An Old Friend

Unfamiliar Feeling of Familiar Loneliness (Indonesia Ver.)

"Junsu!"

 

Member tertua itu masih memegang kenop pintu dan berbalik kearah orang yang memanggil namanya dengan cara yang menakutkan. Ia melepaskan pegangannya saat ia melihat sosok besar Chansung datang kearahnya terburu-buru.

 

"What the hell-? Tenanglah, ada apa?"

 

Chansung, terlihat seperti orang yang tidur berjalan, mendatanginya dan, dengan seringai aneh, memegang pundaknya dan membuatnya sedikit tidak stabil. "Junsu! Aku baru saja bermimpi indah tentang Suzy."

 

Junsu mengerutkan dahinya dan menggelengkan kepalanya. "Apa kau mulai tidur berjalan lagi?" Ia mulai mencoba mengembalikan Chansung ke tempat seharusnya ia berada, memanggil Wooyoung pada saat bersamaan meskipun ia tahu Wooyoung sedang tidur (atau berpura-pura tidak mendengarnya, karena ia memang sering seperti itu). Memiliki saat yang berat menahan berat Chansung, membiarkan otot-ototnya bekerja keras (meskipun ia sering mengutuknya dan memutuskan untuk untuk melatihnya di gym setiap pagi dan tidak pernah keluar dari sana tanpa six-packs lagi), ia bahkan tidak menyadari Taecyeon mengendap di belakangnya, tanpa suara sehingga ia bisa menghindar dari menolong Junsu.

 

Setelah ia menyelesaikan misinya ("Mengapa tidak ada diantara kalian yang membantuku dasar... Sial, aku tahu kalian tidak tidur!"), ia masuk ke kamar Junho tanpa suara dan menutup pintu di belakangnya.

 

Dan ia mendapat pukulan bantal.

 

"Apa-apaan ini?" Kata Taecyeon dengan suaranya yang terdengar seperti desisan jahat dan teriakan tak beralasan. Ia memegang bantal pink di tangan kanannya dan menatap kearah Junho, yang duduk bersila diatas kasurnya.

 

"Aku pikir kau Wooyoung."

 

"Apa itu alasan untuk melemparkan bantal pink ke wajahku? Dan mengapa ada bantal pink di dalam kamarmu Junho -katakan padaku, apa ada sesuatu yang harus kami tahu sebagai grup? Demi kebaikan kita semua, tolong..."

 

Ia baru saja menangkap bantal lainnya kemudian tersenyum kearah Junho yang terlihat marah.. "Diamlah atau berikutnya aku akan melemparkan lampu tidur. Terbuat dari logam berat." Taecyeon menggelengkan kepalanya dan duduk di ujung tempat tidur. Ia menaruh bantal diantara tubuh mereka. "Aku tidak ingin Wooyoung datang kemari dan berbicara dan mencegahku tidur."

 

"Kupikir kau dan Wooyoung dalam hubungan baik sekarang."

 

Junho menggigit bibirnya. "Yeah... Kupikir. Aku tidak yakin, aku tidak bisa mengatakan apapun."

 

"Itu salahmu, bukan kami."

 

Taecyeon tidak bermaksud kasar, tapi ia ingin Junho mulai berbicara dan "pembicaraan" tidak akan terjadi dengan cara lain.

 

Seperti yang ia duga, Junho menatapnya. "Aku tahu. Terima kasih telah mengingatkanku. Semua ini terjadi karena hal-hal yang kukatakan padamu, karena aku menyakitimu, aku paham itu. Aku seorang idiot, terima kasih."

 

"Ya, kau memang."

 

"Wow, betapa mendukungnya dirimu. Kau seharusnya sedikit lebih baik dalam berbohong dan berkata, 'Oh tidak, Junho, kau tidak seburuk itu' atau sebagainya."

 

"Okay, kau tidak seburuk itu, kau setengah buruk. Senang?" Tatapan Junho padanya membuatnya memeluk bantal lebih erat. "Jangan melempar itu padaku, oke?"

 

Junho menutupi wajahnya dengan tangannya dan mengerang. Taecyeon bisa melihat betapa lelahnya ia. "Kenapa kau datang kemari? Kita semua akan berbicara besok."

 

"Aku kemari untuk minta maaf."

 

Hal itu membuat Junho membulatkan matanya. "Apa?"

 

"Aku datang kesini untuk minta maaf padamu atas apapun yang telah kuperbuat yang menyebabkan kau tidak percaya lagi padaku sebagai teman. Juga untuk mencoba mengerti alasan sesungguhnya kau menganggapku melihatmu sebagai orang yang tidak berbakat."

 

Junho melihat Taecyeon selama beberapa menit, mencoba memahami apa yang ia katakan. Setelah beberapa menit memandangi Taecyeon dari dekat, ia memutuskan bahwa Taecyeon tulus dan benar-benar meminta maaf atas sesuatu yang bukan tanggung jawabnya. Merasa lebih buruk dari sebelumnya, ia melihat ke kejauhan dan memfokuskan pandangannya pada lemari.

 

Ia membuka mulutnya, lalu menutupnya kembali seperti ikan selama beberapa kali. Ia tidak bisa menemukan kalimat yang tepat untuk menjelaskan, untuk berkata tidak, itu semua kesalahannya dan Taecyeon tidak harus merasa buruk karena itu, tetapi ia bahkan tidak bisa membuat suara yang jelas dan dimengerti. Ia tetap memandangi kayu lemari dan menolak untuk membuat kontak mata.

 

Taecyeon, yang mulai merasa bosan dengan semua ini, mulai memainkan bantal. Ia tidak mau memiliki pembicaraan dari hati ke hati dan saling menatap ini dilingkupi air mata dan pelukan; itu menentang salah satu aturan persahabatannya, dan bertentangan dengan hukum laki-laki satu sama lain. Ia ingin duduk dan berbicara layaknya laki-laki. Tapi Junho melangkah lebih jauh dari batas kesabarannya.

 

"Jika kau tidak mau bicara mengenai hal itu, tidak apa-apa." Taecyeon mengangkat bahunya. "Seperti yang kau katakan, kita akan bicara besok dan kita akan menyelesaikan masalah kita bersama-sama. Aku hanya ingin tahu jika kau punya masalah personal lainnya yang ingin dibicarakan denganku atau tidak."

 

Junho tertawa pahit, membuat Taecyeon menatapnya wajahnya lebih serius. Ia terlihat sakit, pucat dan kurus, sehingga Taecyeon ingin sekali membuatnya berbicara.

 

"Aku... Apa kau ingat saat kita duduk berhadapan satu sama lain di atas tempat tidurmu? Ketika Jay pergi. Aku datang ke kamarmu untuk berbicara denganmu karena aku merasa putus asa dan tidak bisa mempercayai diriku lagi. Aku bilang padamu bahwa aku ingin meninggalkan grup ini karena aku merasa tidak cukup baik."

 

"Aku ingat. Dan aku juga ingat bahwa aku berkata padamu untuk menghentikan omong kosong itu."

 

"Kau bilang padaku bahwa hanya diriku saja yang berpikir seperti itu. Bahwa itu hanya mimpi paranoid yang terlintas di benakku." Junho mengangkat bahu dan menaikan pandangannya untuk menatap Taecyeon. "Aku tidak tahu itu, dengan popularitas, kau akan mendapatkan begitu banyak musuh dan mereka akan memukul titik kelemahanmu dengan tanpa ampun. Aku menyaksikan semua orang di sekelilingku memanggil namaku dan mengatakan betapa aku seorang member yang tidak berguna sementara aku duduk di sisi lain tanpa bisa melakukan apa-apa. Aku bahkan mendengar orang-orang yang kuanggap teman mengatakan bahwa aku adalah yang terlemah di grup ini." Ia mengambil nafas dalam-dalam. "Aku tidak sekuat itu untuk menghadapi mereka semua, Taecyeon."

 

"Jadi kau memutuskan untuk menerima semua itu daripada membicarakan pendapatmu dengan kami dan mencoba menyelesaikannya sebagai grup? Genius."

 

"Kau tahu aku tidak terlalu bagus mengenai... Ikatan dan sebagainya."

 

Taecyeon mendesah dan berdiri untuk duduk disebelah Junho. Ia meletakkan tangannya disekeliling tubuh Junho dan mendekapnya. "Kau laki-laki bodoh. Sudah kubilang kau bisa bicara denganku kapanpun, kau tahu kan Nichkhun dan Junsu, bahkan Wooyong dan Chansung tidak akan keberatan akan mendengarkanmu dan akan mencoba menolongmu. Apa gunanya menyakiti kami seperti itu? Membuat Junsu merasa tidak aman? Memaksa Nichkhun menjauh darimu saat laki-laki malang itu justru ingin menjadi temanmu? Kau tahu bahwa dua orang itu adalah yang paling emosional di grup ini." Taecyeon mendekap badan Junho lagi saat ia tidak menjawabnya. "Kupikir aku kehilanganmu seperti aku kehilangan Jay, Junho. Kupikir aku kehilangan seorang teman lagi karena rasa tidak aman dibenaknya dan anggapan bahwa popularitas mengubah kita semua."

 

"Apakah akan mengubah semuanya jika aku bilang maaf?"

 

"Tidak. Apa yang telah terjadi tetap terjadi. Aku tidak tahu, sejujurnya, jika aku bisa menjadi orang yang sama seperti sebelumnya. Aku harus mengakui bahwa aku akan berpikir dua kali saat kau mengatakan sesuatu untuk meyakinkan bahwa kau tidak benar-benar bermaksud menyakiti."

 

Junho mengangguk kencang meskipun Taecyeon mencoba menenangkannya. Ia secara jelas mengatakan bahwa ia tidak akan memaafkannya begitu saja dan ia tahu Junho mendapatkannya; tapi, mengetahui bahwa Junsu akan tetap memperlakukan laki-laki malang ini sama seperti sebelumnya, ia merasakan suatu dorongan di dadanya dan suara yang berbisik, dari belakang kepalanya, berkata 'Berikan ia kesempatan kedua, ia pantas mendapatkannya, laki-laki malang...'.

 

"Well," Taecyeon berdiri setelah mengacak-acak rambut junho dengan lembut. "Aku akan pergi tidur sekarang. Kita akan bangun pagi. Kita harus meluruskan beberapa hal dengan JYP."

 

Junho mengangguk dengan kepala terjuntai. Taecyeon mengambil nafas dalam-dalam dan mengangguk juga, tanpa alasan yang jelas, dan berbalik untuk meninggalkan ruangan.

 

"Aku benar-benar minta maaf Taec."

 

Taecyeon sedikit tersenyum. "Kau benar-benar tahu cara membuat kesal orang, Lee Junho." Ia melihat kearah Junho dan memberikannya senyuman miring. "Lagipula kita akan mengetahuinya besok. Untuk sekarang, selamat malam."

 

"Selamat malam."

 

Taecyeon menutup pintu dibelakangnya dan berbalik menuju kamarnya saat ia melihat Kim Junsu yang sangat marah (dalam piyamanya) melihat kearahnya dengan tatapan mematikan, dengan sandal pandanya yang dihentak-hentakkan ke lantai.

 

"Kau bangun."

 

"Ya."

 

"Kau menyadari aku mencoba membawa Chansung kembali ke... tempat tidurnya."

 

"Uh... Ya?"

 

"Lalu demi tuhan mengapa kau tidak menolongku dasar brengsek?"

 

Taecyeon membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu, tapi Junsu mendesah dan melambaikan tangannya. "Lupakan. Aku tidak dalam mood untuk berdebat denganmu. Aku baru saja meletakkan Chansung di lantai; bisakah kau mengangkatnya sehingga ia tidak akan terkena flu?"

 

"Bukankah kau akan tidur?"

 

Bayangan gelap terlintas di wajah Junsu. "Tidur. Yeah, hal yang bagus."

 

"Ada apa? Aku tidak pernah melihatmu melewatkan tidur."

 

"Tidak, itu kau. Aku tidak tidur sebanyak itu." Junsu mengusap pipi kanannya termenung. "Aku mengalami kesulitan untuk tidur, hanya itu. Aku rasa semua stress ini membuatku sulit tidur. Tidak masalah, hyungmu ini akan baik-baik saja."

 

"Apapun yang kau katakan," Kata Taecyeon dengan senyum tulus. Tapi ia memiringkan kepalanya saat menyadari Junsu tidak bergerak sedikit pun. "Kurasa kau memutuskan untuk jadi orang ketiga yang berbicara secara pribadi dengan Junho?"

 

Junsu mendesis padanya, yang hanya membuat Taecyeon tertawa. "Aku ingin menyelesaikan beberapa hal namun... Kurasa ini sudah benar-benar terlambat. Aku harus membiarkan laki-laki malang itu tidur." Ia mengusap pelipisnya. "Kurasa aku juga sebaiknya tidur."

 

"Yeah. Semoga beruntung mengenai hal itu."

 

Junsu mengangguk sambil melamun dan menepuk bahunya sebelum pergi ke kamarnya. Taecyeon melihat ke ruang tengah, melihat Chansung berbaring asal di lantai dan, mengangkat bahu lantaran tidak peduli, lalu pergi mengambil snack untuknya sebelum tidur. Ia yakin Chansung akan baik-baik saja, bagaimanapun ia adalah supermaknae.

 

** Di jam yang sangat larut disaat semua orang harusnya tertidur namun seseorang terbangun - hanya karena **

 

Ketukan tiba-tiba di pintu kamarnya membangunkannya. Ia meraih saklar untuk menyalakan lampu dan melihat ke jam di dinding. Digit merah menyala menunjukan pukul 03:32. Ia mendesah dan melihat kearah pintu.

 

"Siapa?"

 

"Hyung... Boleh aku masuk?"

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
LUCIVER #1
Chapter 14: Kerenn
lanjut yaa
mannuel_khunyoung
#2
Chapter 13: aghhhrkkkk , baru komen sekarang.

fix,ini bukan sekedar ff , tapi banyak makna yg mau disampaikan.


terimakasihuntuk autor yg membuat ff ini,dan thx juga utk nunna yg telah nge translatin ini :) terharuh,plis updaaate nun
TikaChan
#3
Chapter 12: ff ini mengandung banyak arti, mengagumkan

Di tunggu next chap nya
channuneo90 #4
Chapter 11: cepet update ya,author-nim...
ditunggu chapter selanjutnya :D
pengen lihat mereka kayak dulu,kasian junhonya.....
TikaChan
#5
Chapter 9: aigoo tuh junior songong amat yak

setiap baca ini ff rasanya campur aduk

update soon !!!
mannuel_khunyoung
#6
Chapter 9: Huaaaaaa ini kok angst yah nun??? :,( kok angst cobaaaa

atau aku yg ngerasa sedi ma junho?ntalah kkk

udah mau bahagia nih asyyiiik

bener,ternyata bang taec.berharap dpet bombastis wkkwwkwk

jaeho!dari awal tuh orng bru junior ajah kurang ajar!rasain!

fighting nuuuuuuun.cpet update ye o.o :3 ^^
mannuel_khunyoung
#7
Chapter 8: Ohooooooouuu

chan,woo (tpi kan blum deket)khun,baru siapa lagi?asyiik

o y nun,pas kemarin aku bca yg aslinya (masih chap ini lagian -,-) aku lupa komentar.

aku mau nanya nun,cygs itu memang ada ya?wkwkwk

yesss junho bener2 imut disini -_- :v hahahaha mau lanjut baca nih nun,senengnya update dua x wkwwk
mannuel_khunyoung
#8
Chapter 7: ehem ehem *senngnyaaaaah* nun,catfish bukan ikan lele yah? hehehe :3

bg chan udah, bg woo masih setengah.

menurutku pasti yg pertama ini bg taec or bg khun tpi kok lbih yakin bg minjun ya wkwkwk O.o

Thxxxxxxxxx nunnnaa udaaaaah mau updaaateeeee ff iniiiii senenngyaaah:apalagi liat tingkah junho #adorable-ny mulai keliatan wkwkwk
mannuel_khunyoung
#9
Chapter 6: seneeengnya nunna update :3

sebenarny aku udah baca ini kemarin nuna (yg original,tpi brhubung bhs inggrisku kurang baik,jdi beruntung ada translate-an nuna,kata2 yg kemarin ngk kutahu muncul semua disini hehehe) cepet update nun :3

tpi kayaknya nanti endingnya ini bakaln sedih yah nun?(aku blum bca sih nun,cuman bru liat koment2an ff nya hehehe)

fighting nunnnaaaaaaaa!
mannuel_khunyoung
#10
Chapter 5: Ohhhhhh GOD!

pleaseeeee nunnnnn update cepet..
kasian ma junhooooooo T.T