Chapter 16

RAIN
Please Subscribe to read the full chapter

Seluruh media massa mulai memberitakan presscon yang membuat publik gempar. Para fans mulai histeris karena idola mereka akan mengundurkan diri dari sebuah agensi besar. Karir RAIN mulai dipertanyakan jika hal itu terjadi. Netizen mulai mengungkapkan pendapat positif dan negatif mereka mengenai keputusan Jessica dan RAIN terlebih lagi konser ASIA mereka yang kini dipertanyakan kelanjutannya.

 

.

Pihak agensi sendiri merasa rugi dengan pemberitaan ini. Bahkan dengan jelas, Jessica dan member RAIN telah melanggar kontrak mereka. Yuri mulai menjauh dari media untuk sementara waktu, Hyoyeon kembali fokus dengan rehabilitasi jalannya dan kesehariaannya, sedangkan Taeyeon dan Jessica hanya menjalani kehidupan privasi mereka.

.

Member RAIN sendiri, tak ada satupun yang mengungkapkan statemen apapun setelah pernyataan Jessica. Jelas, bahwa RAIN tidak akan bersama BCEnt lagi. Jessica dan member lain sudah sepakat untuk jalan dengan rencana mereka. Semuanya hanya tinggal menunggu prosedur dan planning RAIN untuk mengatakannya di depan publik. Tapi tidak untuk sekarang.

.

Sesuai janji, Taeyeon dan Jessica bertemu di apartemen Taeyeon dan keduanya memutuskan pergi menuju lantai paling atas apartemen dengan ditemani pemandangan Seoul. Taeyeon mengambil sebatang rokok dan menyulutnya.

.

Jessica tertawa menyadari aksi Taeyeon. “Kupikir sekarang kau yang tergila-gila pada rokok”, ucapnya pada Taeyeon.

.

“Mungkin”, jawab Taeyeon cuek seraya menghisap rokoknya dan menghembuskan perlahan. “Setidaknya aku tidak kecanduan sepertimu. Efek Tiffany begitu besar untuk menghentikanmu, huh” ejek Taeyeon.

.

Jessica tertawa lagi. Ia lalu berjalan mendekat ke pagar pembatas dan meletakkan kedua sikunya disana dan menatap lurus ke arah depan. Hamparan gedung-gedung tinggi menyelimuti kota ini.

.

“Kupikir Yuri akan menolakku” ucap leader RAIN itu.

.

“Yuri sudah menjadi bagian dari jiwamu, Sica. Dia orang pertama yang selalu mendukungmu”

.

Jessica tersenyum mendengarnya. Yuri memang selalu menjadi penyemangatnya selama ini dan selalu mendesar keluh kesahnya.

.

“Aku berharap Yuri dan Hyo tidak salah memilih pilihan mereka. Cukup kita yang terjebak dalam pilihan ini, Taeng”

.

“Aku tahu, dan aku juga berharap begitu”

.

Jessica menatap Taeyeon tepat di matanya. Kemudian ia tersenyum saat melihat mata tajam Taeyeon yang terlihat teduh saat ini. “Terima kasih, kau sudah percaya padaku”, ucapnya.

.

“Aku mengenalmu lebih dari siapapun”, meskipun terasa datar saat mengucapkan itu, namun Jessica senang bisa mendengar Taeyeon yang dulu berbicara dengannya saat ini.

.

Keheningan menyelimuti keduanya sejenak sebelum Taeyeon bersuara lagi. “Apa kau mendengar tentang Yoona dan Seohyun?”

.

“Yeah. Aku membaca berita itu”

.

“Aku sempat membayangkan bagaimana reaksi publik jika tahu kita sama seperti Yoona”

.

“Lalu, apa yang kau dapatkan?”

.

“Cukup mengerikan”, ia tertawa saat mengucapkan hal itu

.

Jessica ikut tertawa dan mengangguk setuju. “Kurasa fangirl fanatikmu di luar sana akan sangat bahagia”, jelas Jessica.

.

“Aku berani bertaruh, kau yang lebih dulu dilamar oleh maomaos fanatikmu”

.

Keduanya tertawa membayangkan hal itu.

.

.

“Bagaimana pertemuan dengan Daddymu?”

.

“Juyeon sudah mengatakan semuanya, dan kurasa Daddy mengubah pikirannya”

.

Taeyeon mengangguk mengerti dengan maksud Jessica. “Sudah seharusnya begitu. Kau dan Tiffany” jelas Taeyeon tulus.

.

“Ada yang ingin kukatakan padamu”, lanjut Taeyeon lagi dengan nada serius.

.

“Apa itu?” Jessica menangkap keseriusan Taeyeon dan itu membuatnya sedikit khawatir dengan apa yang akan Taeyeon ucapkan.

.

“Alasan kenapa aku memilih mengakhiri hubunganku dengan Jinwoon dan juga hubungan persahabatan kita”

.

Jessica terdiam. Ia tak pernah membayangkan hal ini akan Taeyeon katakan. Gadis itu terlalu tertutup dan keras kepala mengenai keputusan dirinya. Terkadang siapapun tak akan mengerti pemikiran Taeyeon karena ia membuat sebuah tembok penghalang bagi siapapun untuk bisa mengerti dirinya.

.

“Aku dan Krystal menjalin hubungan. Krystal Jung, sepupumu”

.

“.......................”

.

“Sica...”

.

“.......................”

.

Jessica masih tak bereaksi, pandangan tepat menuju mata Taeyeon dan Taeyeon berani bertaruh bahwa pikiran Jessica dan tatapannya saat ini sangat berbeda dan unpredictable.

.

“Aku ingin mengatakan kejujuran itu pada Jinwoon, tapi takdir berkata lain. Aku belum sempat mengatakan apapun padanya”, jelas Taeyeon.

.

Ia kembali mengingat betapa bersalahnya dirinya pada Jinwoon karena tak bisa mengatakan kejujuran pada saat itu. Tapi Taeyeon yang dulu hanyalah gadis remaja yang ingin merasakan gairah perasaannya namun tidak pada Jinwoon, melainkan Krystal. Dan tragedi yang menimpa Jinwoon adalah awal dari semua hal yang mengubah Taeyeon menjadi gadis yang dingin dan tertutup.

.

“Apa kau yakin dengan perasaanmu padanya?”, tanya Jessica pada akhirnya.

.

“Huh?”

.

Taeyeon terkejut dengan pertanyaan Jessica.

.

“Apa kau yakin dengan perasaanmu pada Krys?”, tanyanya lagi dan kali ini Taeyeon mengangguk.

.

“Aku tak berhak melarangmu, sejujurnya itu pilihanmu Taeng. Tapi aku minta pikirkan baik-baik”, Jessica tersenyum padanya. “Sampai bertemu lagi, Taeng”

.

Jessica pergi dan membuat Taeyeon memikirkan perkataannya barusan. Apa yang Jessica sembunyikan? Sesungguhnya itulah pertanyaan yang ada dibenaknya saat ini. Kenapa Jessica tidak marah padanya? Seharusnya Jessica memakinya karena perbuatannya. Itulah yang Taeyeon pikirkan.

.

.

.

.

------------------------

.

Juyeon menyandarkan kepalanya di tembok dengan posisi berdiri. Sedangkan kedua tangannya dilipat di depan dadanya dan memandang ke arah lawan bicaranya yang duduk di sofa dengan perasaan iba.

.

“Kau bermain api. Itulah yang bisa kukatakan”, ucapnya pada lawan bicaranya.

.

“..................”

.

“Kau ingin bertemu dengannya? Aku bisa melakukannya Aku tahu dimana dia berada saat ini”, lanjut Juyeon.

.

“Just shut up”, orang itu berteriak pada Juyeon.

.

Juyeon terlihat tetap tenang. Matanya seolah menelanjangi lawan bicaranya dengan pandangan intimidasinya. Ia tersenyum saat orang yang di depannya ini mulai terlihat berkeringat dan tangannya bergetar hebat.

.

“Kau butuh perawatan, aku bisa membantumu jika kau—”

.

Praanng...

.

Gelas itu pecah tak jauh dari kaki Juyeon saat orang itu mencoba melempar ke arahnya. Juyeon menggeleng melihat kelakuannya. Dokter mengatakan kau sudah hampir melewati batasmu. Lakukan pengobatan sebelum terlambat.

.

“Shut up, Juyeon... shut up.. Just shut up your f cking mouth”, teriaknya lagi pada Juyeon.

.

Juyeon menghela nafasnya dan memilih meninggalkan ruangan. “Aku ada di sebelah, panggil aku jika kau butuh sesuatu”, Juyeon pergi dan menutup pintu ruangan dengan hati-hati.

.

.

.

***

.

.

Gadis itu terlihat hati-hati saat turun dari mobilnya dan menoleh ke arah sekitar, berharap tak ada yang melihatnya. Ia masuk ke dalam gedun tinggi itu dan langsung menuju lift. Setiba di lantai 17, ia berjalan menuju satu unit dengan perasaan yang bercampur aduk.

.

Ting....tong.....

.

.

Ia menekan bell itu dua kali. Tak berapa lama seseorang membuka pintu. Namun bukan orang yang dia harapkan.

.

“Oh! annyeonghaseyo”, ucap orang itu ramah padanya.

.

Gadis itu tahu siapa yang ada di depannya. Tapi sayangnya, mereka tidak pernah akrab ataupun terlibat pembicaraan. “Kau mencarinya? Kau bisa masuk. Aku harus pergi sekarang karena ada jadwal”, ucapnya lagi dan mempersilahkan gadis itu masuk.

.

Perlahan ia melangkahkan kaki ke dalam apartemen ini. Langkah semakin terasa berat saat melihat ‘mantan kekasihnya’ sedang duduk di sofa ruang tengah dan sibuk memainkan ponselnya. Orang itu segera menoleh saat menyadari ada seseorang yang mendekat.

.

Tatapannya terlihat biasa saja, meskipun perasaanya tiba-tiba terluka melihat orang yang ada dihadapannya ini datang menemuinya.

.

“Duduklah. Aku akan mengambilkan minuman”, ucapnya seraya berdiri dari sofa.

.

“Tidak perlu. Ada yang ingin kubicarakan”, balasnya.

.

Orang itu duduk kembali dan gadis itu ikut duduk tak jauh darinya. “Berita mengenai kita....hmm apa kau yang menyebarkannya?”, tanyanya dengan lirih namun masih dapat didengarnya.

.

“Eoh, aku yang menyebarkannya” jawabnya santai.

.

“Kenapa Yoong? Kau tahu karirmu—”

.

“Aku tidak peduli lagi dengan hal itu”, ia langsung memotong ucapan Seohyun. “Apa ini bagian dari dendammu?”

.

“Yoong....”

.

Seohyun tak percaya dengan yang didengarnya. Bagaimana Yoong bisa tahu?

.

“Aku mendengar semuanya saat melihatmu di Rumah Sakit”, ujarnya yang tahu maksud dari tatapan Seohyun. “Aku juga melihat semuanya. Bagaimana bisa kau.....”, nafas Yoong tertahan. Rasanya sakit menyadari seseorang yang dicintainya melakukan hal di luar dugaannya.

.

Yoong menahan tangisnya, dia berusaha untuk tetap meneruskan kalimatnya. “Jika karena uang, aku bisa bekerja 24/7 untuk membiayai semua pengobatan ayahmu hingga ia sembuh. Bagaimana......Bagaimana kau bisa melakukannya, Hyuni?”

.

“Kau tidak mengerti Yoong”

.

“Kalo begitu katakan padaku! Katakan biar aku mengerti dan paham dengan jalan pikiranmu!”, Yoong mulai tak dapat menahan amarahnya hingga ia berteriak.

.

“Kau tetap tidak akan mengerti, Yoong!! Kau tidak akan mengerti betapa berharapnya mereka padaku. Dan kau tidak akan mengerti perasaanku setiap kali mendengar Appa masuk Rumah Sakit. Kau tidak akan mengerti sebesar apa ketakutanku!!!”

.

Yoong mengatur nafasnya yang terengah “Kalo begitu, pergilah. Tidak ada yang kita bicarakan lagi”, Yoong berdiri dan hendak menuju kamarnya namun tangan Seohyun menahannya.

.

“Kita harus mengatakan pada publik bahwa kita tidak ada apa-apa Yoong”

.

“Apa hanya itu yang ada di dalam pikiranmu saat menemuiku, huh?”

.

“Yoong.....”

.

Yoona tak mendengarnya lagi dan langsung menutup pintu. Habis sudah pertahanannya. Ia menangis sekeras mungkin di dalam kamar dan meninggalkan Seohyun yang terdiam. Gadis itu juga tak baik-baik saja. Airmatanya lolos begitu saja tanpa permisi. Andai saja diantara dua pilihan antara Ayahnya dan Yoona, ia ingin memilih keduanya tapi keadaan membuatnya harus memilih salah satu.

.

.

To: Pengacara Park

.

Aku ingin memutuskan kontrakku dengan BCEnt dan tolong buat statement tentang hubunganku dan Seohyun yang beredar di publik bahwa kami hanya sebatas artis dan manager.

.

.

Yoong menatap ponselnya dengan sendu saat pesan itu sudah terkirim ke pengacara pribadinya. Ia memandang ke sekeliling dan melihat semua foto-foto kebersamaannya dengan Seohyun terpajang dimana-mana. Ia menghela nafasnya sekali lagi sebelum akhirnya bersiap untuk pergi.

.

.

.

.

----------------------------

.

Yuri membuka pintu rumahnya dan terkejut mendapati Yoong yang sudah berdiri disana dengan jaket tebalnya dan memakai kacamata hitam di malam hari.

.

“Unnie”, sapanya seraya mendekat. “Maaf, aku mendapatkan alamat rumahmu dari manajermu”, jelasnya pada Yuri.

.

“Masuklah”,

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Baegodyeon #1
Chapter 1: I was so curious but I can’t understand :(
alexacell #2
Chapter 10: Duhh keren banget ceritanya penuh dg teka-teki
Selirjung27 #3
Thor ijin baca ,,,,
MaoMao_96
#4
Chapter 7: JeTi please
rosiesolo
#5
Please makes a English ver of this story terima kasih ^^~!