A Girl Meets Love (Kai)
EXO Songfic CollectionA Girl Meets Love by K.Will ft. Tiffany of Girls' Generation
After always viewing you as a child, I start to waver
Without knowing,
my heart grows deeper little by little
Although I say I can’t stop it,
I can’t hide how deeply my heart has fallen
It’s driving me crazy
Terkadang, ada waktunya kau berhenti berjalan ketika lintasan di sekelilingmu tampak asing. Ada waktunya kau berbalik dan kembali ke langkah awal, sebelum kedua tungkai tersebut memandumu ke suatu tempat yang benar-benar tak kauketahui. Ada saatnya ketika kau tahu daerah mana yang tak sepatutnya kaupijak guna memproteksi diri dari hal-hal yang tak terduga. Dan seperti itulah yang seharusnya dilakukan Jongin saat ini tatkala ia mendapati diri berada di tempat asing yang tak mampu ia definisikan.
Mengapa dengap jantungnya memompa darah dengan begitu cepat? Mengapa senyuman acapkali mengukir paras rupawannya? Mengapa ia selalu merasa bahagia jika berada di sisi Soyoon?
Moon Soyoon, gadis berusia tujuh belas tahun yang telah ia kenal sejak bertahun-tahun lalu. Kediamannya tepat berada di depan rumah Jongin. Ketika keluarga Moon menempati rumah kosong di seberang, saat itu usia Soyoon baru menginjak delapan tahun. Ia lima tahun lebih muda dari Jongin. Gadis pendek dengan wajah bulat dan bertubuh tambun. Semburat merah kerap mendekorasi kedua pipinya ketika musim dingin tiba. Dan Jongin tak pernah absen mengusik ketenangan bocah perempuan itu. Tak ada hari tanpa gangguan Jongin dalam kamusnya.
Terkadang ia menangis dalam bisu. Terkadang ia melawan. Dan terkadang ia memohon agar Jongin menghentikan keusilannya. Tentu tak membuahkan hasil lantaran mengganggu Soyoon memberi kesenangan sendiri bagi dirinya. Tak pernah sekali pun ia memandang gadis itu sebagai seorang perempuan. Menurut Jongin, Moon Soyoon tak lebih dari bocah perempuan bertubuh tambun yang patut dicibir.
Namun waktu berlalu, usia bertambah, dan fisik pun berubah. Soyoon kini berusia tujuh belas tahun. Tak bisa dikatakan dewasa, tetapi ia sudah cukup matang untuk memulai kehidupan yang sebenarnya. Ia memiliki teman-teman permpuannya sendiri. Ia tak lagi bocah delapan tahun bertubuh tambun dan berpipi merah. Dan Jongin pun tak tahu sejak kapan ia mulai berubah.
Pandangannya tak lagi sama seperti dulu. Setiap kali ia mencoba untuk mengganggu Soyoon, maka sebuah getaran aneh mengusik hatinya. Setiap kali ia menatap wajah tirus tersebut, maka tak ada hal lain yang mampu dilihat Jongin selain sosoknya. Apakah ia normal? Apakah ia bahkan sadar dengan apa yang kini dirasakan?
Tidak. Jongin sama sekali tidak tahu mengenai reaksi-reaksi ganjil tersebut. Ia tetap melancarkan aksinya. Ia mengganggu Soyoon, namun kemudian memeluk dan mengucapkan kata maaf ketika gadis itu mencucurkan air mata kesal. Ia akan melempar jendela kamarnya dengan kerikil saat Soyoon tak ingin melihat wajahnya hanya agar mereka dapat bertemu. Ia akan berdiri di depan gerbang rumahnya pada pagi hari untuk mengantar gadis itu ke halte bis.
Sampai kemudian ia semakin tersesat di tempat asing. Ia tak tahu jalan kembali. Yang Jongin tahu hanya berjalan lurus ke depan dan membuat dirinya menemukan jalan-jalan baru yang tidak nampak familier.
Maka di sinilah ia sekarang. Ketika lelaki tersebut mulai merasa terbiasa dengan jalan-jalan yang ia lalui, lantas sebuah kesadaran menghantam dirinya telak.
Ia menyukai Soyoon.
Keterkejutan membu
Comments