Chapter 10: week 5 - Center of Attention - 송.연.주. (part 1)

Beyond the Confines (side story of: Retro-Reflection)

Kris berusaha membuat semuanya menjadi jelas. Begitu Baekhyun siuman, ia langsung menanyakan hal-hal yang mengganggu pikirannya. Meski Baekhyun cukup terkejut dengan fakta bahwa Kris adalah seorang polisi, Kris tetap mencari informasi. Ekspresi Baekhyun berubah banyak saat Kris menanyakan tentang apa yang sudah terjadi malam itu. Baekhyun terlihat susah menjelaskan kejadiannya, seperti ada yang ditutup-tutupi. Rekan Kris itu tidak bisa mengatakan bahwa tidak ada apa-apa sementara luka-luka di wajahnya menceritakan banyak hal. Baekhyun seperti diserang, dilukai, dipukuli oleh seseorang. Kris juga melihat bekas ikatan tali yang samar di pergelangan tangan Baekhyun. Sudah jelas Baekhyun sempat berakhir seperti Do Kyungsoo. Sesuatu pasti sudah terjadi, bukan?

“Ada perampok yang berusaha merampok flatku,” kata Baekhyun saat itu, Kris mendelik padanya tidak percaya. Kedua mata Baekhyun bergerak-gerak gelisah. “Dia..dia berusaha membunuhku dan membawaku ke dermaga. Kyungsoo melihatku di bawa oleh perampok itu, akhirnya dia juga dipukuli hingga pingsan.”

“Lalu bagaimana dengan perampoknya?” tanya Kris.

“Ah, apa?” Baekhyun terlihat bingung. “Perampoknya?... Ah, dia melarikan diri.”

Yang benar saja, bagaimana Kris hendak percaya, Baekhyun terlihat jelas sedang berbohong.

Kris mengganti pertanyaannya. “Apa hubunganmu dengan Kim Joonmyun?” begitu nama itu disebut olehnya, Baekhyun sekilas tampak terkejut. Kedua matanya melebar.

“Dia kakak sepupuku.” Baekhyun menjawab langsung, terlihat berusaha mengontrol emosi dan ekspresinya. “Apakah kau mengenalnya? Tapi kami sudah lama sekali tidak berte—“

“Benarkah?” Kris menatap Baekhyun tajam. “Bukankah dia yang sudah melakukan semua ini padamu?” ia bertanya.

“Apa maksudmu?” Baekhyun kembali terlihat bingung.

“Bukankah dia merencanakan hal buruk padamu? Dulu dia juga sudah melakukan hal buruk padamu, bukan?”

Baekhyun mengerjap kebingungan, namun saat itu juga ia tampak resah. Tampak jelas ada suatu hal yang ditutupi olehnya. Kenapa harus ditutup-tutupi jika semua hal itu memang benar? Mengapa Baekhyun ingin menutup-nutupi hal yang sudah dilakukan oleh Kim Joonmyun? Kris sungguh tidak mengerti jalan pikiran rekannya ini.

“Dengar, Baekhyun, aku tahu tentang buku dongeng tua dari masa kecilmu. Aku tahu tentang apa yang Kim Joonmyun lakukan padamu 14 tahun yang lalu. Dan semalam dia sudah merencanakan hal buruk lagi padamu, karena itu kau seperti ini.” Kris menunjuk pada luka-luka di wajah Baekhyun. Baekhyun sesaat nampak semakin gusar.

“Tidak, Kris, Joonmyun hyung tidak melakukan apapun padaku. Sudah kukatakan padamu, aku sudah lama tidak bertemu dengannya. Bagaimana mungkin dia melakukan hal buruk padaku?” Baekhyun berusaha berkilah.

Rahang Kris mengeras. “Apakah selama ini kau tidak tahu apa yang sudah dilakukannya? Dia terus membuntuti pacarmu, entah apa yang direncanakannya. Kejadian yang aku lihat di dermaga adalah bukti bahwa Kim Joonmyun sudah melakukan hal buruk pada kalian. Bahkan tetangganya sendiri terlibat.” Kris mendengus keras.

“Tidak, Joonmyun hyung tidak melakukan apapun pada kami.”

Kenapa semua orang di dunia ini harus membela Kim Joonmyun?

Kris sangat gusar saat itu sampai akhirnya ia memutuskan untuk tidak bertanya apapun lagi dan Baekhyun berpamitan karena hendak menemui pacarnya yang masih belum siuman. Kris tidak berniat menanyakan hal yang sama pada Park Sooyoon ataupun Do Kyungsoo karena ia mendapat firasat bahwa dua orang itu akan sama seperti Baekhyun, menutupi kejadian sebenarnya pada malam itu. Entah apa ini hanya Kris ataukah yang sudah Baekhyun katakan adalah benar, Kris masih belum bisa menerima segalanya. Apalagi dengan kenyataan yang satu itu.

Kapal yang seharusnya membawa Kim Joonmyun dan mahasiswa yang lain terbalik di laut dan tidak satupun dari penumpang ada yang selamat.

Kim Joonmyun dipastikan sudah naik ke kapal, orangtuanya sendiri yang melihatnya. Mereka milihat anak mereka itu berpamitan dan melambai dari atas kapal, namun hanya untuk beberapa detik dan tidak sampai kapal berlayar. Tapi mereka memastikan Kim Joonmyun sudah berada di kapal, karena itu, begitu evakuasi terhadap kapal itu dilakukan dan tidak ada satupun penumpang yang ditemukan selamat, kedua orangtua Kim Joonmyun itu menjadi sangat sedih. Namun hal yang paling menyedihkan adalah tubuh Kim Joonmyun adalah satu-satunya yang tidak ditemukan.

Kejadian ini sungguh membuat divisinya tidak waspada. Ya, Kris harus berhenti mencurigai Kim Joonmyun karena pemuda itu sudah tewas, dan

korban ke-12 dalam minggu ke lima ini sudah jatuh.

Kim Joonmyun bukan pelakunya, ia bukan pelaku pembunuhan berantai ini.

 

 

“Polanya memang tidak berubah, chief, dan orang gila itu membunuh dua orang pada waktu yang sama. Sepertinya itu karena dia gagal membunuh pemain baseball itu.” Luhan mencoret-coret buku catatannya. “Tidak ada yang berubah, dua korban itu juga memiliki kriteria korban yang biasa.”

“Kita tidak bisa mencegahnya kali ini, lokasi pembunuhan sungguh tidak terduga.” Yixing menimpali.

“Perpustakaan kampus, oh ya.” Luhan mengangguk. “Salah satu korban adalah salah satu mahasiswi di kampus itu. Dan seorang lagi bahkan bukan orang dari lingkungan kampus, dan entah bagaimana dia bisa ada di sana.” ia menimpali. “Ini sungguh parah, para mahasiswa di kampus itu jadi semakin menggila. Mereka sungguh tidak menyangka ada korban yang jatuh di kampus mereka, dan dua korban langsung pula. Itu sungguh kejadian yang mengerikan.”

“Aku rasa mereka tidak akan mau datang ke perpustakaan lagi.” Yixing berkata.

Luhan mengangguk. “Jangankan datang ke perpustakaan, aku bahkan mendengar mereka berkata mereka tidak ingin datang ke kampus lagi. Datang ke kampus seperti mengantarkan kematian sendiri, kata mereka.”

Yixing membuang napas panjang. “Seandainya kita menemukan pelakunya segera.”

“Oh Yixing, kau tahu kita sudah hampir mendapatkannya.”

“Kim Joonmyun? Dia sudah pergi, Luhan. Tidak mungkin dia masih bisa membunuh orang bila dia sudah tidak lagi berada di dunia ini.” balas Yixing. “Aku ingin percaya seperti halnya chief, tapi kalau sudah begini, bagaimana kita bisa menuduh Kim Joonmyun lagi? Korban berjatuhan kembali dan dia sudah tidak ada di sini, itu sudah berarti dia bukan pelakunya.”

“Ini akan lebih mudah seandainya Baekhyun mau menjelaskan semuanya.” Akhirnya Kris angkat bicara dalam pembicaraan ini. Ia menghela napas panjang. “Sayangnya, dia tidak ingin menjelaskan lebih banyak. Aku sudah sangat yakin ada yang tidak beres.” Ya, hal itu yang sangat ia sesalkan. Byun Baekhyun seakan tidak ingin mengungkap kebenaran. Jelas sekali terlihat bahwa ada sesuatu yang terjadi malam itu, sesuatu sudah terjadi di dermaga itu. mengapa rekan Kris itu tidak mau berterus terang? Mengapa Baekhyun tidak ingin mengungkap kebenaran? Seandainya Baekhyun tahu serumit apa kasus yang sedang Kris usut saat ini, seandainya ia tahu sesinting apa kasus yang membuat Kris menuduh semua orang sebagai pelakunya ini.

Yah kemungkinan jika Baekhyun mengungkap hal yang sebenarnya, kemungkinan itu bisa merusak nama Kim Joonmyun sekaligus melibatkan Kim Joonmyun sebagai dalang dari sebuah kasus baru. Kim Joonmyun bisa saja dituduh atas kasus pembuntutan, penculikan dan tindak kekerasan. Pemuda itu bisa hidup dalam penjara untuk waktu yang sangat lama. Namun, meski hal itu terungkap, tidak ada yang bisa Kris lakukan. Bilapun Kim Joonmyun tidak melakukan semua itu, itu bisa sedikit membersihkan namanya di mata Kris. Selama ini Kris telah menuduhnya sebagai pelaku pembunuhan berantai ini. Melihat sekarang Kim Joonmyun telah pergi dengan begitu mendadak, mau tidak mau Kris harus melupakan pikiran itu dalam kepalanya.

Kim Joonmyun bukan pelakunya.

Namun, bagi Kris, dalam angan-angan terliarnya, kemungkinannya ada dua, Kim Joonmyun memang sudah tewas dalam pelayaran dan tubuhnya hanyut terbawa arus laut, atau Kim Joonmyun masih hidup dan melarikan diri namun memutuskan untuk tidak membunuh lagi.

Kris sungguh keterlaluan, bukan?

“Aku bisa memaksa Byun Baekhyun bicara jika kau mau, chief. Jika perlu aku bisa memaksa Park Sooyoon dan Do Kyungsoo untuk bicara juga. Kita bisa dapat banyak petunjuk dari mereka.” Luhan mengerling Kris kemudian melirik dokumen berisi informasi tentang Park Sooyoon dan Do Kyungsoo. sudah jelas dua orang yang ditemukan bersama dengan Baekhyun seminggu yang lalu itu tidak memiliki catatan criminal apapun. Mereka bersih, sangat bersih.

“Kurasa kita sudah tidak perlu melibatkan mereka, Luhan.” Kris menjawab. “Kau tahu bagaimana Baekhyun berusaha menutup-nutupi semuanya dariku. Lagipula, kita sudah tidak bisa fokus pada Kim Joonmyun lagi. Dia bukan orang yang kita cari.” Ia menambahkan. “Meski kita tahu Kim Joonmyun pernah membuntuti Park Sooyoon yang kriterianya sama dengan korban pada umumnya, tapi, tidak, kita sudah tidak bisa fokus ke sana. Kita tidak bisa mengurusi masalah yang berhubungan dengan Kim Joonmyun dan Byun Baekhyun.  Meski awalnya terlihat berhubungan, namun sepertinya Kim Joonmyun hanya memiliki motif kepada Byun Baekhyun. Intinya, mereka tidak lagi berhubungan dengan kasus pembunuhan berantai ini.”

“Bagaimana dengan bukti buku dongeng tua yang aku temukan di dermaga ini, chief?” Yixing mengangkat sebuah plastic bening berisi buku tebal tua yang basah dan sudah rusak karena terendam air laut. Buku itu bercover warna merah muda pucat, warnanya masih sedikit tampak meski buku itu sudah rusak. “Aku tidak bertanya dengan begitu ngotot tentang ini, tapi Park Sooyoon berkata buku dongeng ini adalah bukunya. Bukankah buku ini adalah kemungkinan buku yang dicari-cari oleh Kim Joonmyun?”

Kris menatap buku dalam plastic bening itu dengan seksama. Ia mengerjap beberapa kali. “Maksudmu buku dongeng tentang kutukan itu?” ia memberikan kode agar Yixing memberikan buku itu padanya. Begitu Kris sudah memegang buku itu, ia merasa ngeri. Bagaimana buku dongeng anak-anak ini memiliki cerita-cerita yang bisa menjadi kenyataan? Cara untuk mengunci seseorang, bah, Kris tidak ingin percaya. Tapi ia sungguh bodoh jika menolak percaya saat ia sudah pernah melihat kenyataannya. Kim Joonmyun benar-benar ada di dermaga malam itu, dan jika semua dugaan Kris benar, dengan kata lain Kim Joonmyun memang benar merencanakan suatu hal yang buruk lagi kepada Baekhyun, setelah pemuda itu sudah mengunci sepupunya itu selama 12 tahun dalam sebuah cermin.

Ini gila, benar-benar gila.

“Aku rasa buku ini akan memberikan petunjuk lain, chief.” Yixing berkata, membuyarkan lamunan Kris. “Karena kita sedang berurusan dengan salah satu benda yang disebutkan di dalam buku ini.”

Kris menaikkan sebelah alis. “Apa?”

Luhan mengerjap dan tampak sama bingungnya. “Apa itu?”

“Topeng.”

Kris bergidik. Apakah ia tidak salah dengar? “Apa kau bilang?”

“Topeng, chief. Itu benar-benar topeng.” Yixing menjawab.

Apa?

Astaga.

Sudah pastikah benda itu ada dalam salah satu cerita dalam buku ini?

Apakah benda itu menjadi salah satu benda kutukan dalam buku ini?

Jika memang benar, ini sungguh mengerikan. Ini sungguh di luar dugaan.

Buku itu benar-benar bukan buku dongeng biasa. Kejadian dalam buku itu bisa menjadi kenyataan.

“Yixing, apa kau yakin?” Luhan menyuarakan pertanyaan dalam benak Kris. “Kau 100% yakin?” Yixing mengangguk sembari menatap Luhan dan Kris bergantian. Tidak mungkin benda itu tidak ada dalam buku jika Yixing sudah tampak seyakin itu, batin Kris.

“Aku sempat membalik-balikan beberapa halaman saat aku menemukan buku ini. Buku ini memang nyaris tidak bisa dibaca, tapi kau bisa lihat tulisan mengenai topeng dengan huruf capital besar yang cukup terlihat jelas.” Yixing menjelaskan. “Yah, aku tidak tahu apa isi ceritanya, hampir semua tulisannya sudah tidak bisa dibaca, tapi kurasa, kemungkinan, semua ini masih berhubungan dengan kasus yang kita tangani.”

Luhan menghela napas dengan berlebihan. “Astaga, semua ini…semuanya sungguh berhubungan. Astaga, aku tidak bisa percaya ini.”

“Aku juga tidak ingin percaya. Rasanya semua ini seperti mimpi saja. Dan kita ada di dalamnya dan tidak bisa bangun.” Yixing berkata dengan hambar.

Ya, Kris pun berpikir begitu. Mereka semua sedang bermimpi dan tidak akan pernah terjaga. Hal ini adalah hal tergila yang pernah ia dengar, dan ini benar-benar terjadi dalam hidupnya.Hanya satu yang bisa Kris simpulkan dari hal ini.

“Kurasa aku punya tugas baru untuk kalian.”

Luhan dan Yixing memasang ekspresi serius. “Apa itu, chief?” tanya Luhan.

Kris meletakkan buku dalam plastic bening itu di atas meja. “Kita harus melakukan sesuatu terhadap buku ini. Yixing, entah apa yang akan kaulakukan, kau harus membuat buku ini kering dan sebisa mungkin tetap selamat sehingga kisah di dalamnya masih bisa dibaca.” Yixing mengangguk mendengar tugas itu dari Kris.

Kini Kris menghadap Luhan. “Lupakan perkataanku tadi. Kita harus tetap mengontak Park Sooyoon. Park Sooyoon adalah pemilik buku ini, kemungkinan dia tahu mengenai cerita-cerita di dalamnya. Luhan, tugasmu adalah mencari keterangan darinya tentang cerita mengenai topeng itu.” ia berdeham sedikit,”dan kemudian, Song Yeonjoo dan bocah yang bernama Huang Zitao dari penyidik amatir itu adalah teman masa kecil Kim Joonmyun. Mereka pernah membaca buku ini bersama-sama, mereka pasti tahu isi buku ini. Aku akan menemui dua orang itu.”

“Siap, chief.” Luhan menjawab dengan tegas. Ia segera bangkit dari kursinya. “Kurasa aku akan pergi sekarang.”

Kris membuang napas sekali lagi. “Jika buku ini memang benar sumber dari semua kejadian yang ada, sudah pasti hal selanjutnya sudah tertulis dalam buku ini.” ia mengetuk buku di meja dengan telunjuknya. “Kita hanya perlu menebak cerita yang mana yang selanjutnya akan menjadi kenyataan.”

 

 

Berita tentang kapal dalam pelayaran ke Beijing yang terbalik di laut karena ombak besar itu masih diberitakan hingga hari ini. Pencarian para korban terus dilakukan. Stasiun televisi terus memberitakan bagaimana jasad korban satu per satu telah ditemukan dan dievakuasi. Sebagian besar jasad sudah diambil oleh keluarga dan dimakamkan. Yeonjoo terus mengganti channel televisi, berharap menemukan channel yang memberitakan bahwa jasad Joonmyun sudah ditemukan. Namun, tidak ada yang bisa ia temukan. Tidak ada berita mengenai ditemukannya jasad Joonmyun. Semua penumpang dipastikan telah tewas, dan meski tubuh Joonmyun tidak ditemukan, ia sudah pasti tewas, karena sudah seminggu ia belum juga ditemukan.

Yeonjoo mematikan televisi dan melempar remote ke lantai. Ia melipat kedua kakinya dan mendesah dengan berlebihan. Tidak ada gunanya, tidak ada gunanya ia menanti kabar baik dari televisi.

Tidak ada, tidak ada kabar baik.

Tidak ada, Joonmyun sudah tidak ada.

Tidak, tidak mungkin.

“TIDAK MUNGKIN!” Yeonjoo berteriak frustasi. Ia berteriak begitu kencang, para tetangga sudah pasti mendengarnya. Napasnya saat itu tersendat, ia tidak bisa bernapas dengan baik. Ia mulai memukuli dadanya berulang kali, namun ia tetap saja tidak bisa bernapas dengan baik. Tak terasa air mata mulai bergulir di kedua belah pipinya. Tangisnya pecah. Ia sudah tidak bisa membendung keinginannya untuk menangis.

Rasanya, dalam tujuh hari belakangan, ia hidup di dalam mimpi. Mimpi buruk, tentu saja. Ia tidak pernah membayangkan hal sekacau ini ada dalam hidupnya. Sahabatnya sejak kecil meninggalkannya seperti ini, terlebih lagi mereka telah bertengkar dan tidak dalam hubungan yang baik. Ia tidak pernah ingin mereka terpisah, terlebih seperti ini. Jikalau Joonmyun tidak ingin bersahabat dengannya lagi, ia yakin ia akan baik-baik saja dengan itu meski membutuhkan banyak waktu untuk menerimanya, asalkan Joonmyun hidup dengan baik. Kini Yeonjoo berpikir bahwa pikirannya sungguh sempit bila ia ingin terus bersama Joonmyun. Ia merasa bodoh karena ia begitu tergantung pada temannya itu. Namun semuanya sudah terlambat. Tidak ada gunanya menyesali semua yang telah terjadi.

Tapi sungguh, ia tidak ingin berakhir seperti ini.

Tidak, seharusnya Joonmyun tidak pergi dari dunia ini secepat itu. Tidak, tidak.

Yeonjoo mengangkat wajah dan menyeka air mata di wajahnya dengan gerakan cepat dan kasar. Tidak, Joonmyun belum meninggalkannya. Tidak, Joonmyun belum meninggal. Tubuhnya belum ditemukan, ia tidak mungkin tewas.

Tidak, tidak.

Tidak.

Tidak.

Bel pintu rumahnya berbunyi. Yeonjoo hanya mendengarnya saja tanpa berniat membukakan pintu. Ayah dan ibunya sedang tidak ada di rumah, tidak akan ada yang bisa membukakan pintu kecuali dirinya. Namun ia bersikeras ia tidak perlu membukakan pintu. Itu pilihan yang buruk karena bel pintu dibunyikan dengan menggila. Sungguh berisik. Yeonjoo pada akhirnya benar-benar terusik. Ia mengumpulkan segenap tenaga yang ia punya untuk bangkit dan berjalan menuruni tangga. Sudah lama rasanya ia tidak berjalan keluar kamar. Ya, mungkin sudah tujuh hari ia hanya di kamar saja. Ia tahu ia sudah bertindak bodoh dan membuat orangtuanya cemas, namun ia sungguh tidak ingin melakukan hal lain selain memantau berita dari televisi. Ia hanya ingin tahu mengenai keberadaan Joonmyun.

Dan siapa orang gila yang memencet bel rumahnya ratusan kali?

“Ah, selamat siang.” Yeonjoo mendengar suara yang berat itu, suara berat dan familiar, saat ia membuka pintu pagar. Kris Wu tampak sedikit lega begitu pintu terbuka, namun sedetik kemudian ekspresinya berubah. Yeonjoo tidak berharap banyak, polisi ini pasti heran melihat dirinya yang berantakan.

“Ada perlu apa? Bagaimana kau bisa tahu alamat rumahku?” Yeonjoo bertanya langsung.

Kris Wu tidak terlihat ingin langsung menjawab. Wajah dinginnya tampak sedikit aneh karena wajahnya berkerut. Ia tampak enggan dan kebingungan. “Ah, aku…aku tahu rumahmu dari alamat yang kautinggalkan di kantor polisi waktu itu.”

Ah, saat ia dijadikan saksi oleh polisi ini? Saat itu benar-benar mengerikan. Yeonjoo benar-benar ketakutan setengah mati begitu ia dengan tiba-tiba dibawa serta ke kantor polisi. Saat itu ia tidak jadi berangkat ke tempat kerja, dan ia menelpon Joonmyun untuk datang.

Saat ini ia tidak tahu untuk apa polisi ini datang kemari, tapi akankah Joonmyun datang untuknya sekali lagi?

Apakah ia meminta hal yang berlebihan saat ini?

Air mata sudah akan jatuh dari matanya lagi, namun ia dengan tatapan tidak fokus bertanya pada polisi itu. “Ada perlu apa denganku?” ia hanya berdiri di ambang pintu pagar. Ya, ia memang tidak berencana membawa tamunya ini masuk. Ia sungguh tidak ingin mendapat tamu saat ini.

“Aku ingin bertanya tentang buku dongeng yang kubicarakan waktu itu.” Kris Wu menjawab langsung kali ini. Polisi itu juga tidak tampak ingin masuk ke dalam rumah. Ia terlihat agak terburu-buru. “Kami berasumsi bahwa cerita lain dalam buku itu akan mengarahkan kami untuk penyelesaian kasus pembunuhan berantai ini.”

Pembunuhan berantai itu.

Yeonjoo bergidik mendengar kasus itu disebut. Kasus gila yang membuat ia menjadi paranoid, yang membuatnya semakin terlihat bergantung pada Joonmyun. Ia membenci dirinya yang seperti itu. Ia benci mengingat kasus itu. Ia benci.

“Kau ingin aku menjelaskan tentang cerita dalam buku dongeng itu?” Yeonjoo bertanya dengan getir.

“Ya.” Kris Wu menjawab dengan tegas. Ekspresinya kembali datar dan dingin. “Aku ingin kau menceritakan lagi apa yang kau ingat dari buku itu.” ia menambahkan. “Kau ingat bukan? Kau menyebutkan beberapa judul cerita di dalamnya waktu itu.”

“Aku sudah katakan padamu, aku tidak ingat banyak.” Yeonjoo merasa kepalanya mendadak sakit saat ini. “Aku tidak bisa memberikan banyak jawaban untukmu.”

“Kau pasti bisa mengingatnya.” Kata Kris Wu dengan nada mendesak. “Apakah ada cerita di dalamnya mengenai topeng?”

Yeonjoo sungguh ingat tentang apa yang telah Tao ceritakan padanya mengenai polisi ini dan apa yang sudah dialaminya sendiri. Polisi ini memang keterlaluan dan tidak berperasaan.

“Tidak bisakah kau tidak menanyakannya sekarang? Tidakkah kau lihat bahwa aku masih bersedih karena belum bisa menemukan temanku?” Yeonjoo berkata dengan nada lelah.

Kris Wu terdiam seketika. Wajahnya tampak semakin kaku. Yeonjoo membuang napas dengan berlebihan. Polisi ini hanya membuat beban pikirannya semakin berat, semakin banyak. Yeonjoo membuang napas panjang.

“Kau sudah cukup menuduh Joonmyun macam-macam, dan sekarang kau sudah tidak bisa menuduhnya lagi, bukan? Dan apa yang kau inginkan dariku? Kenapa aku harus terlibat lagi denganmu?!” ia mencoba mengeluarkan segala yang ada dalam pikirannya. Ia sungguh muak dengan semua ini, semua kasus pembunuhan berantai ini.

“Kau harus tahu kau memiliki andil besar dalam penyelesaian kasus ini,” Kris Wu seperti tidak mendengarkan apa yang sudah Yeonjoo katakan. “Jika kau bisa memberikan kami keterangan, kemungkinan besar kasus ini akan terpecahkan.”

“Aku tidak peduli kasus ini terpecahkan atau tidak.” Yeonjoo berkata dengan dingin. “Aku sama sekali tidak ingin membantu. Aku hanya peduli jika kalian bisa menemukan Joonmyun.”

Kedua bola mata Kris Wu melebar, “Ya Tuhan, Song Yeonjoo ssi, sadarlah! Kim Joonmyun sudah tidak ada! Dia sudah tewas!” Polisi itu meletakkan kedua tangannya di bahu Yeonjoo. Yeonjoo dengan susah payah berusaha menurunkan tangan Kris Wu dari bahunya.

“Tidak, mereka belum menemukan tubuhnya. Dia masih hidup, dia masih hidup!” Yeonjoo mengatakannya dengan setengah berteriak.

“Dia sudah tewas, Song Yeonjoo ssi.” Kris Wu berkata.

“Kau tidak berhak menyimpulkannya seperti itu! Kau sama sekali tidak berhak!” Yeonjoo berteriak tepat di wajah polisi itu. “Kau membenci Joonmyun, sudah jelas kau tidak peduli dia sudah tewas atau masih hidup.”

Kris Wu terlihat terkejut dan emosi. Ia terlihat mengatur napas. “Ini bukan masalah aku membencinya atau tidak. Dengar, aku memang mencurigainya, tapi aku tidak membencinya. Aku mengerti apa yang kau rasakan, kau merasa sangat kehilangan, tapi—“

“Aku tidak lihat kau mengerti apa yang kurasakan.” Yeonjoo mencemooh. “Bagaimana mungkin kau mengerti. Jika kau mengerti, sejak tadi kau pasti tidak bertanya apapun mengenai pemecahan kasus. Dengan kata lain, kau hanya ingin kasus ini terselesaikan. Kau sama sekali tidak bersedih seperti aku!”

“Song Yeonjoo ssi!” Kris Wu tampak terperangah.

“Apa? Apa lagi yang ingin kaukatakan?” Yeonjoo menantang. Ia sudah hendak meledak dalam tangisan sekali lagi, namun ia menahan air matanya. Kris Wu tampak sama kesalnya. Ia beberapa kali mengatur napas dan menutup mata. Pada akhirnya, polisi itu berkata

“Jika kau benar-benar tidak ingin membantu kami, silahkan saja, tidak ada masalah denganku.” Kris Wu memasang ekspresi dinginnya yang terkenal itu. Yeonjoo mendengus keras. Ya, ia tidak peduli dengan apa yang orang ini katakan. Ia sungguh tidak peduli. Kris Wu memasang ekspresi yang semakin serius. “Minggu ini adalah minggu kelima dimana ada tiga korban sekaligus yang telah tewas. Pola pembunuhan memang sedikit berubah, tapi pembunuh itu tetap mencari mangsa. Jika dia masih terus beraksi, apakah kau tahu siapa kemungkinan yang akan menjadi korban selanjutnya?”

Yeonjoo menahan napas. Ia tidak ingin mengetahui jawaban dari pertanyaan itu.

“Kau, Song Yeonjoo ssi. Kau sudah pasti adalah salah satu orang yang menjadi korban selanjutnya.”

Tidak, tidak mungkin.

“Song Yeonjoo, lahir pada tanggal 12 Desember. Bergolongan darah A resus positif dan bertangan kidal. Bertinggi badan 163 cm. Apakah ada informasi yang salah?” Kris Wu memandang Yeonjoo dengan sinis.

Yeonjoo membalas dengan getir. “Apa kau berharap aku menjadi korban berikutnya?”

“Aku mengatakannya agar kau waspada.” Kris Wu merapikan mantelnya. “Kami para polisi masih belum tahu siapa orang sinting yang suka membunuh orang ini. Kami masih belum bisa banyak menebak apa yang akan dia lakukan selanjutnya.” Ia memandang Yeonjoo dan membuang napas. Wajahnya terlihat sedikit tenang dan ekspresinya melunak. “Aku tahu kau masih bersedih pada apa yang terjadi pada Kim Joonmyun. Tapi kau perlu melihat kenyataan di sekelilingmu. Kau tidak bisa hanya terfokus pada Kim Joonmyun.”

Yeonjoo sudah akan membalas perkataan polisi itu saat polisi itu sudah berbalik dan berjalan menjauh.

“Aku pergi dulu. Aku akan mencari keterangan tentang buku itu pada orang lain.” Kata polisi itu tanpa menoleh.

 


note: I've planned not to update this chapter (part 1) before I finished writing for all chapters for 'centre of attention', but I changed my mind. I'm afraid I might lost the data of this story (I have problem with my laptop), so I post this chapter.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
keyhobbs
#1
Chapter 11: aigoo jinjja daebak!!^^ keren,aku bahkan ikut mikir keras siapa kira kira pelakunya,and aku jg kaget pas bca chap sebelumnya,itu Tao? Tapi kapan ini mau di update lagi?I'll wait for the next chapter^^ fighting!
weirdoren
#2
Chapter 10: GRAAAAAAHHHH
kamu liat kan. junmen udah ga ada. makanya move on. #maksa
LocKeyG #3
Chapter 10: Jadi itu Tao? yang jahat Tao, bukan Joonmyeon?
xhxrat_ #4
Chapter 9: Kapan update thor ToT
weirdoren
#5
Chapter 9: ah! ya! noodle joon what the hell are you talking about?
ㅋㅋㅋ
phyro27 #6
kak ini kapan updatenya TOT
weirdoren
#7
Chapter 8: OMG WHY ;_________________;
weirdoren
#8
Chapter 6: OMG PLS UPDATE SOON ZNJKdbsjhadvjfd
namputz #9
Chapter 5: duh penasaraaaan update ppali authornim~~~