada apa ini? Kenapa kalian mengobrol disini?" Hyorin yang merasa mendengar suara suaminya,  langsung menghampiri mereka.

 

Hyorin melirik Luhan yang nampak bingung, lalu beralih menatap suaminya dengan pandangan menuntut kepada Luhan.

 

"Luhan,"

 

"Kurasa, tidak perlu dijelaskan lagi." Jawab Luhan pada akhirnya. Sengaja megeluarkan kalimat ambigu seperti itu.

 

"Sejak kapan kau dan Yifan memulainya?"

 

Ah, ternyata tentang mereka. Batin Hyorin.

 

"Aku tidak ingin membicarakan ini. Bukankah ayah tidak peduli?"

 

"Luhan, jangan bicara begitu pada ayahmu." Peringat Hyorin dengan nada lembut. Tapi Luhan seolah mengabaikan keberadaan Hyorin.

 

"Jadi, itu benar?" Luhan menatap mata sang ayah. "Kau dan Yifan telah...." Ayah Luhan serasa tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Merasa malu dan juga kecewa.

 

Ia merasa ini semua salahnya, salahnya tak memperhatikan putri satu-satunya itu. Hingga ia merasa kecolongan. Walau ia tahu bahwa Yifan memang pemuda yang baik. Tapi tetap saja, mendengar putrinya sudah berhubungan dengan seorang laki-laki membuat tuan Xi sedikit kecewa. Pasalnya ia merasa menyesal telah melewatkan waktunya yang seharusnya ia bisa sisihkan untuk bersama putrinya. Tidak. Tuan Xi juga bukan berarti menyalahkan Hyorin. Dia tahu bahwa hubungan putrinya dan Hyorin memang kurang baik dan Luhan juga tidak akan mau bilang apalagi bercerita tentang hal-hal apa saja yang ia lewati bersama Yifan.

 

Tuan Xi menghela napas dan ia menyadari ancang-ancang bahwa Luhan bersiap melangkah. "Apa kau sungguh mencintainya?"

 

Luhan kembali berbalik menatap mata ayahnya. Aku sangat sangat mencintainya. Luhan memilih mengangguk sebagai jawaban. Dan Luhan segera menaiki anak tangga

 

Tuan Xi menghela napas. Mencoba menerima bahwa putrinya memang sedang jatuh cinta. Walau kenyataan Luhan dan Yifan telah berhubungan tetap menjadi beban bagi dirinya. Tapi ia juga ingin membahagiakan putrinya. Ingin melihat Luhan bahagia dan mendapatkan pemuda yang sesuai dengan Luhan.

 

"Sudahlah, sayang. Biarkan Luhan yang menentukan. Aku percaya bahwa Yifan adalah anak yang baik."

 

"Aku tidak meragukan kebaikan Yifan. Hanya saja aku merasa kecolongan. Bagaimana bisa aku tidak memperhatikan Luhan. Aku memang seorang ayah yang payah."  Tuan Xi tersenyum getir.

 

"Maafkan aku juga. Aku tidak bisa menjadi ibu yang baik."

 

Bodoh sekali. Mungkin karena ucapannya membuat Hyorin tersinggung. Ini harus segera diluruskan. "Tidak. Ini bukan salahmu. Aku tidak bermaksud menyinggungmu atau apapun itu. Aku-"

 

"Aku tahu. Tidak apa-apa. Kumohon percayalah. Yifan adalah anak yang baik. Dan Luhan mencintainya. Aku berpikir, mungkin dengan memberikan kebebasan pada Luhan akan membuat Luhan bahagia setidaknya itu yang bisa kulakukan. Luhan anak yang baik juga aku tahu itu. Hanya ini yang bisa kulakukan jika dia selalu menolak kasih sayangku." Tatapan Hyorin begitu nanar dan sendu. Ia ingin sekali bisa lebih dekat dengan Luhan. Hyorin memang tidak pernah bermaksud menggantikan posisi ibu kandung Luhan di hati suaminya atau Luhan. Tapi ia hanya ingin berbagi kasih sayang pada mereka berdua. Tidak apa jika mereka masih sangat mencintai dan menyayangi mendiang ibu kandung Luhan. Di akui dan diterima saja sudah membuat Hyorin bahagia.

 

Tuan Xi merengkuh tubuh istrinya. Mendekapnya dalam sebuah pelukan hangat yang menenangkan. Hyorin tersenyum kecil di dada bidang suaminya dan membalas pelukan orang yang dicintainya ini.

 

 

***** Misunderstanding *****

 

 

Luhan berjalan ke dapur setelah setelah jam makan malam. Saat memastikan ayah dan Hyorin tak lagi berada di ruang makan, Luhan menarik napas lega. Ia malas untuk bertatap muka dengan mereka. Rasanya percuma apapun yang Luhan jelaskan, dia merasa ayah dan Hyorin tak akan mengerti dirinya.

 

Luhan menuang air putih kedalam gelas dan menenggak hampir setengah isinya.

 

"Luhan, kenapa kau tidak bergabung makan malam? Apa kau lapar sekarang? Aku akan membuatkan sesuatu untukmu."

 

"Tidak perlu." Luhan mencegah Hyorin yang akan membuka kulkas demi menemukan sesuatu yang bisa dimasak.

 

Dan Hyorin membeku tepat didepan lemari es dan ia menoleh ke anak tirinya itu.

 

"Lu, aku tahu kau begitu mencintai Yifan, kan? Kurasa ayahmu hanya sedikit terkejut. Kumohon jangan salah paham dengan ayahmu, sayang." Hyorin berjalan memutari meja counter dan berdiri tepat berseberangan dengan Luhan.

 

Luhan tidak menatap Hyorin. Ia lebih suka memandangi seluruh perabotan dapur yang ada disana.

 

"Dia hanya merasa terlewat memperhatikamu,"

 

Ya. Ayah melewatkannya karena dirimu. Luhan menyindir dalam hatinya. Sampai sekarang Luhan masih tetap menyalahkan keberadaan Hyorin. Entah apa yang salah dengan Luhan, acap kali Hyorin memperhatikannya maka Luhan akan merasa itu hanyalah pencitraan atau menyebut Hyorin sok peduli.

 

Merasa Luhan tak menjawab, Hyorin kembali melanjutkan. "Kurasa ayahmu akan mengerti. Lagipula aku juga menyukai Yifan. Dia sangat baik dan tampan. Kalian sangat serasi." Hyorin menarik senyum saat ia melihat semburat samar berwarna merah muda di pipi Luhan.

 

Luhan menatap wajah Hyorin, Luhan akui wanita didepannya ini begitu sabar dia juga baik. Terkadang Luhan juga bingung kenapa begitu sulit menerina Hyorin. Luhan terlalu mencintai ibunya. Apakah ibunya akan sedih jika ia bersikap buruk pada Hyorin?. Luhan hanya bisa berucap maaf pada sang mendiang ibunya di sana.

 

"Jadi, kau mau kubuatkan sesuatu?" Tawar Hyorin lagi.

 

"Tidak usah. Terima kasih. Aku akan kembali ke kamar."

 

"Baiklah. Kalau kau butuh sesuatu, beritahu aku, oke." Hyorin memasang senyum ramah.

 

Luhan kemudian beranjak dari dapur dan kembali menuju kamarnya.

 

 

Sesampainya dikamar, Luhan mendudukan dirinya di pinggir ranjang. Jujur, kala mengingat kejadian tadi sebenarnya Luhan juga sedikit malu pada ayahnya. Malu karena ia telah melakukan hal yang seharusnya belum boleh ia lakukan bersama seorang lelaki. Tapi Luhan tidak menyesal. Selama itu Yifan. Karena Luhan begitu mencintai pemuda itu. Dan Luhan berharap apa yang Hyorin katakan jika ayahnya akan mengerti benar adanya.

 

Deringan ponsel menarik perhatian Luhan, ia segera beranjak mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas.

 

Luhan mengernyit membaca nama si pemanggil. Wu Yifan. Ada apa? Tumben sekali lelaki itu meneleponnya. Luhan menerka-nerka ada perihal apa.

 

"Hallo?"

 

"Aku ada didepan rumahmu. Keluarlah."

 

Luhan terlihat terkejut sambil menjauhkan ponselnya dari kuping dan menatap tak percaya benda itu.

 

"Yifan?" Luhan kembali bicara tapi sayang, Yifan sudah menutup sambungan teleponnya.

 

Luhan segera membuka pintu balkonnya seperti memastikan bahwa Yifan memang benar di depan rumahnya walau faktanya Luhan tak melihat pemuda itu karena terhalang tembok dan pemuda itu entah bersembunyi dimana.

 

Tanpa pikir panjang, Luhan segera keluar kamar menuruni anak tangga dan menuju ke gerbang rumahnya. Luhan begitu berdebar saat membukanya dan menoleh ke kanan. Ternyata dia disana.

 

Luhan mendekati tempat Yifan menunggu, pemuda itu bersandar di tembok depan rumahnya. Saat itu Yifan memakai jeans berwarna dark grey dan hoodie berwarna putih. Luhan begitu memuja ketampanan Yifan.

 

Luhan sudah berdiri tepat di dekat Yifan.

 

"Kurasa kita harus meluruskan beberapa hal." Kata Yifan sambil menatap Luhan.

 

Luhan memilih diam, menunggu hal apa yang Yifan maksud untuk diluruskan. Debaran jantungnya mulai tidak stabil.

 

"Lu," tatapan Yifan melembut. Dan jantungnya mulai tidak berirama dengan sewajarnya. "Kupikir kita tidak perlu seperti ini terus. Maksudku, tidakkah kau merasa bahwa diantara kita perlu sebuah kejelasan."

 

Debaran jantung Luhan benar-benar sudah tidak terkendali. Ia gugup luar biasa.

 

"Luhan, sebenarnya aku ingin mengatakannya sejak lama. Tapi aku terlalu takut. Dan seperti yang kau lihat aku merasa seperti seorang pecundang. Maafkan aku,"

 

Keheningan terjadi diantara keduanya. Hanya debaran jantung mereka saja yang berlomba siapa yang paling kencang berdetak.

 

"Aku, mencintaimu Xi Luhan. Maaf telah membuatmu menunggu lama. Berpura-pura bahwa tak ada yang terjadi diantara kita. Sejujurnya aku begitu tersiksa dengan perasaanku sendiri padamu. Aku-"

 

"Yifan, kenapa kau baru mengatakannya sekarang? Ku pikir hanya aku yang merasa seperti orang tolol karena selalu menciummu tapi kau begitu cuek. Menyebalkan."

 

"Maafkan aku."

 

Keduanya kembali terdiam. Dan hembusan angin melingkupi tubuh keduanya. Tangan Yifan terulur untuk meraih tangan Luhan dan menggenggamnya.

 

"Lu,"

 

"Aku juga mencintaimu, Yifan."

 

Yifan dengan mudah membawa tubuh Luhan kedalam dekapan hangatnya.

 

"Maafkan aku Luhan. Terlebih soal itu."

 

"Yifan, aku sangat mencintaimu." Luhan sedikit memberi jarak dan menatap mata Yifan.

 

Yifan mendekatkan wajahnya ke wajah Luhan dan Yifan menyematkan lumatan lembutnya pada bibir Luhan. Luhan melingkarkan tangannnya ke leher Yifan dan mulai membalas ciuman Yifan.

 

Ini adalah hal yang paling membuat Luhan bahagia. Akhirnya Yifan menyatakan perasaannya. Inilah yang dia tunggu. Wu Yifan ternyata juga menyukainya.

 

Mereka bertahan selama beberapa menit dalam posisi itu. Hembusan angin musim dingin bahkan tidak berefek pada ciuman panas mereka. Barulah saat keduanya membutuhkan pasokan oksigen, mereka melepas tautan bibir mereka.

Napas Yifan tersengal. "Luhan,"

 

"Yifan,"

 

"Aku, harus pulang."

 

Luhan mengangguk, walau sebenarnya dia masih ingin bersama dengan Yifan.

 

"Masuklah."

 

"Baiklah. Yifan kau berhati-hatilah." Yifan menganggukan kepalanya dan ia melangkah pergi.

 

 

***** Misunderstanding *****

 

 

"Yifan, kau serius?" YangMi menatap tidak percaya pada Yifan namun tatapannya begitu berbinar saat Yifan bilang kalau dia sudah menyatakan perasaannya pada Luhan.

 

"Aku tidak mau mengulangnya lagi."

 

"Yifaaaaann. Akhirnya." Pekik YangMi dan dia langsung menutup mulutnya saat menyadari bahwa mereka sedang berada di perpustakaan.

 

"Sudahlah. Aku akan kembali ke kelas." Yifan beranjak dari kursinya. Dan diikuti oleh YangMi.

 

Yifan dan YangMi keluar dari perpustakaan bersama. Tanpa diduga Luhan kebetulan lewat disana dan mereka berpapasan tepat di tikungan koridor.

 

Luhan tidak tahu harus bersikap seperti apa begitupun dengan Yifan. Dan YangMi merasa canggung. Situasi macam apa ini?. Bukankah ini terlihat bodoh

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
vivie_galaxyluhan #1
Chapter 10: wahhhh akhirnya tamat,,so sweet,hehe
keren koq kak author ,,
seneng bgt karena ada ff krishan,,
ditunggu cerita lanjutanya,,,
Galaxy_FanHan007
#2
Chapter 10: Komenan gue ke potong
Galaxy_FanHan007
#3
Chapter 10: Udah bagus eonn .meskipun rada gak puas
ricayong #4
Chapter 10: Lega rasanya baca andingnya... kannykim sekuel setuju bgt... sekuel donk.. thx
kannykim
#5
Chapter 10: Sekuel donk plissss!!!
vivie_galaxyluhan #6
Chapter 9: yahhhhh pasti deh tiap luhan sama yifan mau ngobrol ada aja gangguanya,hahahah
pas lagi romantis jugaa,hahha
ditunggu lanjutanya,,,
Galaxy_FanHan007
#7
Chapter 9: Hanjirrr bikin deg deg.an aigoo ayahnya luhan pasti tau tuh hadeh makin seru suka banget part moment krishan diganggu ayahnya luhan ヾ(☆▽☆)
Si chan mah -_- sedih banget gue ma tuh orang (╥﹏╥) datangin bebek lah buat chan waks (¯ ▿ ¯)╭

Ok wait to the next chapter eonni-ah jiayou (๑•ㅂ•) ﻭ✧
vpicey #8
Chapter 9: kukira mau nyataiin perasaan. dan apa ayahnya dengar yang ITU?
ricayong #9
Chapter 9: Ceritanya bikin gereget... disini yifan bener2 menyebalkan, pingin ditumpuk... luhan i like u
sendulce #10
yattaa update.. thanks udah update demu kami para krishan shipper~~
yawlaaaaa ini mereka kapan bersatuu??