Pagi ini di Kampung SM Sejahtera agak sedikit berbeda dengan biasanya. Pagi-pagi sekali para tukang ojek dan para pemuda lainnya, atau yang disebut PCGS yaitu Perkumpulan Cowo Ganteng Sejahtera sudah berkumpul di pangkalan dengan kompaknya tanpa ada satupun yang terlambat. Dengan gelas-gelas berisi kopi hitam dan dua bungkus samsoe, mereka semua berembuk membicarakan sesuatu yang sepertinya penting. SEPERTINYA.

"Eh, Mino. Bisa ga sih tu si Shiwon disuruh balik aja?" Bang Jinki menggeram, masih dendam akan kelakuan hansip baru di kampung mereka. "Aduh, bang. Ngapa sih emang? Kagak ngapa-ngapain juga dia." Jawab Minho sambil membakar samsoe yang dibeli mereka dengan patungan. "Lu kagak tau ye, Mino? Itu sodara lu baru dateng udah belagu-belagu pengen ngerebut yu Key dari bang Jinki." Ucap bang Kris sambil garuk-garuk ketek, sudah 4 hari belum mandi karena pompa air dirumah mereka meledak oleh ulah Luhan dan Chumin.

"Eh, terus gimana itu si Yuno?" Tiba-tiba mang Jongkook menyambar dan Kwangsoo ikut mengangguk. "Gimana apanya nih?" Jawab Changmin. Ya, pemirsa, Changmin yang kebetulan lewat diseret dengan paksa oleh bang Kris dan mang Jongkook untuk ikut serta dalam perkumpulan pemujaan setan tersebut. "Iye, si Yuno kagak ada kasus apa? Perasaan orang-orang pada kagak ngomongin doi." Ujar mang Jongkook lagi. "Setau aye sih bang, martabaknya bang Yuno enak." Ucap Kwangsoo dengan tampang yang amat sangat nista yang membuat mang Jongkook ingin menggeplaknya seketika.

"Eh, eh... Kalo neng Chaem gimane?" Mino tiba-tiba menyambar dengan tampang bejatnya yang diikuti oleh hampir seluruh peserta diskusi. "Tadi aye dibikinin nasi uduk ama neng Chaem. Neng Chaem tu baik banget dan welas asih." Ucap Changmin sambil tersipu malu, membuat Mino panas seketika. "Ah, udah-udah! Jangan ngomongin neng Chaem deh!!" Teriak Mino yang menjadi ngambek. "Iye, kalo ngomongin neng Chaem radar istri gua langsung kenceng. Gua ga mau diiket di pohon nangka lagi kaya kemaren!" Ucap bang Kris yang hampir mengeluarkan air mata, trauma akan pengalaman ngobrol dengan si kuntil karena digantung di pohon nangka semalaman oleh istrinya tercinta.

"Radar apaan bang?" Seketika bulu kuduk para lelaki tersebut berdiri, aura kegelapan dan bau kemenyan mengiringi suara yang familiar tersebut. Bang Kris merasakan hawa jahat berasal dari punggungnya, ia menoleh dan hampir berak dicelana karena tiba-tiba mak Jitao sudah ada dibelakangnya dengan menggenggam sebuah setrika. "PULANG!! AYO PULANG!!!! GA ADA NGOJEK2 NI HARI!! LU JUGA PADA! KERJA GA LU SANA SEMUA! KALO NGGA GUA BAKAR NI SAUNG!!!" teriak mak Jitao sambil menyeret suaminya dan melempar setrikanya kearah para bujang lapuk yang secepatnya bubar dan melarikan diri.

Sementara dikediaman Bu Dio....

"Ibu!!!! Chongin nih!!!" Bu Dio segera berlari ketika mendengar anaknya yang paling kecil berteriak. "Aduh, kenapa Chongin anak ibu?!!" Teriak bu Dio dengan panik. "Aduh ibu sekali-sekali perhatian kek ama Sehun! Chongin mulu yang dibelain! Ini nih si Chongin!! Baju Sehun diilerin!!!" Teriak Sehun yang mulai terisak sementara kakaknya tercinta masih tidur dengan damai dan sentosa. "Aduh.. Uhuk!! Kenapa nih anak bapak UHUK!!! Pagi-pagi udah ribut? UHUK UHUK UHUK!!" pak Suho yang lagi-lagi hampir mati menghampiri anak kesayangannya yaitu Sehun dan langsung memeluknya. "Aduh, bapak udah tidur aja sana nanti kalo mati gimana?" Ucap bu Dio yang hampir naik darah karena suaminya terus ngeyel.

"Aduh, ada apaan sih nih berisik banget Chongin ga bisa tidur kan." Chongin yang masih mengantuk langsung bangun sambil mengelap ilernya yang sudah membasahi seluruh wajahnya. Namun tiba-tiba Sehun melepas pelukan bapaknya dan langsung memukul wajah Chongin. "NAKAL!!!! Hueeee....!!!!" Teriak Sehun sebelum melarikan diri, sudah tau bahwa Chongin akan membalasnya. Namun Chongin dapat menangkapnya dan pada akhirnya kedua anak tersebut berkelahi guling-gulingan di lantai. Bu Dio yang menyaksikannya langsung memisahkan anak-anaknya tersebut, tentu saja langsung menggendong Chongin. Sementara pak Suho yang ingin ikut memisahkan, menghampiri Sehun namun tak sengaja terpukul oleh anak kesayangannya tersebut dan langsung pingsan seketika.

---

"Umin, liat deh." Bisik Luhan sambil membuat gelembung dengan tangannya. "Ih, aku juga mau dong!" Teriak Chumin dengan gembira, matanya berbinar-binar ketika melihat Luhan meniup gelembung tersebut. "Nih, kaya gini nih." Ucap Luhan sambil mendemonstrasikan bagaimana cara membuat gelembung. Namun ketika Chumin hampir sukses membuat gelembung, sebuah teriakan terdengar dari depan kamar mandi.

"ADUH BURUAN DONG MANDINYA!! BANG CHEN MAU BERAK NIH ADUHH!!!" Luhan dan Chumin yang terkejut hampir saja terpeleset dan langsung keluar dari kamar mandi dengan sabun yang masih memenuhi badan mereka. "Aduh bang Chen kenapa sih berak diluar aja sana!" Teriak mereka berdua lalu masuk lagi ke kamar mandi dan mengunci pintu kamar mandi tersebut. "Mana bisa berak diluar?! Emang dikira abang kucing apa beraknya dimana-mana!! Buruan dong aduhh!!!" Luhan dan Chumin berdecak kesal dan langsung membilas tubuh mereka lalu keluar dari kamar mandi, tak lupa memukul kakak mereka tersebut.

"Ah.... Akhirnya. Pecel buatan emak nih emang bikin diare." Ucap Chen yang sedang menongkrong dengan damai. Akhirnya sesi buang air besar selesai dan saatnya untuk cebok, Chen meraih gayung untuk mengambil air, namun ketika ia menggayung, ia baru sadar bahwa air di bak mandi kosong melompong. "MAK! BAPAK!! POMPAIN AER DONG!!!" teriak Chen dengan wajah memelas andalannya. "Pompa aer kan kemaren meledak Chen ama bocah-bocah." Ucap Iching dari depan pintu kamar mandi. Seketika suara gayung yang jatuh ke lantai keramik dapat terdengar menggema dari dalam kamar mandi, dan tak lama setelah itu suara tangisan mengiringi pagi yang indah di kampung SM Sejahtera.

"GIMANA INI GUA CEBOKNYAAAAAA?!!!!!!"