Sore yang menjengkelkan bagi para warga kampung SM sejahtera. Tentu saja, banjir dimana-mana. Dan kampung mereka sangat dekat dengan kali dan tempat pembuangan sampah, sungguh miris. Namun musibah tersebut tidak menghalangi Chumin dan Luhan untuk bersenang-senang.

"WAAAH UMIN AYOK KITA BERENANG!!" Teriak Luhan begitu melihat ruang tamunya sudah dipenuhi air dan barang-barang yang mengapung. Tanpa pikir panjang, Luhan langsung meloncat dan berenang sesuka hatinya. "Eh Luhan itu kan kotor!" teriak Chumin sambil mengupil dan mencoba naik keatas bangku untuk menghindari air yang menggenang.

"Idih Chumin ini seru tau! Ayo kita keluar siapa tau diluar lebih seru!" Dan benar saja, begitu Luhan membuka pintu, terlihatlah para tetangga yang terlihat sedang 'menikmati' banjir karena sudah pasrah.

Pangkalan ojek berisi mamang-mamang yang sedang bermain gaple sambil ngopi dan nyamsoe. Bu Jihyo sedang kipas-kipas didepan warungnya dengan bang Geri mengangkat barang-barang dagangan karena takut ikut kebasahan. Dan para ibu-ibu yang sedang ngumpul di warung kopi neng Chaem, mungkin sedang menggosip atau sedang mengeluh berjamaah. Luhan berenang(?) menghampiri rumah Chongin dan Sehun untuk mengajak mereka bermain dengan Chumin yang hampir tenggelam dibelakangnya. Sekedar informasi, banjir di kampung SM hanya mencapai betis orang dewasa.

"CHONGIN SEHUN AYO BERENANG!" Teriak Luhan sambil mengayuh tangannya dengan gembira. Namun setelah sekitar sepuluh menit Luhan menunggu, Sehun dan Chongin tak kunjung keluar dan Luhan memutuskan untuk masuk.

"Pada kemana ya?" Tanya Chumin yang kini ikut berenang dengan bahagia dengan saudara kandungnya tersebut menuju kedalam kediaman Bu Dio. "CHONGIN SEHUN PADA KEMANA SIH?!" teriak Luhan sambil masih berenang.

"Lah, ada elu pada. Ngapain lu?" Tanya Baekhyun yang tiba-tiba muncul dengan kantong pelastik dikepalanya. "Kita mau cari Chongin ama Sehun bang Bek." Jawab Chumin yang seketika berhenti berenang karena malu. Tentu saja Luhan masih berenang, anak tak berdosa tersebut bahkan tak punya urat malu.

"Sehun ama Chongin ga ada dirumah. Kayanya pada di warung tante Chaem deh." Ucap Chanyul yang tiba-tiba muncul juga, membuat Chumin hampir jantungan dan berpikir bahwa Chanyul dan Baekhyun adalah temannya si Ucil dari Tuyul dan mbak Yul.

"Eh ada UHUK-min ama UHUK-han..." Pak Suho yang baru keluar dari kamar langsung diusir oleh anak-anaknya untuk kembali ke kamar. Udah tau banjir tapi masih aja ngeyel, Baekhyun pun hampir kehilangan kesabarannya dan ingin menyambit bapaknya tersebut dengan remote televisi, namun karena ia adalah anak yang baik, niatnya diurungkan.

Sementara di warung Neng Chaem.....

"Duh, jeng. Saya udah ngga abis pikir deh ama si Kris tuh kelakuan udah susah banget diatur! Centil banget lagi berasa ganteng kali dia!" Keluh mak Jitao sambil menyeruput kopi hitamnya. "Duh, mak masih beruntung lho bang Kris seengganya ga nyusahin kaya si bapak tuh kerjaanya sakit mulu. Sembuh engga, mati juga engga." Keluh bu Dio sambil memijat keningnya.

"Wah, seru ya kalo udah berkeluarga ada yang bisa diomongin." Ujar neng Chaem yang langsung mendapatkan pelototan oleh kedua ibu tersebut. "Eh neng, enakan elu tau masih bisa seneng-seneng. Masih muda lagi, masih bisa pacaran seru-seruan." Ucap mak Jitao sebelum menghabiskan kopinya sampai ampas-ampasnya.

"Bu laper." Keluh Chongin dan Sehun tiba-tiba, para wanita tersebut hampir saja lupa bahwa dua anak tersebut ada disana. "Duh, berasnya kerendem banjir nak. Nanti aja ya, main dulu gih sana." Ucap bu Dio sambil tersenyum, lalu mengecup kening anak-anaknya tersebut.

"Bu Dio baik banget ya sama anak-anaknya." Ucap neng Chaem. "Idih, gua juga kali kalo ama anak-anak mah. Si Kris mah pengecualian dia." Ucap mak Jitao, membuat bu Dio dan neng Chaem tertawa.

"Saya juga jadi pengen punya anak deh." Ucap neng Chaem sambil tersipu malu. "Eh, neng. Punya anak tuh cape. Ngelahirin, netein, mandiin, nyebokin. Belom kalo pada berantem aduh... Si Luhan tuh pas masih setaun udah bisa jalan eh, berak dimana-mana. Si Chumin juga baru lahir, kerepotan deh gua ama si Kris." Jawab mak Jitao sambil mengingat-ingat memori tentang membesarkan anak-anaknya yang luar biasa merepotkan.

"Iya neng aduh! Nikah dulu neng nikah!!" Teriak bu Dio yang trauma karena punya anak sebelum menikah karena sialnya ia mengalami 'kecelakaan' dengan pak Suho. "Udah ada calon belom nih? Aseeekkk...." Goda mak Jitao sambil mengedipkan matanya, namun lebih terlihat seperti ingin membunuh.

"Aduh, saya jadi malu. Belom nih... Belom ada yang naksir ama saya." Ucap neng Chaem sambil menutup wajahnya, malu-malu kucing gelora kawula muda. Namun mak Jitao dan bu Dio saling lihat-lihatan dengan pemikiran yang sama, "PALA LU BELOM ADA YG NAKSIR. ITU COWO-COWO SEKAMPUNG PADA JUNGKIR BALIK KECENTILAN AMA LU WOY!!" Namun para ibu rumah tangga tersebut memutuskan untuk diam dan hanya mengangguk. Mungkin neng Chaem hanya belum tau artinya cinta.