Not Really Able To Move On

Unfamiliar Feeling of Familiar Loneliness (Indonesia Ver.)

"Hey, Junsu-hyung..."

 

Terdengar suara benturan dan erangan selama beberapa menit, sebelum Junsu menjawabnya. "Junho? Kau kah itu?"

 

"Jangan bilang bahwa kau baru saja terjatuh dari tempat tidur."

 

"Tidak juga..." Ada sedikit jeda dan Junho yakin bahwa Junsu sedang mencoba mencari alasan yang bagus. "Aku jatuh dari meja."

 

"Apa yang kau lakukan diatas meja, hyung?" Junho tidak bisa untuk tidak terkekeh.

 

"Bukan urusanmu!" Suara Junsu meninggi dan terdengar risih untuk beberapa saat, sebelum kemudian ia mulai berbicara pelan. "Kenapa kau menelepon? Tidak bisa menghubungi handphone Nichkhun? Kurasa baterainya sedang habis..."

 

"Aku ingin berbicara denganmu."

 

Junsu terdiam beberapa saat. "Jika itu tentang notebook yang kami kirim padamu, itu bukan ideku. Itu ide Wooyoung. Kau harus berterima-kasih padanya."

 

"Apa kau tidak ingin berbicara denganku, hyung?"

 

Junsu tidak menjawab lagi. Junho tahu Junsu ragu; itu menyakitinya saat menyadari bahwa member yang paling ia hormati tidak ingin berbicara dengannya sebanyak yang ia pikir. "Tidak," Hyungnya menjawab. "Maksudku, tidak melalui telephone. Aku ingin berbicara denganmu, tapi tidak di telephone."

 

Junho merasa ada banyak hal yang ingin Junsu katakan padanya. Ia juga tahu bahwa ini tidak akan menjadi permintaan maaf yang mudah diantara mereka. Junsu adalah satu-satunya member yang tidak akan pernah memaafkan Junho begitu saja setelah pertengkaran mereka.

 

"Aku tahu." Junho merasakan perasaan bersalah yang sangat kuat kembali menguasai dirinya lagi. Ia berpikir mengenai kemungkinan Junsu tidak akan pernah lagi melihatnya sebagai dongsaengnya, dan entah bagaimana itu menyakitinya. "Saat kalian kembali, aku ingin berbicara dengan kalian. Kalian semua; tapi terutama kau. Hyung..."

 

"Kami akan kembali besok."

 

Junho, yang terkejut Junsu memotong kata-katanya dengan tajam, menggumamkan persetujuan. "Bisa tolong berikan handphone kepada Wooyoung?"

 

Junsu tidak menjawabnya dan setelah suara ribut beberapa saat, ia mendengar suara Wooyoung. "Junho! Aku senang kau menelepon! Aku mulai khawatir padamu, tapi kami tidak bisa meneleponmu karena..." Junho mendengar suara ribut lainnya lagi dan Wooyoung tertawa kecil. "Yeah, itu kejutan. Ngomong-ngomong, bagaimana keadaanmu?"

 

"Baik, kurasa. Terima kasih atas hadiah...mu."

 

"Ah, itu bukan apa-apa Junho-yah! Pikirkan itu sebagai permintaan maaf."

 

"Permintaan-maaf?" Apa-apaan... Mengapa mereka yang meminta-maaf?

 

"Ya... Kita akan berbicara mengenai ini saat kami sampai besok, benarkan? Ketahuilah bahwa kami telah membuat keputusan. Kuharap kau akan menerimanya dengan baik... Ngomong-ngomong, ini bukan waktu yang tepat untuk berbicara hal sepenting ini melalui telephone bukan?"

 

"Yeah, Junsu mengatakan itu."

 

"Ia bermaksud yang lain... Siapkan dirimu untuk ceramah yang ia rencanakan untukmu Junho. Aku akan menyembunyikan diri di kamar jika aku jadi kau."

 

"Yah!" Ia mendengar teriakan marah Junsu dan ia tersenyum sedikit.

 

"Diam kakek tua, aku sedang berbicara dengan Junho disini. "Ngomong-ngomong, apa yang kita bicarakan tadi?"

 

"Wooyoung, bisa aku bertanya sesuatu?"

 

Suara Wooyoung terdengar ragu. "Yeah, tentu saja."

 

"Kenapa kau bertingkah seperti ini?"

 

"Seperti apa?"

 

"Seperti seolah kau sudah memaafkanku."

 

Hening. Junho hanya bisa menebak apa yang dipikirkan Wooyoung. "Karena aku ingin memaafkanmu dan kau benar-benar tidak membantuku."

 

Junho tertawa kecil. "Maafkan aku."

 

"Tenang saja. Aku tahu kau sangat keras kepala. Aku mengerti."

 

"Terima kasih."

 

"Aku tidak keberatan untuk meminta maaf."

 

"Kita akan segera tahu."

 

"Jangan membuatku marah Lee Junho," Kata Wooyoung, sambil terkekeh. Junho tersenyum dengan tenang, berbaring diatas sofa dan melihat ke foto di tangannya. "Kau tahu aku lebih buruk dari Junsu saat aku marah. Dan itu sangat sesuatu."

 

"Okay, Young, aku akan mempertimbangkannya. Saat kalian semua kembali."

 

Ia mendengar Wooyoung mendesah. "Ya, saat kami kembali... Banyak hal yang akan terjadi saat kami kembali... Apa kau sudah mengecek berita?"

 

"Belum, untuk hari ini. Kenapa?"

 

"Netizen menjadi bingung sisi mana yang akan mereka ambil. Semakin hari Jaeho semakin meyakinkan karena kita tidak mengadakan konferensi pers. Mereka mulai mengatakan bahwa kita tetap diam karena kita salah. Kita harus menyiapkan konferensi pers secepat mungkin. JYP hyung sedang mencoba mengatasi hal ini sekarang, tapi aku tidak tahu apakah ia bisa membuatnya kali ini. Kami mungkin harus pergi kesana dulu besok, tapi kami ingin berbicara denganmu dulu sebelum kesana."

 

"Kenapa?" Tanya Junho. Ia menjadi lebih khawatir mengenai hal yang ingin mereka bicarakan dengannya. "Apa yang ingin kalian katakan padaku? Jangan katakan padaku kalian memutuskan untuk mengeluarkanku Wooyoung!" Meskipun ia mencoba untuk sakartis, sedikit keseriusannya masih terlihat cukup jelas.

 

"Tentu saja tidak. Kami tidak berpikir untuk membuat perubahan besar di 2PM, idiot. Hanya... Sebut saja, sesuatu diantara kita. Tunggu sebentar lagi, okay. Kita akan segera membicarakan ini."

 

"Terserah kau saja, Young."

 

"Jangan memanggilku seperti itu."

 

"Aku menyukainya."

 

"Aku membencinya, bodoh."

 

Junho terkekeh. "Aku merindukanmu juga, Wooyounggie."

 

Wooyoung tertawa kecil. "Aku tahu. Tidurlah, kau terdengar lelah." Junho bergumam lagi dan menutup matanya. "Kita akan bicara besok."

 

"Yeah, bye."

 

Junho menutup handphonenya dan menarik selimut menutupi dirinya. Entah bagaimana, berbicara dengan teman-temannya membuatnya sedikit lebih tenang, dan ia terhanyut dalam tidurnya yang dipenuhi mimpi-mimpi yang rumit.

 

Osaka

 

"Sial!"

 

Taecyeon terus mengumpat ketika mereka berlari menuju bandara terburu-buru. Bawaannya terlalu berat dan mereka sudah terlambat. Ia terus mengikuti Nichkhun, yang memimpin mereka menuju gate, tanpa bahkan melihat sekeliling.

 

"Bagaimana bisa kita ketiduran hari ini?" Ia mendengar Chansung mengeluh disebelahnya dengan nafas berat karena baru saja berlarian. "Pabbo."

 

"Aku belum tidur semalaman," Kata Taecyeon ketika mereka berhenti di depan gate no. 402. "Hal ini jelas saja akan terjadi. Apa kita akan masuk kedalam, Khun?"

 

Nichkhun berbicara sopan pada gadis yang berdiri di depan gate. Ia tersenyum dan tersipu, menyatakan bahwa mereka seharusnya berada disana lebih tepat waktu lagi, tapi bukan masalah bagi mereka untuk masuk sekarang, karena pesawat masih dimasuki oleh penumpang-penumpang. Nichkhun mengangguk dan berterima-kasih kepada gadis itu, lalu menyuruh member lainnya untuk mengikutinya. Mereka berlari menuju pesawat, setelah meminta-maat kepada setiap pramugara/pramugari yang mereka lihat, lalu duduk di bangku mereka.

 

"Sial, aku benar-benar pikir kita tidak akan berhasil," Kata Junsu, yang duduk disebelah Taecyeon.

 

"Aku juga. Kita benar-benar terlambat."

 

"Keuntungan memiliki member seperti Nichkhun," Kata Wooyoung, sambil tertawa. Nichkhun, yang duduk disebelahnya, mendorongnya pelan.

 

"Ia Benar. Thanks Khun," Kata Chansung, yang juga tertawa.

 

Taecyeon tersenyum, lalu berbalik menghadap Junsu. Ia terlihat seperti sedang berpikir keras. "Kau baik-baik saja?" Tanyanya lembut saat pesawat mulai lepas landas. "Kau terlihat jauh..."

 

"Junho menelepon kemaren."

 

"Lalu? Ia pasti khawatir pada kita; kita tidak meneleponnya untuk waktu yang lama." Sejujurnya, Taecyeon masih tidak mau berbicara mengenai Junho, karena ia masih marah padanya; tetapi karena keputusan yang mereka buat, ia mencoba untuk mengalah mengenai masalah ini. Ia harus berbicara dengan Junho berdua saja, seperti yang akan Junsu lakukan.

 

"Ia meneleponku... Bukan Nichkhun atau Chansung."

 

"Dia mungkin merindukanmu." Taecyeon tersenyum dan mendekap lengan Junsu. "Ayolah, kau tahu betapa ia sangat peduli padamu. Kau adalah idolanya. Tentu saja ia meneleponmu."

 

"Idola? Apa yang kau bicarakan?" Junsu melihat kearah Taecyeon dengan raut terkejut di wajahnya.

 

"Tidakkah kau tahu? Junho menggunakanmu sebagai role modelnya dalam bernyanyi saat kita masih rookies. Itulah mengapa ia selalu nervous berada disekitarmu. Ia pikir (dan kurasa ia masih) kau begitu mengagumkan dan keren. Kau tahu, ia datang padaku dan kami berbicara mengenai banyak hal... Ia mengatakan padaku betapa senangnya ia saat kau menerimanya sebagai JunBros diatas panggung. Ia sangat menghormatimu."

 

"Lalu mengapa ia mengatakan hal-hal itu padaku?"

 

"Kurasa hal-hal yang ia katakan pada kita adalah hal-hal yang takutkan akan kita katakan padanya. Jadi ia ingin menjadi orang yang mengatakannya duluan. Kau tahu, untuk menjadi orang yang lebih kuat." Taecyeon mengangkat bahunya.

 

"Jika kau tahu, mengapa kau tidak memaafkannya?"

 

"Aku terluka bukan karena kata-kata yang ia katakan padaku, Junsu. Aku terluka karena ia pikir aku akan bisa mengucapkan kata-kata mengerikan itu padanya. Kita sudah membicarakannya berkali-kali, Junsu. Apa yang membuatku marah pada Junho bukan kata-katanya; tapi mengapa mereka terucap."

 

"Kau pikir Junho berfikir bahwa aku akan mengatakan padanya aku tidak melihatnya sebagai dongsaengku?"

 

"Menurut pendapatku, iya."

 

"Itu menggelikan. Aku tidak akan mengatakan hal seperti itu padanya!" Junsu menjadi gusar dan membalikkan kepalanya menghadap jendela kecil disebelahnya. "Aku tidak percaya padanya!"

 

Taecyeon tersenyum melihat tingkah aneh Junsu, tapi tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia mengalihkan pandangannya ke jendela dan melihat awan dengan tenang.

 

Aku sangat ingin memaafkanmu, Junho. Pikirnya sedih. Tapi kurasa aku belum bisa.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
LUCIVER #1
Chapter 14: Kerenn
lanjut yaa
mannuel_khunyoung
#2
Chapter 13: aghhhrkkkk , baru komen sekarang.

fix,ini bukan sekedar ff , tapi banyak makna yg mau disampaikan.


terimakasihuntuk autor yg membuat ff ini,dan thx juga utk nunna yg telah nge translatin ini :) terharuh,plis updaaate nun
TikaChan
#3
Chapter 12: ff ini mengandung banyak arti, mengagumkan

Di tunggu next chap nya
channuneo90 #4
Chapter 11: cepet update ya,author-nim...
ditunggu chapter selanjutnya :D
pengen lihat mereka kayak dulu,kasian junhonya.....
TikaChan
#5
Chapter 9: aigoo tuh junior songong amat yak

setiap baca ini ff rasanya campur aduk

update soon !!!
mannuel_khunyoung
#6
Chapter 9: Huaaaaaa ini kok angst yah nun??? :,( kok angst cobaaaa

atau aku yg ngerasa sedi ma junho?ntalah kkk

udah mau bahagia nih asyyiiik

bener,ternyata bang taec.berharap dpet bombastis wkkwwkwk

jaeho!dari awal tuh orng bru junior ajah kurang ajar!rasain!

fighting nuuuuuuun.cpet update ye o.o :3 ^^
mannuel_khunyoung
#7
Chapter 8: Ohooooooouuu

chan,woo (tpi kan blum deket)khun,baru siapa lagi?asyiik

o y nun,pas kemarin aku bca yg aslinya (masih chap ini lagian -,-) aku lupa komentar.

aku mau nanya nun,cygs itu memang ada ya?wkwkwk

yesss junho bener2 imut disini -_- :v hahahaha mau lanjut baca nih nun,senengnya update dua x wkwwk
mannuel_khunyoung
#8
Chapter 7: ehem ehem *senngnyaaaaah* nun,catfish bukan ikan lele yah? hehehe :3

bg chan udah, bg woo masih setengah.

menurutku pasti yg pertama ini bg taec or bg khun tpi kok lbih yakin bg minjun ya wkwkwk O.o

Thxxxxxxxxx nunnnaa udaaaaah mau updaaateeeee ff iniiiii senenngyaaah:apalagi liat tingkah junho #adorable-ny mulai keliatan wkwkwk
mannuel_khunyoung
#9
Chapter 6: seneeengnya nunna update :3

sebenarny aku udah baca ini kemarin nuna (yg original,tpi brhubung bhs inggrisku kurang baik,jdi beruntung ada translate-an nuna,kata2 yg kemarin ngk kutahu muncul semua disini hehehe) cepet update nun :3

tpi kayaknya nanti endingnya ini bakaln sedih yah nun?(aku blum bca sih nun,cuman bru liat koment2an ff nya hehehe)

fighting nunnnaaaaaaaa!
mannuel_khunyoung
#10
Chapter 5: Ohhhhhh GOD!

pleaseeeee nunnnnn update cepet..
kasian ma junhooooooo T.T