Kaki kecil itu berlari membawa tubuh mungilnya yang terluka. Sayap yang penuh dengan bulu hitam itu sebagian tersayat dengan darah yang sewarna dengan sayapnya mengalir, membuat jejak kaki di setiap langkahnya. Wajahnya tak sepolos dan tak secerah biasanya. Begitu dingin diusianya yang begitu belia bagi bangsanya. Air mata berwarna hitam membasahi wajah chubby miliknya. Dan air mata itu semakin deras saat matanya melihat hujan sayap hitam beberapa puluh langkah darinya. Bukti bahwa satu-satunya orang yang ia sayangi telah meninggalkannya, sendirian.

“Akh!!”

Jerit itu terdengar dari mulut mungilnya saat kaki yang membawa tubuhnya terpeleset membuat tubuhnya terjatuh ke dalam jurang yang begitu dalam. Sayapnya sudah terluka dan tak dapat digerakkannya. Dirinya begitu pasrah saat tubuh mungilnya jatuh ke dalam lautan yang begitu dinginnya.

“Ini adalah yang terbaik” pikirnya saat tubuhnya terasa kaku dan terus tenggelam di dasar lautan yang dia tahu begitu dalam. Dirinya begitu putus asa untuk berjuang hidup, terlebih saat pikiran polosnya bekerja, bahwa bila dirinya binasa di sini, dirinya akan bertemu dengan Appa dan Umma dan orang-orang yang menyayanginya. Dirinya tidak akan bersedih, tidak akan ada sakit.

Matanya terbuka untuk menyapa dunia terakhir kali sebelum menutup untuk selamanya. Namun sebelum mata itu tertutup, matanya menangkap sosok yang membuat nafasnya sesak karena takjub. Sesak yang anehnya malah membuatnya begitu tentram dan damai, ada rasa aman disetiap cahaya yang dipancarkannya.

Sosok itu berada di dasar laut dan terperangkap dalam es yang begitu tebal. Sosok yang tertidur tenang. Tubuh kecilnya jatuh tepat diatas kaca es yang memisahkan mereka. Matanya tak berkedip melihat sosok di depannya, sosok dengan baju putih yang menyelimutinya, rambut putih yang begitu panjang, kulit putih namun bercahaya dan bibir yang begitu merah serta wajah yang luar biasa indah.

Tangan mugilnya meraba wajah itu, ajaibnya sentuhan itu membuat sosok di dalam kaca es itu membuka matanya. Mata mereka bertemu, sosok itu tersenyum dan kemudian cahaya hangat yang menyilaukan memancar membuat matanya tertutup. Kali ini matanya benar-benar tertutup. Satu hal yang dia ingat sebelum kegelapan menyapanya adalah rasa hangat yang menyelimutinya, rasa hangat yang pernah dia rasakan dan ingat saat dirinya berada dalam kandungan Sang Umma. Tanpa dia sadari bahwa rasa hangat itu adalah tanda awal dari pertalian hubungan suci yang akan mengubah hidupnya selamanya.

TBC

Anyeong, setelah dipikir –pikir Author pengen cerita baru jadi mian bagi yang minta sequel Romance in The Rain sepertinya Author belum bisa membuat sequel drable atau epilog. Dan lagi-lagi Author kepincut ma genre fantasy dan tak bisa menolak saat ide tentang fic ini terlintas diotak Author yang emang demen cerita beginian.

Gumawo udah mampir, Ditunggu reviewnya^^

Big Hug

YeyeKyunie^^