Chapter 8

RAIN
Please Subscribe to read the full chapter

.......................

 

.

.

“Jessie~~ Bangun”, ucapnya dengan suara serak. Namun yang dipanggil tak kunjung bangun. Tiffany mengerucutkan bibirnya kesal karena tak ada respon.

.

“Jangan seperti itu, aku tidak tahan melihatnya”, sebuah suara menyahutnya. Siapa lagi jika bukan Jessica, tapi mata gadis itu masih terpejam.

.

“Ish, kau menyebalkan” kesal Tiffany dan Jessica hanya terkekeh. Tidak perlu membuka mata pun, ia bisa tahu wajah kesal Tiffany.

.

Tiffany melirik jam dinding. Ia pun segera berdiri dan pergi ke kamar mandi. Tak berapa lama, ia keluar dengan disambut senyuman Jessica yang baru saja bangun dari tidurnya.

.

“Morning, Tiffy” Jessica menyapanya. Ia duduk dipinggiran tempat tidur masih dengan hotpants dan sweater yang kebesaran.

.

Tiffany memeluk kekasihnya dan menghujaninya dengan ciuman pagi di seluruh wajah Jessica. “Kau masih menyebalkan, tapi aku mencintaimu” ucapnya dengan nada kesal.

.

“I know, aku juga mencintaimu” Jessica membalas ucapan itu dengan senyuman lebar.

.

Tiffany mengemasi barangnya dan bersiap pergi. “Aku harus ke manajemen dan mengambil jadwalku bulan ini. Ingat janjimu Jessie, jangan melupakan jadwal makanmu. Arra?”

.

“Iya Tiffy, i know”

.

“Good. Aku pergi sekarang, bye”

.

Jessica melambaikan tangannya ketika Tiffany sudah pergi. Tak berapa lama Juyeon muncul dari balik pintu. Ia menyerahkan beberapa berkas pada Jessica dengan wajah terlihat gusar.

.

“Tiffany sudah terjun ke dunia entertain dan mulai dikenal. Artinya cepat atau lambat, kehidupannya akan tersorot. Sekarang tinggal kau yang menentukan. Kuharap kau mengambil jalan yang paling baik”, saran Juyeon.

.

Jessica menghela nafasnya mengetahui kenyataan ini. Pandangannya tertuju pada kamar ini dan beberapa foto dirinya bersama Tiffany. Semua kenangan mereka ada disini.

.

“Aku tidak ingin merusak mimpinya, Juyeon-ah. Tapi, membayangkan hari-hariku tanpa melihat senyumnya, mendengar suaranya, dan semua tentangnya, membuatku takut. Apa aku bisa bahagia?”

.

Juyeon hanya menatap Jessica tanpa tahu harus berkata apa.

.

.

.

.

1 month later...

.

“Kau baru pulang Tiffy?” Jessica baru saja masuk ke dalam apartemen dan melihat kekasihnya duduk di ruang tamu, lengkap dengan barang-barangnya sepulang syuting.

.

“Huum, hari ini pemotretanku agak sedikit terlambat” ucap gadis itu.

.

Jessica mendekati Tiffany dan memeluknya. “Apa kau sangat menyukai hal ini?”

.

Tiffany mengangguk “Ini impian terbesar yang pernah kumimpikan dan sekarang aku mewujudkannya. Apa Daddy dan Umma bisa melihatku dari sana?”

.

“Mereka pasti melihatnya dan bangga padamu. Begitu juga denganku”, Jessica tersenyum.

.

“Dan aku bersyukur karena kau satu-satunya yang kumiliki sekarang ini, Jessi. Aku sangat mencintaimu. Gomawo”, balas Tiffany masih dalam pelukan Jessica.

.

Tanpa Tiffany tahu, Jessica menahan airmatanya. Gadis itu sudah memutuskan yang terbaik untuk dirinya dan karir Tiffany walaupun Jessica sadar resiko terbesarnya adalah kehilangan Tiffany. Tapi itu lebih baik daripada semua orang mengetahui bahwa Tiffany, model pendatang baru yang mulai melejit namanya ternyata memiliki hubungan spesial yang tidak biasa dengannya.

.

.

.

.

.

DEG.

.

.

Nafas Jessica tercekat dan peluh membasahi dahinya. Matanya terbuka lebar dan ada sedikit guncangan dari tubuhnya.

.

Sebuah tangan halus menggenggamnya. Orang itu bahkan bisa merasakan tangan Jessica berkeringat dan dingin. “Sica”

.

Jessica menoleh ke arah suara dan tersenyum saat melihat Juyeon berada disampingnya. Ia mengedarkan pandangan dan menyadari bahwa hanya ia dan Juyeon yang ada di ruangan ini. “Kau mencari Tiffany dan Taeyeon?”, ia mengangguk kecil.

.

“Tiffany dan Taeyeon kembali ke lokasi. Karena jadwal Tiffany, maka syuting tetap dilanjutkan. Kau bisa kembali setelah kondisimu pulih”, Jessica menganggukkan kepalanya mengerti.

.

“Juyeon-ah”

.

“Hmmm wae?”

.

Jessica menatap lurus mata asistennya. “Rasanya........tetap menyakitkan”, lirih Jessica.

.

Juyeon yang mengerti maksud Jessica, hanya bisa mengeratkan genggamannya pada Jessica. Memberi gadis itu sebuah kekuatan dan semangat.

.

“Bagaimana dengan Jaejoong Oppa? Kau sudah mengurusnya?”, Jessica bertanya lagi.

.

“Aku sudah mengatakan keputusanmu padanya. Dia terdengar sedih dan kecewa tapi dia menghargai keputusanmu. Dia berharap bisa bertemu denganmu saat dia berkunjung ke Seoul. Pihaknya juga sudah mencabut sponsor untuk Tiffany dan untuk RAIN”, jelas Juyeon.

.

Jessica mencoba tersenyum dengan wajah pucatnya. “Gomawo Juyeon-ah. Sekarang lakukan sesuai rencana, masalah presdir Han biar—” Juyeon segera memotong ucapan Jessica.

.

“Aku dan tim yang akan mengurus. Aku sudah mengabulkan keinginanmu, sekarang fokuslah pada kesehatanmu. Kau tidak perlu ikut campur lagi. Aku asistenmu dan aku berhak mengaturmu”, ucapnya tegas dan Jessica tidak ada kekuatan untuk membantah.

.

“Sekarang aku harus pergi, manajer Shin yang akan menemanimu disini. Dia sudah ada di luar”, Jessica hanya menganggukkan kepalanya.

.

Juyeon teringat sesuatu dan mengambil sebuah sapu tangan. “Ini dari Tiffany” Juyeon memberikan itu pada Jessica. “Dia bilang padaku bahwa sapu tangan ini selalu dia bawa setiap saat untuk memberinya semangat” jelasnya dan segera meninggalkan ruangan Jessica.

.

.

.

“Apa ini?”, Tiffany heran dengan pemberian kekasihnya.

.

Jessica terkekeh sebelum menjawab “Semangat”, ucapnya disertai senyuman seperti anak kecil yang bahagia.

.

“Huh?” Tiffany masih tidak mengerti hubungan antara sapu tangan dan semangat yang dimaksud Jessica.

.

“Aish, Tiffy, Itu jimat semangat dariku. Jadi, setiap aku tidak disampingmu kau bisa mencium aromaku di sapu tangan itu sebagai penyemangat dariku”

.

Tiffany membentuk huruf O sambil menganggukkan kepalanya setelah mengerti maksud Jessica.

.

“YAA!! Reaksimu biasa-biasa saja. Menyebalkan”, kesal gadis itu pada Tiffany.

.

Tiffany segera mengecup pipi kekasihnya dan menunjukkan eyes smilenya. “Gomawo baby Jessie~~”

.

.

.

.

Jessica tersenyum kecil saat menyadari aroma sapu tangan itu berubah menjadi strawberry mint, parfum khas milik Tiffany “Gadis bodoh”.

.

Pandangan Jessica menatap langit-langit kamar ruang rawatnya yang serba putih. Ia mengingat kembali pembicaraan Taeyeon dan Tiffany. “Sekarang ada tiga hati yang aku lukai”, gumamnya sedih.

.

.

.

.

.

***

.

Juyeon melajukan mobilnya menuju Incheon untuk bertemu dengan Hyoyeon. Dia mengecek ponsel Jessica dan Hyoyeon memberikan pesan singkat yang membuat Juyeon terkejut. Ia pun memilih menyembunyikan ini dari Jessica karena kondisinya.

.

Setibanya disana, rumah Hyoyeon sedikit berantakan dan Juyeon menemukan gadis itu terduduk sendiri di lantai dengan beberapa putung rokok bertebaran. Melihat kondisi Hyoyeon, Juyeon menelpon salah satu dokter kepercayaannya. “Kau tenang saja, dokter Lee akan segera kesini”, ucap Juyeon dan membantu Hyoyeon pindah ke sofa.

.

“Apa Sica yang menyuruhmu?”, Juyeon menggeleng dengan pertanyaan Hyoyeon.

.

“Dengarkan aku, Hyo. Sica tidak mengetahui hal ini. Aku membaca pesanmu di ponselnya dan aku yang kemari. Kondisi Jessica sedang buruk”

.

Hyoyeon justru terkejut dengan pemberitahuan Juyeon. “Apa yang terjadi padanya?”, ia tak mengetahu kondisi Jessica saat ini.

.

“Hanya butuh istirahat dan pikiran yang tenang”, jawab Juyeon sambil merapikan beberapa barang yang berserakan dan putung rokok. “Berapa lama kau memakai obat itu Hyo?”

.

“3 bulan”

.

“Apa kau memakainya lagi akhir-akhir ini?”

.

Hyoyeon menggeleng. “Aku melarikannya dengan merokok agar kesakitanku berkurang. Tapi sepertinya ini akan terus berlangsung jika tidak ada penanganan. Aku menyesal menggunakannya. Bisakah aku terbebas dari semua ini?” Hyoyeon bertanya penuh harap.

.

“Percayakan ini pada dokter Lee. Siapa yang mengetahui kau seorang pemakai selain aku?”

.

“Tidak ada. Hanya saja aku memiliki seorang teman yang menjadi penyedia barangku”

.

“Baiklah. Untuk masalah itu, aku akan memikirkan cara agar orang tersebut tidak membocorkan hal ini pada media”

.

Hyoyeon menundukkan kepalanya karena merasa bersalah. Ia benar-benar kesal pada dirinya yang terlalu gampang bergaul sehingga tidak bisa membedakan pergaulan yang baik untuknya dan tidak.

.

Beberapa menit kemudian, dokter Lee tiba di kediaman Hyoyeon dan memeriksa gadis itu. Juyeon dengan setia menemani salah satu teman atasannya itu.

.

“Apa dia bisa mengikuti rehabilitasi?”, pandangan dokter Lee tertuju pada Juyeon.

.

“Berapa lama?” Juyeon buka suara.

.

“Tergantung pasien. Jika dia mempunyai semangat yang tinggi, saya rasa akan cepat pemulihannya”

.

“Bagaimana dengan metode rawat jalan? RAIN akan memiliki konser Asia bulan depan”

.

“Bisa dilakukan tapi sedikit membutuhkan waktu karena tidak bisa dilakukan secara intensif”

.

“Kau dengar Hyo?” tanya Juyeon pada Hyoyeon yang sudah mulai tenang keadaannya. “Apa keputusanmu?”

.

Hyoyeon memandang Juyeon lalu dokter Lee. “Sebaiknya, metode rawat jalan saja”, dokter Lee dan Juyeon mengangguk atas keputusan Hyoyeon.

.

“Baiklah. Saya akan mengutus salah satu dokter terbaik dalam hal ini. Metode ini akan menyakitkan ketika anda mengalami sakau, tapi saya harap anda bisa berjuang melawannya”, dokter Lee memberikan nasehatnya.

.

“Saya akan berusaha dok”, ucap Hyoyeon.

.

Dokter Lee pamit dan Juyeon mengantarnya ke pintu depan. “Namanya dokter Haeda, dia yang akan menjadi dokter untuk Hyoyeon. Apa Jessica mengetahui hal ini?”, tanyanya pada Juyeon.

.

“Masalah ini, saya mohon anda merahasiakannya. Saya yang bertanggung jawab”

.

“Saya mengerti. Kalo begitu saya pamit, Juyeon-ah. Jaga kesehatanmu juga”

.

“Ne paman, gomawo”, Juyeon membungkuk memberikan salam perpisahan untuk dokter Lee. Ia pun masuk kembali ke dalam untuk menemui Hyoyeon.

.

.

.

.

.

----------------------------

“Kau melamun lagi?”

.

Tiffany tersadar karena suara Taeyeon.

.

“Hey”, sapanya dan menggeser duduknya agar Taeyeon duduk disebelahnya. Keduanya sedang duduk menikmati waktu istirahat mereka setelah selesai syuting.

.

Karena chemistry persahabatan yang sudah terbangun diluar lokasi, memudahkan Taeyeon dan Tiffany dalam pengambilan take tersebut. Sutradara yang menangani video klip ini pun terlihat puas dengan kinerja mereka berdua.

.

“Aku yakin Sica baik-baik saja”, ucap Taeyeon.

.

“Tae?”
.

“Hmm”

.

“Kenapa kau masih baik padaku? Seharusnya kau—”

.

Taeyeon memotong ucapan Tiffany. “Kita ini bersahabat Phany-ah. Bukankah pe

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Baegodyeon #1
Chapter 1: I was so curious but I can’t understand :(
alexacell #2
Chapter 10: Duhh keren banget ceritanya penuh dg teka-teki
Selirjung27 #3
Thor ijin baca ,,,,
MaoMao_96
#4
Chapter 7: JeTi please
rosiesolo
#5
Please makes a English ver of this story terima kasih ^^~!