Chapter 6

RAIN
Please Subscribe to read the full chapter

.

.

.

Jeju, Korea Selatan....

.

.

“Morning bunny”, suara Sooyoung memecahkan kesunyian pagi hari. Gadis jangkung itu membawakan sarapan untuk Sunny yang baru saja bangun dari tidur nyenyaknya.

.

Sunny tersenyum melihat tingkah yeoja yang lebih tua darinya itu. Kehadiran Sooyoung membuat harinya menjadi lebih baik. Ia sedikit demi sedikit melupakan luka yang Sungmin tinggalkan karena menikah dengan wanita lain.

.

Tanpa Sunny sadari, Sooyoung menatap ceria wajahnya yang sedang memakan bacon bikinannya. Bagi Sooyoung, melihat senyuman Sunny sudah cukup membuatnya berarti disamping gadis itu.

.

“Youngie~~ aaaaaa”, Sunny menyodorkan makanannya ke mulut Sooyoung, berharap yeoja itu membuka mulutnya. Namun yang terjadi, Sooyoung terbatuk karena kaget.

.

Uhuk...uhukkk...

.

Sunny dengan cepat memberikan minumannya kepada Sooyoung. “Hati-hati Youngie, apa kau sakit?”, tanya Sunny khawatir karena tiba-tiba saja Sooyoung terbatuk.

.

“A....a....aniyo”, jawab Sooyoung kilat. “Makanlah, aku sudah kenyang”, Sunny justru mempoutkan bibirnya karena mendapat penolakan dari Sooyoung.

.

“Aish... oke oke. Aaaaa”, Sooyoung membuka mulutnya dan dengan senang hati Sunny menyuapinya.

.

Akhirnya keduanya pun menikmati sarapan bersama di kamar milik Sunny. Gadis itu mulai bisa bercanda kembali, walau terkadang hatinya menjadi sensitive. Mungkin efek kehamilannya.

.

.

.

.

“Apa kau ingin berjalan keluar?”

.

“Apa tidak ketahuan?” Sunny balik bertanya.

.

“Tenang saja, kawasan ini aman. So, apa kau ingin jalan-jalan?”

.

Senyuman Sunny mengembang. “Aku ingin naik sepeda”, teriaknya semangat.

.

“Hahahaha, baiklah. Kajja, kita berkeliling sekitar kawasan ini”, Sunny mengangguk dan mengapit lengan Sooyoung dengan gembira.

.

Di luar, Sooyoung dan Sunny sudah disambut oleh dua buttler yang melayani mereka selama disini. “Ini sepedanya nona”, ucapnya seraya menunjukkan sebuah sepeda dengan dua pasang pedal.

.

Sooyoung mengambil bagian di depan dan Sunny di belakang. Keduanya berpamitan dan mulai mengayuh sepedanya. Sepanjang perjalanan, Sunny sangat menikmati keindahan Jeju dan ia terus bernyanyi. Hal itu tentu membuat Sooyoung merasa lega sekaligus bahagia mendengar Sunny sudah bisa menerima kehidupannya yang baru.

.

Benar yang Sooyoung katakan. Sepanjang mereka mengelilingi kawasan ini, hanya beberapa orang yang mereka temui dan itu para pekerja yang bekerja di kawasan ini. Sekedar informasi, mereka tinggal di sebuah kawasan Villa yang memang terpisah dari penduduk setempat. Hal itu dilakukan agar keberadaan Sunny tetap terahasiakan.

.

“Khaaa~~ segarnya”

.

Mereka kini berbaring di rerumputan. Sunny dan Sooyoung sama-sama menatap langit dan tersenyum bersama.

.

“Youngie, terima kasih. Kau selalu berada disampingku”, Sooyoung yang berada di sebelahnya memandang ke arah gadis itu dan mendapati Sunny sedang memejamkan matanya.

.

Sooyoung mengubah posisinya menjadi tengkurap dan menatap lekat wajah Sunny yang terkena matahari pagi. Perlahan ia mengangkat tangannya dan merapikan anak-anak rambut milik Sunny.

.

“Kau tidak akan pernah sendiri. Banyak orang yang menyayangimu, bunny-ah”, Sunny membuka matanya dan seketika itu tatapannya bertemu dengan milik Sooyoung.

.

“Tapi aku mengecewakan mereka”

.

“Sssshhhh”, Sooyoung menggeleng dan meletakkan telunjuknya di bibir Sunny. “Setiap orang pasti punya kesalahan. Arra?”, ucapan Sooyoung terdengar tegas, Ia tidak ingin jika Sunny terus-terusan merasa bersalah.

.

Sunny menitikkan airmatanya dan Sooyoung segera menghapus airmata itu. “Semua manusia berhak bahagia dan itu tergantung waktu yang tepat, hmmm”, gadis mungil itu mengangguk menanggapi ucapan Sooyoung.

.

Refleks, Sunny mengalungkan kedua tangannya ke leher Sooyoung dan membuat Sooyoung hilang keseimbangan. Mereka berpelukan dengan posisi berbaring di rerumputan. “Kau yang terbaik, Youngie”, ucap Sunny dan Sooyoung tersenyum mendengarnya.

.

.

.

----------------------------

.

Seoul, Korea Selatan...

.

.

Jessica menghempaskan tubuhnya di sofa. Jadwalnya mulai sibuk pagi ini dengan project barunya bersama Taeyeon.

.

“Pikirkan Sica, hubungan kita sudah 1 tahun. Apa kau pikir aku main-main dengan hubungan ini?”

.

“Oppa, bisakah kita tidak membahas ini?”, Jessica memohon kepada namjachingunya ini.

.

Jaejoong terlihat kecewa dengan tanggapan Jessica. Ia meletakkan pisau dan garpunya, lalu meminum wine dengan sekali teguk.

.

“Sampai kapan, Sica? Apa aku harus memaksamu untuk meninggalkan RAIN dan fokus pada masa depan kita?”

.

“Oppa, aku mohon beri aku waktu untuk memikirkan itu. Saat ini RAIN membutuhkanku”

.

“Lantas, aku tidak membutuhkanmu. Begitu? Dengar Sica, para kolegaku menanyakan siapa kekasihku. Setiap kali aku memiliki acara penting, kau tidak bisa menemaniku. Apa sebegitu susahnya kau meluangkan waktu untukku? Untuk hubungan kita?”

.

Jessica menatap Jaejoong penuh permohonan dan menggenggam tangan namja didepannya ini. “Aku mohon, beri aku waktu. Jangan seperti ini, Oppa. Kita sudah 1 bulan tidak bertemu, setidaknya malam ini aku ingin menikmati waktu kita berdua. Please”

.

Jaejoong mengatur nafasnya pelan. “Kau tahu betapa aku mencintaimu?”, tanyanya kali dengan tatapan melembut. Ia mengalah kepada Jessica.

.

“Aku tahu Oppa”, Jessica tersenyum. “Gomawo”

.

.

Setelah makan malam, Jaejoong membawanya berkeliling Seoul dan kemudian mengantarkan Jessica kembali ke dorm. Jaejoong adalah salah satu pebisnis muda yang sukses di Amerika. Dia sama seperti Jessica yang merupakan keturunan Korea-Amerika dan dipertemukan karena sebuah acara di Amerika.

.

“Aku harus ke Jepang besok pagi, jaga dirimu. Goodnite”, Jaejoong mengecup bibir mungil Jessica.

.

“Hmmm, Goodnite Oppa”

.

.

.

“Huft”, Jessica menghela nafasnya untuk kesekian kali setiap mengingatnya. Ucapan Jaejoong membuatnya terus berpikir tentang hubungan mereka. Selama ini semuanya baik-baik saja, tapi entah kenapa hubungannya tak pernah bisa mencapai level yang sama ketika ia bersama......... Tiffany.

.

“Semuanya sudah berlalu”, Jessica menggelengkan kepalanya cepat, berharap pikirannya akan masa lalu segera berhenti.

.

“Memikirkan Jaejoong? Hentikan sandiwaramu Sica. Kau bahkan tidak mencintainya”

.

Sebuah suara membuatnya tersentak. Ia menoleh dan mendapati Taeyeon yang baru saja kembali dari ruang rekaman. Gadis dingin itu tanpa dosa mengambil air minum dan meneguknya. Ia duduk bersebrangan dengan Jessica.

.

“Bukan urusanmu”, balas Jessica lebih dingin.

.

Taeyeon tertawa mengejek. “Itu menjadi urusanku Sica. Aku tahu Jaejoong salah satu investor untuk kesuksesan RAIN di Amerika”

.

“K—Kau??”, Jessica terkesiap mendengar pengakuan Taeyeon.

.

“Ya aku tahu. Kau pikir Yul dan Hyoyeon akan senang jika mereka tahu kau menjalin hubungan tanpa cinta hanya untuk mempertahankan RAIN? Kau hanya membuat kami merasa tidak berguna. Aku tidak butuh menjadi populer di Amerika, Sica”

.

“Tutup mulutmu Taeng”, bentak Jessica. “Kau....K—kau tidak tahu apa-apa”, lirih Jessica di akhir kalimat. Matanya mulai memerah karena menahan tangis.

.

Jessica berdiri dari duduknya. “1 jam lagi kita akan memulai pembuatan video klip, kuharap kau dapat menerimaku dengan baik sebagai partnermu”, ucap Jessica. Namun sebelum tangannya meraih ganggang pintu, ia menghentikan langkahnya “Jangan menyalahkan dirimu Taeng, ini sudah menjadi resiko dari bagian tugasku”, dengan begitu Jessica keluar dari ruangan itu.

.

Setelah Jessica pergi, Taeyeon meluapkan amarahnya dengan membanting gelas yang ia pegang.

.

Praanng!!

.

Hosh...Hosh....

.

Taeyeon mengusap kasar wajahnya. “Kenapa kau tidak pernah mengerti Sica?”, Taeyeon mengerang frustasi. Tidak ada siapapun di ruangan itu, beruntung jika tak ada yang mendengarnya. “Kau punya member Sica, punya member yang akan membantumu”

.

Airmata lolos begitu saja, Taeyeon sudah tak dapat menahannya. ”Kau memang leader yang buruk, Kim Taeyeon. Bahkan sekarang, seseorang harus menanggung kesalahanmu saat menjadi leader sebelumnya” Taeyeon kembali menyalahkan dirinya sendiri.

.

Arrrrgggghhhh

.

“Maafkan aku Sica, maafkan aku”, isaknya tanpa seorang mendengar kesedihan seorang Kim Taeyeon.

.

.

.

.

***

.

Seorang pria baru saja masuk ke dalam sebuah kafe. Ia menggelengkan kepala begitu melihat orang yang menunggunya terlihat kelelahan. Sudah dipastikan orang itu kurang tidur.

.

“Ada apa lagi Yul?”, ucap pria itu, mantan kekasihnya yang kini tetap bersahabat.

.

“Aku sudah melihat pria bernama Jaejoong itu”, jawab Yuri sambil memainkan gelasnya.

.

“Lalu?”

.

Terdengar helaan nafas Yuri. “Dia Kim Jaejoong, salah satu investor untuk RAIN berkarir di Amerika. Aku mengetahui saat aku mengikuti Sica bertemu kekasihnya”

.

“Ja—jadi, Jaejoong yang selama ini kita pertanyakan adalah Kim Jaejoong?”, pria itu tak kalah terkejutnya dengan ucapan Yuri dan gadis tanned itu hanya mengangguk. Wajahnya tampak lesu.

.

“Kenapa sulit sekali menggapai Jessica? Apa aku salah mencintainya, Oppa?”, Yuri bersuara namun kali ini dengan nada lirih. Pria dihadapannya ini hampir saja tak mendengar ucapannya.

.

“Kau tahu Yul, aku membencimu yang seperti ini. Kupikir kau akan terus berjuang dan berada disampingnya. Jessica pasti mempunyai limit dari batasnya mengatasi semua masalah yang terjadi. Jika kau mencintainya, berjuang dan bertahanlah hingga akhir”, jelas pria itu.

.

“..........................”

.

Tak ada tanggapan apapun dari Yuri, dan pria itu tetap menunggu balasan dari Yuri. Di sisi lain, Yuri merenungkan apa yang selama ini terjadi. Dugaannya ternyata benar, dari sebagian hal yang diceritakan Jessica padanya hanyalah sebuah persoalan kecil karena ternyata Jessica memiliki persoalan yang jauh lebih besar yang sedang ia tanggung sendiri.

.

Beberapa saat kemudian, Yuri tersenyum. Ia segera menghabiskan minumannya. “Kau benar Oppa, seharusnya aku tidak boleh seperti ini. Aku akan berjuang dan bertahan untuknya. Terima kasih Oppa, kalo begitu aku pergi duluan”, ucapnya menepuk pundak pria itu.

.

“Okay, fighting Yul”, balasnya seraya menatap punggung Yuri yang semakin menjauh. “Dia benar-benar sedang jatuh cinta”, pria itu tertawa kecil.

.

.

.

------------------------------

.

“Apa?? Kau ingin aku menggantikanmu Hyo? Kenapa?”

.

“Aish, kau terlalu banyak bertanya Yul”, kekeh Hyoyeon di seberang telpon.

.

Beberapa menit lalu, dalam perjalanannya menuju lokasi pembuatan video klip Taengsic, Yuri menerima telpon dari Hyoyeon.

.

“Pokoknya aku tidak bisa Yul. Kau mau kan menggantikannya? Hyuni sudah menuju lokasi pertemuan, kau cukup setuju dan menandatanganinya saja.” Bujuk Hyoyeon. Dia baru saja menolak salah satu acara variety show dan meminta Yuri menggantikannya.

.

“Baiklah, aku akan segera kesana. Tapi apa kau baik-baik saja? Kau sedang tidak patah hati kan?”, goda Yuri.

.

“YA!! Aku bukan anak galau sepertimu. Aish, hentikan pembicaraan ini. Aku sedang sibuk”

.

.

Tuut...tuut.....

.

.

“YA! KIM HYOYEON! Aish dia yang butuh dia yang mematikan telpon”, Yuri menggerutu kesal.

.

Yuri mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Butuh beberapa menit sebelum ia tiba di salah satu stasiun TV. Ada beberapa teman sesama artis ataupun yang hilir mudik disana. Yuri dengan sopan menyapa orang-orang yang dilewatinya baik itu Hoobae ataupun Sunbae. Ia pun menuju lantai 5 tempat dilakukan pertemuannya dengan staff variety show.

.

“Oh, annyeonghaseyo”, Yuri menyapa seorang yeoja yang sedang memainkan ponselnya dan duduk di kursi meeting.

.

Yeoja itu segera berdiri dan tersenyum kepada Yuri. Ia juga tidak lupa membungkuk kepada Yuri karena Yuri merupakan Sunbaenya. “Annyeonghaseyo, Yuri Unni”, balasnya. “Hayoung imnida”

.

“Ne, aku mengenalmu Hayoung-ah”, Yuri tersenyum kepada Hayoung dan itu membuat wajahnya bersemu merah. Siapa yang tidak tahu jika Hayoung terang-terangan mengatakan bahwa ia sangat me

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Baegodyeon #1
Chapter 1: I was so curious but I can’t understand :(
alexacell #2
Chapter 10: Duhh keren banget ceritanya penuh dg teka-teki
Selirjung27 #3
Thor ijin baca ,,,,
MaoMao_96
#4
Chapter 7: JeTi please
rosiesolo
#5
Please makes a English ver of this story terima kasih ^^~!