Starting off with a fight

Unfamiliar Feeling of Familiar Loneliness (Indonesia Ver.)

~Kamu tidak bisa hanya berkata kamu menyesal dan menunggu pengampunan. Sakit hati membutuhkan lebih dari sekedar permintaan maaf, untuk menyembuhkannya.~

-2PM-

Suasana sangat sepi. Lima orang namja duduk di sofa dan di lantai, mereka sedang menonton TV. Kehadiran mereka memenuhi ruangan, tapi tetap saja ruangan itu terasa kosong. Musik keras memenuhi ruangan, namun tidak ada suara-suara lain di seluruh apartemen.

 

Tidak satupun diantara mereka berbicara. Padahal biasanya terdengar obrolan-obrolan ringan yang diselingi suara tawa keras; atau perintah-perintah lucu dan menggoda yang memenuhi sebagian besar waktu mereka di ruangan tersebut. Tapi itu semua dulu, sebelum "kejadian" itu terjadi.

 

Sekarang, yang mereka lakukan hanyalah berpura-pura menonton TV.

 

Ini lucu. Bagaimana mereka tidak bisa berbicara santai satu sama lain lagi,  atau bahkan merasakan perasaan hangat yang mengisi hati mereka saat dulu. Lima orang itu duduk di depan TV, tidak bisa berbicara ataupun tertawa. Di dalam hati, mereka bertanya-tanya bagaimana bisa keabsenan salah satu member mereka bisa mengubah mood dalam ruangan tersebut. Diam-diam, mereka merindukan komentar-komentar yang biasanya mengganggu mereka.

 

"Aku tidur duluan."

 

Namja terkecil diantara mereka- bukan yang benar-benar terkecil, tetapi karena yang paling kecil tidak pernah bergabung sejak hari itu, ia lah yang bisa dikatakan terkecil- bangkit dari sofa dan meninggalkan ruangan. Ia berhenti sejenak di depan pintu, berbalik dan memandang yang lainnya.

 

"Kalian tahu..." Katanya memulai pembicaraan.

 

'Aku muak dengan semua ini. Aku ingin dia kembali bersama kita. Ayo kita tidak minta maaf saja padanya. Ia tidak akan pernah menyadari kesalahannya, kita selalu membiarkannya. Sekali ini membiarkannya lagi tidak ada salahnya.'

 

"...Kurasa kita harus membatalkan jadwal kita besok. Aku merasa tidak enak badan dan hyung harus beristirahat, lengannya masih sakit." Ucapnya.

 

"Aku setuju dengan Wooyoung." Ucap seorang namja yang berasal dari daegu, Minjun. Ia mengusap wajahnya yang mulai mengantuk. "Aku butuh tidur. Aku belum tidur sejak..."

 

'Kejadian itu'

 

"...Kita kembali dari Jepang."

 

"Aku akan menghubungi Minjae-hyung." Seorang yang berwajah Thailand, Nichkhun, mengeluarkan handphonenya dan segera menekan nomor manajer mereka. Namja terkecil diantara mereka mengangguk pelan dan berbalik pergi menuju kamarnya.

 

Suasana ruangan kembali hening. Tidak ada yang bersuara kecuali Nichkhun yang sedang menelepon. Minjun menghela nafas berat dan menggosok pelipisnya dengan punggung tangannya. Keheningan menjadi tak tertahankan selama dua minggu belakangan ini.

 

Pintu terbuka, seorang namja kecil melewati mereka menuju dapur.

 

Ketika mereka melihat wajahnya, kerinduan mereka semua terhadap member terkecil mereka itu menghilang. Semua amarah seolah kembali tersulut dalam diri mereka masing-masing. Tatapan mereka berubah menjadi dingin. Mereka memalingkan wajah mereka dari namja itu.

 

Member terkecil mereka (yang sebenarnya) itu, Junho, menegakkan punggungnya dan menatap mereka semua dengan tatapan dingin.

 

"Kalian tampak kekanak-kanakan dan bodoh," Ucapnya dingin. "Aku tidak akan minta maaf, aku bahkan tidak tahu apa yang salah. Jika kalian ingin membuatku merasa bersalah dan sedih sehingga aku hanya memiliki satu pilihan yaitu meminta maaf pada kalian, kalian salah besar."

 

"Kami tahu itu," Kata Taecyon. "Kami tahu kau benar-benar keras kepala seperti batu. Kami tidak bicara denganmu karena kami lelah dengan tindakan bodohmu."

 

Junho terkejut, tapi ia berusaha tidak menunjukkannya.

 

"Yah... Kita bekerja bersama-sama. Seharusnya kalian mendukungku." Katanya kasar.

 

"Harus adalah kata kuncinya."

 

Junho menggigit bibirnya. "Kau benar-benar..." Ia menahan nafas, kemudian berjalan cepat ke dapur.

 

Bahu Minjun merosot segera setelah Junho tidak terlihat lagi. Ia masih sakit hati, meskipun sudah dua minggu berlalu sejak kejadiannya dengan Junho. Ia lebih merasa sakit dibandingkan marah. Ia masih ingat dengan jelas kalimat yang diucapkan dongsaengnya itu, Ia bisa merasakan hatinya pecah menjadi potongan-potongan kecil.

 

"Kau bukan siapa-siapaku. Kita hanya sesama member yang memiliki hubungan hyung dan dongsaeng di depan para fans."

 

Minjun menelan ludahnya, berusaha berkonsentrasi pada TV. Ia mendengar dongsaengnya berjalan melewatinya dan ia tidak bisa mengangkat kepalanya.

 

"Selamat malam untukmu, brengsek." Kata Taecyeon.

 

Junho tidak menjawab. Minjun berbalik menghadap Taecyeon setelah ia yakin Junho sudah benar-benar pergi. "Jangan berkata seperti itu lagi, kau tidak bisa menarik kembali kata-kata yang keluar dari mulutmu."

 

"Aku tidak peduli. Ia pantas mendapatkannya." Kata Taecyeon. Namun dibalik nada keras yang diucapkannya itu, ia terlihat kurang baik. Minjun tahu ia tidak benar-benar mengatakannya, tetapi harga dirinya lebih penting baginya daripada hati nuraninya.

 

Minjun menggeleng tidak setuju sebelum ia bangun dari lantai. "Aku pergi tidur dulu. Karena kita tidak punya jadwal besok, aku akan tidur selama mungkin. Jangan bangungkan aku, mengerti?"

 

"Oke, tidur yang nyenyak hyung." Kata Chansung.

 

"Good night," Kata Nichkhun sambil tersenyum sedih. Ia merasakan kesedihan yang sama seperti Minjun, hanya saja ia tidak menunjukkannya. Taecyeon tidak berkata apa-apa, tidak mengejutkan tentu saja. Minjun berjalan pergi ke kamarnya seperti Wooyoung.

 

Tiba-tiba terdengar suara keras yang datang dari kamar Junho. Semua yang ada di ruangan itu terkejut. Mereka semua melihat kearah pintu dengan tatapan horror. Nichkhun bangun dari kursinya dan berjalan kearah Minjun.

 

"Apa yang salah? Haruskah kita ...?"

 

Minjun dengan cepat berlari ke kamar Junho, membuka pintu. Junho menatapnya marah. Dilihatnya semua barang Junho yang biasanya tertata rapi di meja sudah berserak di lantai. Minjun menatap Junho, bertanya-tanya dalam diam apa yang salah. Tetapi yang didapat Minjun justru tatapan dingin dan perintah untuk meninggalkan Junho sendirian.

 

Minjun menghela nafas, menggeleng lagi. Ini sudah menjadi kebiasaan baginya. "Kau bertingkah seperti anak manja lagi. Berhentilah bertingkah seperti ini."

 

Junho mendengus. "Siapa yang memberimu hak untuk menyuruhku melakukan apa yang harus kulakukan?"

 

"Aku hyung-mu."

 

"Sudah kubilang sebelumnya, kau bukan siapa-siapa ku!"

 

Minjun berusaha menahan diri, tetapi ini sudah melewati batas toleransinya. "Tidak ada satu hal pun yang layak kau dapatkan! Jika kau terus seperti ini, kau akan kehilangan semuanya, kau akan ditinggal sendirian. Ketika itu terjadi, jangan datang menangis padaku."

 

Junho mengepalkan tinjunya dan menatap Minjun dengan tatapan yang berapi-api. "Seperti aku akan datang padamu saja."

 

Minjun menatap kembali mata Junho, prihatin. "Kau akan menyesalinya, Junho." Suara Minjun tak lebih dari suara kecil dan saat ia berbalik untuk meninggalkan ruangan, nampaklah sosok Nichkhun, yang berdiri di pintu dan menyaksikan semua adegan dihadapannya. Tanpa melirik satu sama lain, Nichkhun mengikuti Minjun keluar.

 

Mereka meninggalkan Junho di kamarnya, sendirian, mencoba untuk mencari tahu apa yang telah ia lakukan sehingga ia harus menerima semua ini.

 

Tapi seperti sebelumnya, ia tidak bisa menemukan apa yang salah.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
LUCIVER #1
Chapter 14: Kerenn
lanjut yaa
mannuel_khunyoung
#2
Chapter 13: aghhhrkkkk , baru komen sekarang.

fix,ini bukan sekedar ff , tapi banyak makna yg mau disampaikan.


terimakasihuntuk autor yg membuat ff ini,dan thx juga utk nunna yg telah nge translatin ini :) terharuh,plis updaaate nun
TikaChan
#3
Chapter 12: ff ini mengandung banyak arti, mengagumkan

Di tunggu next chap nya
channuneo90 #4
Chapter 11: cepet update ya,author-nim...
ditunggu chapter selanjutnya :D
pengen lihat mereka kayak dulu,kasian junhonya.....
TikaChan
#5
Chapter 9: aigoo tuh junior songong amat yak

setiap baca ini ff rasanya campur aduk

update soon !!!
mannuel_khunyoung
#6
Chapter 9: Huaaaaaa ini kok angst yah nun??? :,( kok angst cobaaaa

atau aku yg ngerasa sedi ma junho?ntalah kkk

udah mau bahagia nih asyyiiik

bener,ternyata bang taec.berharap dpet bombastis wkkwwkwk

jaeho!dari awal tuh orng bru junior ajah kurang ajar!rasain!

fighting nuuuuuuun.cpet update ye o.o :3 ^^
mannuel_khunyoung
#7
Chapter 8: Ohooooooouuu

chan,woo (tpi kan blum deket)khun,baru siapa lagi?asyiik

o y nun,pas kemarin aku bca yg aslinya (masih chap ini lagian -,-) aku lupa komentar.

aku mau nanya nun,cygs itu memang ada ya?wkwkwk

yesss junho bener2 imut disini -_- :v hahahaha mau lanjut baca nih nun,senengnya update dua x wkwwk
mannuel_khunyoung
#8
Chapter 7: ehem ehem *senngnyaaaaah* nun,catfish bukan ikan lele yah? hehehe :3

bg chan udah, bg woo masih setengah.

menurutku pasti yg pertama ini bg taec or bg khun tpi kok lbih yakin bg minjun ya wkwkwk O.o

Thxxxxxxxxx nunnnaa udaaaaah mau updaaateeeee ff iniiiii senenngyaaah:apalagi liat tingkah junho #adorable-ny mulai keliatan wkwkwk
mannuel_khunyoung
#9
Chapter 6: seneeengnya nunna update :3

sebenarny aku udah baca ini kemarin nuna (yg original,tpi brhubung bhs inggrisku kurang baik,jdi beruntung ada translate-an nuna,kata2 yg kemarin ngk kutahu muncul semua disini hehehe) cepet update nun :3

tpi kayaknya nanti endingnya ini bakaln sedih yah nun?(aku blum bca sih nun,cuman bru liat koment2an ff nya hehehe)

fighting nunnnaaaaaaaa!
mannuel_khunyoung
#10
Chapter 5: Ohhhhhh GOD!

pleaseeeee nunnnnn update cepet..
kasian ma junhooooooo T.T