Chapter 11

RAIN
Please Subscribe to read the full chapter

Maaf, aku tidak membangunkanmu. Manajer Oh sudah tahu keberadaanmu, jadi tunggu dia untuk menjemputmu. Ada sesuatu yang terjadi dan aku harus menyelesaikannya. Jaga dirimu, See you :))

 

.

.

Ia tersenyum melihat note itu lalu mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu disana. Setidaknya, kejadian semalam membuat beban di hatinya mulai terangkat meski tak sepenuhnya. Ia memilih ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya sebelum beraktivitas seperti biasanya.

.

“Oppa”, ia memanggil sang manajer yang sudah menunggunya di lobby hotel. Manajer Oh Ray membalikkan badannya dan melihat artisnya berjalan mendekatinya.

.

“Kau sudah siap?”, ia mengangguk.

.

“Hmmm, kajja Oppa. Sebelum kita terlambat”

.

.

.

 Di dalam mobil, ia sibuk membaca script yang harus ia pelajari saat menjadi bintang tamu di salah satu acara talkshow nanti. Saat sibuk membaca script, Ray menyerahkan lembaran kertas dalam map kepada artisnya itu.

.

“Bacalah ini. Kau akan ikut dalam showcase duo Taengsic besok malam. Pastikan setelah jadwal hari ini berakhir, kau harus beristirahat Phany-ah. Jadwal mereka sangat padat”

.

“Hmmm, oke Oppa” ucapnya sebelum fokus kembali pada script ditangannya.

.

Tapi sang manajer menangkap gelagat Tiffany yang berbeda dari biasanya. “Kau terlihat bahagia sekali hari ini”

.

“Benarkah Oppa?”

.

Ray mengangguk. “Eoh, kau sedari tadi tidak lelah menunjukkan senyum bulan sabitmu itu”

.

Tiffany tertawa mendengarnya. “Mungkin hanya perasaan Oppa saja”, ia tetap fokus pada scriptnya. Sang manajer pun tidak mengganggunya lagi dan kembali pada aktivitasnya. Ray menyandarkan tubuhnya di kursi mobil dan menatap ke arah jendela.

.

.

.

-------------------------------

.

“Sica, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud menyembunyikan ini darimu”, perkataan Juyeon menghentikan langkah Jessica.

.

“Lalu kenapa kau lakukan ini Juyeon-ah? Ini bukan masalah kecil. Bagaimana jika publik tahu duluan, huh?”

.

Juyeon terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa, sedangkan Jessica melanjutkan langkahnya menuju ruang latihan dance RAIN untuk menemui seseorang yang membuat amarahnya meledak pagi ini.

.

Pintu terbuka kasar dan disana ada seseorang yang ikut terkejut karena suara pintu yang cukup keras. Jessica mendekati salah satu membernya itu dan menunjukkan selembar kertas hasil pemeriksaan kesehatan.

.

“Apa yang kau perbuat kali ini, Hyo?”, suara Jessica terdengar lantang dan tegas. Menyadari apa yang Jessica pegang, Hyoyeon menundukkan kepalanya.

.

“Mianhe”

.

Jessica menghela nafasnya kasar. Ini bukan kasus yang bisa diselesaikan dengan mudah terlebih akan bersangkutan dengan hukum.

.

“Katakan padaku siapa yang mengedarkan barang itu padamu”

.

“.........................”

.

“.........................”

.

“Hyo”, Jessica mulai tak sabaran.

.

“...........................”

.

“Katakan saja Hyo”, Juyeon kali ini bersuara.

.

Hyoyeon mengangkat kepalanya dan menatap Jessica lalu ke arah Juyeon. “Dia...dia salah satu teman latihan danceku”, jawabnya lirih namun masih bisa didengar Jessica.

.

“Kau dengar itu, Juyeon-ah? Siapkan tim pengacara dan laporkan masalah ini pada kepolisian. Dan kau Hyo, setelah showcase ku dan Taeyeon berakhir, kita adakan presscon. Akui kesalahanmu”

.

“Tapi Sica, ini akan bahaya untuk karir RAIN”, Juyeon menolak ide Jessica.

.

“Membahayakan RAIN? Bagaimana jika media yang terlebih dulu tahu? Apa itu tidak lebih berbahaya? Sudah cukup kita berbohong karena kehamilan Sunny. Jika fans membenci RAIN, itu sudah resiko yang harus ditanggung”

.

“Bagaimana dengan presdir, Sica?”

.

“Itu urusanku. Aku akan berbicara pada jajaran CEO sebagai investor RAIN. Jika mereka mendukungku, maka presdir Han tidak akan bisa berbuat apa-apa.”, ucapnya pada Juyeon.

.

Jessica lalu beralih pada Hyoyeon yang masih saja diam. “Saat aku tidak sengaja mengetahui ini, aku sangat marah atas tindakanmu Hyo. Tapi Juyeon sudah mengatakan bahwa kau sedang dalam tahap penyembuhan. Aku mendukungmu dan jangan khawatir soal presscon. Kejujuran lebih baik daripada sebuah kebohongan”

.

Hyoyeon kali ini berani menatap Jessica balik. Matanya mulai berkaca tapi sebisa mungkin ia tidak menangis. Gadis itu memeluk Sica. “Maafkan aku Sica, maaf. Aku tidak akan mengulanginya lagi”

.

“Hmmm, aku percaya padamu”, Jessica balas memeluknya dan mengusap punggung Hyoyeon dengan lembut.

.

Keduanya melepas pelukan. “Lanjutkan latihanmu Hyo, aku pergi dulu. Kita pikirkan langkah selanjutnya nanti”, Hyoyeon mengangguk dan Jessica beserta Juyeon meninggalkan ruangan itu.

.

.

.

.

“Lakukan seperti apa yang kukatakan. Hati-hati Juyeon-ah, sekarang aku bertemu Yuri dulu”

.

“Baiklah”, Juyeon melambaikan tangannya dari dalam mobil dan meninggalkan Jessica yang sudah berdiri tak jauh dari kafe untuk bertemu dengan Yuri.

.

Jessica masuk ke dalam dan mencari sosok yang ia cari. Tak lama ia tersenyum saat melihat Yuri sudah duduk di dalam kafe private ini. Gadis itu sibuk membaca lembaran-lembaran kertas yang Jessica yakini adalah sebuah script.

.

“Hai Yul”

.

Yuri mengalihkan pandangannya dari kertas ke Jessica dan ikut tersenyum. Ia mempersilahkan gadis itu untuk duduk.

.

“Maaf aku sedikit terlambat”

.

“Tidak apa-apa Sica, apa kau sendiri?”

.

“Eoh, Juyeon mengantarku tetapi ada urusan yang harus dia lakukan”

.

Yuri mengangguk mengerti. Sesaat, keheningan melanda keduanya. Suasana terasa canggung. Jessica memainkan jari-jarinya. Ia sangat gugup karena harus menceritakan masa lalunya yang ia sembunyikan selama ini. Jessica mengatur nafasnya sejenak untuk tenang dan saat matanya bertemu dengan Yuri, ada ketenangan disana. Yuri menatapnya dengan lembut dan Jessica tahu bahwa semua akan baik-baik saja jika dia jujur.

.

“Yul, sebenarnya......................”

.

Dan disitulah Jessica menceritakan semua hal yang harus Yuri ketahui tentang masa lalunya. Selama Jessica bercerita, tatapan Yuri tetap sama dan itu memberikan ketenangan dan keberanian padanya untuk memberitahu yang sejujurnya pada Yuri.

.

“Kupikir selama ini kau—”

.

“Aku sudah putus beberapa waktu lalu”, Jessica memotong ucapan Yuri.

.

Yuri menganggukkan kepalanya lagi. Pandangan mereka tak pernah lepas.

.

“Butuh pelukan?”, Yuri membuka kedua tangannya dan tersenyum. Jessica dengan senang hati menerima pelukan itu.

.

“Lagi-lagi aku cengeng”, ucap Jessica dalam pelukan itu.

.

Hal itu justru mengundang tawa renyah dari Yuri. “Jadi kau mengakuinya, huh?” goda Yuri dan mendapat pukulan pelan di lengan Yuri.

.

Tak lama, Yuri memandang Jessica dengan sangat intens dan itu membuat Jessica sedikit menjauhkan kepalanya dari pelukan Yuri dan memandang balik Yuri dengan sebuah pertanyaan.

.

“Wae?”

.

“Kau jelek jika menangis”, dan lagi, Jessica memukul lengan gadis itu lalu ikut tertawa bersama Yuri seraya mengusap airmatanya.

.

“Ish, monkey yang menyebalkan”, ucap Jessica.

.

Yuri menaik turunkan alisnya dan menyengir. Keduanya masih dalam posisi berpelukan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, mereka saat ini berada di ruang private. Tidak ada yang mendengar apapun yang Jessica katakan kecuali Yuri.

.

“Aku senang kau mulai membuka dirimu. Jangan terlalu memikirkan perasaan orang lain, kau harus memulainya lebih dulu dengan mengikuti kata hatimu. Seseorang terluka atau tidak, itu tergantung bagaimana mereka menerimanya dengan ikhlas” Wajah Yuri kembali ke mood serius dan tersenyum padannya lagi.

.

“Terima kasih Yul”

.

.

.

Flashback.

Setelah Jessica menceritakan rencana mundurnya dia dari CEO BCEnt, keduanya kembali terdiam dengan pikiran masing-masing. (Ingat Part 8)

.

Tak lama berselang, Jessica menatap Yuri dan mengeluarkan sebuah kalimat yang membuat Yuri terkejut. “Yul, maafkan aku. Selama ini aku tidak peduli dengan perasaanmu. Aku takut hubungan kita berubah menjadi asing”

.

“Sica.......” Yuri lalu menghela nafasnya. Bingung harus berkata apa lagi..

.

“Aku tahu Yul. Tanpa kau menyadarinya, aku berusaha membalas perasaanmu tapi ternyata perasaanku padamu tetap sama. Aku menyayangimu Yul, but i think i can’t love you in that way”

.

Yuri menggeleng pelan dan tersenyum tulus. “Its okay, i love the way we are”

.

.

.

---------------

.

“Yul”

.

“Hmmmm”

.

“What should i do then?”

.

“Ikuti kata hatimu Sica. Setiap orang bahagia dengan cara yang mereka pilih. Kita tidak perlu saling memiliki untuk terus seperti ini” Yuri meyakinkannya.

.

“Kau memang monkey yang menyebalkan karena terlalu bijaksana”, Yuri lagi-lagi hanya tertawa karena ucapan Jessica.

.

“Kuanggap itu pujian, Sica. Hahahaha. Ngomong-ngomong seperti apa Tiffany? Kau tahu kan jika aku mengidolakannya sejak ia bermain dalam serial FAME?”

.

Jessica mengerutkan dahinya dan memandang Yuri dengan tatapan apa yang sedang kau bicarakan.

.

“Kajja, antarkan aku pulang ke dorm” Jessica menghindari pertanyaan itu dan segera beranjak dari kursinya.

.

“Ya Ya Ya, Jessica Jung... Ya, kau belum menjawab pertanyaanku”, Jessica tak menghiraukannya dan itu membuat Yuri tertawa lagi.

.

“Aigooo~ lucu sekali dia”, gumam Yuri dan mulai berlari mengejar gadis itu.

.

.

.

.

***

.

Gadis berambut merah panjang itu masih berbaring di kasurnya dan memandang gadis yang ada di sebelahnya. Mereka saling tersenyum dan menggenggam tangan.

.

“Sica bisa membunuhku jika ia tahu aku tidur dengan sepupunya”, ia tertawa karena ucapannya sendiri.

.

“Dia mungkin juga akan membunuhku jika tahu bahwa alasanmu memutuskan Jinwoon karena kau mulai menyukaiku”, balas gadis berambut merah.

.

Ia terdiam sesaat begitu nama Jinwoon keluar dari mulut lawan bicaranya. Gadis itu mengeratkan genggamannya. “Kau tak perlu bersedih tentang Jinwoon, Taeng. Semua orang tahu itu kecelakaan yang tidak disengaja dan kita bisa menyebutnya sebagai takdir. Kau hanya terjebak dalam situasi yang tidak tepat”

.

“Aku tidak tahu Krys, rasanya semua masih terasa hingga saat ini. Detik-detik aku melihatnya untuk terakhir kali saat ia mengantarku pulang ke rumah setelah keputusanku”, Taeyeon kembali mengingat peristiwa itu.

.

“Aku mengerti perasaanmu, Taeng. Biar bagaimanapun Jinwoon termasuk sepupu yang paling dekat denganku”

.

“Gomawo Krys”, Taeyeon tersenyum.

.

Krystal ikut tersenyum. “So, How your feeling right now? Better?”

.

“Better than last night because you are here” Krystal kembali tersenyum namun sedetik kemudian ia memukul dada Taeyeon.

.

“Kita sudah putus sebelum kau menjadi idol dan dua tahun ini kau tak menemuiku. Sekarang kau tiba-tiba datang padaku lalu pandai menggombal. Kemana Kim Taeyeon yang dingin itu, huh?”

.

Taeyeon hanya mengendikkan bahunya lalu menyengir pada Krystal. “Mungkin karena kau membuat tubuhku panas jadinya aku tidak dingin lagi”, ucap Taeyeon dengan cengiran menyebalkannya.

.

Krystal yang tahu maksud Taeyeon, lagi-lagi memukulnya dan kali ini lengannya menjadi sasaran. “Oh god, you are so ert. Andai saja fans-fansmu itu tahu”, Krystal turun dari kasur dan menutupi tubuhnya dengan selimut tebal lalu menuju kamar mandi.

.

“YA~~ Kau tak perlu menutupinya. Aku sudah melihat semuanya” teriak Taeyeon dan Krystal balik berteriak dari dalam kamar mandi.

.

“SHUT UP KIM”

.

Well, sejujurnya mereka friend with benefit setelah putus dan keduanya kadang bertemu ketika Taeyeon tak mempunyai schedule. Tapi gadis dingin itu menghentikan pertemuan mereka saat ia mulai mengenal Tiffany dan akhirnya menjalin persahabatan dengan model papan atas itu.

.

.

.

.

.

Sambil menunggu Krystal selesai mandi, Taeyeon memilih keluar kamar dan menyiapkan sarapan untuk mereka. “Semoga makanan favoritnya tidak berubah”, pikirnya seraya mulai menyiapkan sarapan.

.

Setengah jam berlalu dan Taeyeon masih sibuk dengan kegiatannya. Saat serius memasak, ia tak menyadari

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Baegodyeon #1
Chapter 1: I was so curious but I can’t understand :(
alexacell #2
Chapter 10: Duhh keren banget ceritanya penuh dg teka-teki
Selirjung27 #3
Thor ijin baca ,,,,
MaoMao_96
#4
Chapter 7: JeTi please
rosiesolo
#5
Please makes a English ver of this story terima kasih ^^~!