Hallo!! wah ga berasa udah chapter 10 aja nih.. hehe buat kalian yang udah nyediain waktu buat baca ff aku makasih banget ya! dan makasih juga buat yang sering comment xD aku bener bener seneng baca comment dan aku harap juga ga ada silent readers tapi gapapa.. aku hanya minta kalian buat setidaknya kasih aku kritik.. karena aku tau ga mungkin semua di ff aku ini bener. jadi aku mohon banget comment nya setelah baca part ini :). so enjoy this chapter and happy reading!

~

~

~

“When you exactly know that there’s no hope anymore, please don’t keep try. It’s only break your heart even more”- larasrozano

            Waktu berjalan dengan cepat, kini adalah pertengahan bulan november. Salju sudah turun dan suhu kota Seoul itupun semakin menurun. Jessica menjalani kehidupan nya seperti biasa. Namun kini, ia berubah. Semenjak itu, semenjak kencan nya dengan Jinki dan semenjak ia bertekad akan menjadi mahasiswi terbaik untuk tahun kelulusan nya. Dan sedikit kabar bahagia, Jessica sempat berbicara dengan appa nya walaupun hanya beberapa menit –melalui handphone Chanyeol. Dan juga kini Jessica sudah mempelajari beberapa hal tentang perusahaan. Tidak, ia tidak mengetahui bahwa ia akan mewariskan perusahaan milik Yunho. Ia hanya mengetahui bahwa diri nya belajar agar ia bisa bekerja diperusahaan Chanyeol. Chanyeol juga hanya berbohong sedikit soal itu.

            Sedangkan Bom, Bom tetap menjalankan hari nya. Ia juga sudah melihat perubahan pada Jessica. Jessica tidak sedingin dulu. Dan putri satu-satunya itu sudah mulai kembali ceria. Bom selalu tersenyum ketika melihat Jessica yang dengan giatnya belajar soal bisnis dengan Chanyeol diruang tamu nya.

Dan untuk Sehun...

Tidak ada yang berubah, Sehun bahkan tidak pernah menyatakan perasaan nya. Entahlah apa yang ia rencanakan kedepan nya.

Aku menatap kearah jendela kelas. Hari ini salju turun cukup lebat. Seketika aku tersenyum kecil. Entah kenapa aku kini dapat membayangkan Jinki songsaengnim yang tengah mengenakan syal dari ku. Setiap kali melihatnya, terutama melihat senyum nya.. aku tidak bisa menyangkal kalau aku menyukainya. Ani.. aku mungkin mencintainya. Aku baru menyadarinya beberapa saat lalu. Apakah aku salah menyukainya? Tidak’ kan?

“Ya, Sica-ya. Kau melamun lagi.” Aku merasakan suara Chanyeol yang berat mengejutkan ku dari sebelah kiri. Aku segera menatapnya sebal, “Kenapa kau akhir-akhir ini selalu duduk disebelahku sih?” tanyaku.

Ia hanya tertawa. Sudah biasa bukan? Chanyeol selalu membalas pertanyaanku dengan tawa aneh nya itu.

“Kenapa kau sangat sensitive sih?”

“Ani. Hanya risih. Kau selalu berada disebelahku.”

“Omong-omong, kenapa kau akhir-akhir ini juga selalu bersamaku? Selalu membuntutiku?”

“Wae Yeol-ah? Kau tidak menyukainya?”

Chanyeol menggeleng, “Bukan. Hanya saja, kenapa kau terlihat semakin jauh dengan Sehun?” pertanyaan nya sukses membuatku mengingat beberapa hari kebelakang.

Belum sempat menjawab, dosen kami sudah memasuki kelas dan dengan segera kami fokus terhadap pelajaran.

~

~

Selama dua jam aku terus memperhatikan dan setelah bel berbunyi dengan segera aku membereskan buku-buku. Aku berniat untuk mengunjungi locker ku dulu, karena aku ingin mengambil beberapa buku.

“Channie, aku rasa aku tidak bisa kekantin bersamamu.” Ucapku ketika kulihat kini Chanyeol tengah menunggu ku membereskan buku-buku. “Wae?”

“Aku ingin menemui Sehun.”

“Oh.. baiklah, aku duluan. Apakah kita akan pulang bersama hari ini? aku bisa menunggu mu.”

Aku tersenyum, “Bisakah kau mengajariku lagi soal bisnis?”

Chanyeol tersenyum mendengar pertanyaan ku dan ia mengangguk. “Aku akan menunggu mu pukul lima nanti,  kau tunggu saja di lobby kampus. Arrachi?” dan mendengar ucapan nya membuatku mengangguk.

Dengan itu Chanyeol pergi keluar kelas dan dengan segera juga aku pergi menuju lockerku. Aku meletakan beberapa buku yang sudah tidak lagi aku gunakan untuk hari ini dan mengambil dua buku untuk pelajaran yang selanjutnya. Setelah itu aku menutup dan mengunci lockerku. Aku segera berjalan menuju taman kampus, aku menuju tempat langganan ku dengan Sehun. Dan seperti biasa, aku kini dapat melihat Sehun tengah tertidur dibawah pohon dengan buku menutupi wajah tampan nya.

Melihat itu, aku berjalan dengan hati-hati mendekati Sehun dan duduk disebelahnya. Sehun memang lebih suka menghabiskan jam istirahat nya untuk tidur daripada makan siang. Dan aku selalu memarahinya soal itu. Karena tidak ada hal yang harus kulakukan, aku pun mengambil buku ekonomi ku dan mengulang pelajaran.

“Sica-ya, bogoshipoyo.” Mendengar suara, aku menoleh kearah Sehun dan tersenyum kecil mengambil buku yang menutupi wajahnya.

“Nado,” ucapku pelan dan ia segera mengambil posisi duduk menyender.

“Darimana kau tahu bahwa yang duduk disini adalah aku? Bisa saja Jongin, kan?” tanyaku

Ia tersenyum, “Aku mengenal aroma parfum mu. Itu sudah melekat sebagai ciri khas mu.”

“Wah, kau pengamat yang baik juga, Oh Sehun.”

“Kkk~ apa kau seminggu ini begitu sibuk, Sica?” mendengar pertanyaan nya membuatku tersenyum kecil dan mengangguk. “Ya, aku belajar soal bisnis dengan Chanyeol.” Sehun mengangguk tanda mengerti.

“Bagaimana kabar eomma mu?”

“Baik, ia selalu menanyakan mu pada Chanyeol.”

Sehun tersenyum kecil, “Apa kau sudah berkencan dengan Jinki songsaengnim sekarang?”

Pertanyaan Sehun membuatku sedikit terkejut dan dengan cepat aku menggeleng. “Hun-ah, kenapa kau bertanya seperti itu?”

Sehun hanya menggeleng, “Kau mencintainya.”

“Sehun-ah...”

“Sica-ya.. aku mencintaimu.”

Mendengar ucapan nya aku terkejut. Ani, aku terkejut bukan karena aku baru mengetahui itu, aku