Chapter 3 - Promise

DAFFODIL
Please Subscribe to read the full chapter

Hari ini adalah tanggal 4 di bulan February, dimana hampir seluruh kota masih di tutupi salju yang sudah tidak terlalu tebal.. Udara belum menghangat tapi juga tidak terlalu dingin untuk ukuran orang-orang dengan 4 musim tersebut.

Pagi-pagi sekali Baek Hyun, Jongin, dan Sehun sibuk mempersiapkan beberapa buku pelajaran dan peralatan sekolah mereka. Mengenai tugas rumah tangga yang dibagi untuk ke enam pemuda tersebut, mencuci dan menyetrika pakaian adalah kewajiban mereka masing-masing, maka hari ini ketika sekolah mulai kembali aktif mereka mengeluarkan Blazer dan kemeja sekolah.

 

Jongin, Kyung Soo, Baek Hyun dan Sehun memakai sepatu di pintu depan, kemeja dan Blazer sekolah mereka terlihat rapi dan sangat licin, Joon Myun membagikan kotak makan siang yang harus selalu mereka bawa ke sekolah. Chan Yeol turun paling terakhir dari lantai 2, membuat Joon Myun tersenyum kaku dan menghela nafas melihat seragam kusut pemuda itu.

Untuk masalah sekolah, meskipun ke lima pemuda tersebut berada di SMA yang sama, namun mereka akan memisahkan diri begitu keluar dari gerbang Kondominium tersebut, Sehun pergi dengan Kyung Soo memakai bus dan Jongin bersama Baek Hyun memilih berjalan kaki (sekolah mereka hanya 20 menit dengan berjalan kaki), Chan Yeol? Dia pergi dengan sepeda. Joon Myun satu-satunya yang pergi dengan mobil untuk ke kantor (Joon Myun kuliah di sore hari).

Sudah sebulan lebih mereka menjadi keluarga baru, tapi tak satupun di sekolah mengetahui hal tersebut. Hanya wali kelas dan kepala sekolah yang tahu. Baek Hyun tidak pernah saling menyapa dengan Chan Yeol dalam kelas, Jongin dan Sehun kadang saling menyapa karena mereka berada di gedung yang sama, Kyung Soo berada di gedung kelas 2 namun seminggu tiga kali ia akan berada dalam satu ruangan bersama Jongin. Mereka sama-sama tergabung dalam ekstrakulikuler English Club dan lagi-lagi pertengkaran saling ejek tidak dapat di hindarkan.

 

.

 

Chan Yeol menguap untuk ke empat kalinya, dia tengah berada di ruang guru, berdiri selama hampir satu jam mendengarkan ocehan wali kelasnya tentang persentase kehadiran yang kurang dari 40%. Lee-Ssaem membahas nilai-nilai ujian harian dan semesteran Chan Yeol yang tidak pernah meningkat dari angka 50 selama dua tahun terakhir.

” Park Chan Yeol! Kau dengar?!” Pekik Lee-Ssaem.

” Ya Ssaem..” Jawab Chan Yeol, padahal setengah dari ocehan Lee-Seonsangnim sama sekali tidak masuk ke otaknya.

Lee-Ssaem menghela nafas panjang melihat Chan Yeol, wajahnya penuh dengan plester luka. Lebam-lebam di daerah dagunya terlihat jelas meskipun ditutup dengan perban.

” Duduklah..” Lee-Ssaem berkata.

” Huh?”

” Duduk, cepat!” Ujar Lee-Ssaem, nadanya agak tinggi, setengah memerintah. Chan Yeol cemberut, dan duduk di depan wali kelasnya tersebut, membuang wajahnya ke samping.

Lee-Ssaem menghela nafas lagi, menarik laci meja kerjanya, mengeluarkan kotak P3K. Pria tua berusia 48 tahun itu membuka perban di wajah Chan Yeol, mengoleskan salep di atas lebam-lebam berwarna biru kehijauan.

” Kau puas dengan predikat ‘Monster’, huh?”

” Ha-ah.. Jangan menceramahiku lagi..” Ujar Chan Yeol, mengerenyit sedikit ketika Lee-Ssaem menekan lebamnya.

” Tentu saja aku harus menceramahimu bodoh! Kelakuanmu ini memalukan!” Ucap Lee-Ssaem. Chan Yeol terdiam.

” Berhentilah, Yeol.. Noona tidak akan suka melihatmu seperti ini dari surga..”

Chan Yeol menghela nafas.

” Kau masih saja memanggilnya Noona, paman.. Itu terdengar menjijikan ketika keluar dari mulutmu..”

Lee-Ssaem menjitak kepala Chan Yeol.

” Sopan sedikit, bodoh! Jangan berkelahi lagi. Bukankah kau ingin menjadi seorang pengacara?” Lee-Ssaem berbicara sambil membuka plester-plester yang sudah kotor di wajah Chan Yeol.

” Aku sudah tidak ingat memiliki cita-cita seperti itu..” Jawab Chan Yeol ketus.

” Kau sudah menyerah? Karena ayahmu berbohong padamu?” Tanya Lee-Ssaem.

” Ya-ah.. Terutama karena hampir seluruh keluarga menutupi kebohongan itu, yang— katanya—- demi diriku…” Ada jeda dalam ucapan tersebut, wajah Chan Yeol terlihat sedih dalam sesaat.

” Aku juga benci padamu, Lee-Ssaem..” Chan Yeol berkata lagi, menatap pamannya. ” Padahal kau adalah adik kesayangan ibu, tapi mau-maunya kau menutupi fakta kematiannya saat ayah memintamu..”

Lee-Ssaem menelan ludah. Perasaannya mendadak gusar. Dia membuang plester kotor itu dan membuka yang baru, menempelkannya dengan hati-hati pada luka terbuka di wajah Chan Yeol.

” Ya, kalau begitu seharusnya kau memaafkan pamanmu yang bodoh ini. Benarkan?” Ujar Lee-Ssaem, Chan Yeol hanya terdiam, tidak berminat menjawab atau menanggapi ucapan tersebut.

Baek Hyun diam di depan pintu ruang guru, di dalam ruangan tersebut ada empat guru lain, namun perhatiannya tertuju pada meja Lee-Ssaem. Chan Yeol duduk disana, dan pandangan sendu Lee-Ssaem sedikit membuatnya bertanya-tanya.

” Oh! Baek Hyun! Kau disini?” Ujar Lee-Ssaem mengejutkan Baek Hyun. Chan Yeol menoleh dan sedikit terkejut, bangun dari duduknya, berdiri lagi dengan wajah masih di tekuk.

” E-eh, O-oh, i-ya ssaem.. Ini.. Saya menyerahkan buku-buku tugas musim dingin..” Jawab Baek Hyun gugup, mendekat dan menyerahkan tumpukan buku pada Lee-Ssaem.

” Waah! Kau sangat bagus mejadi ketua kelas Baek Hyun!” Puji Lee-Ssaem, Baek Hyun tersenyum kaku. ” Tapi, kau melupakan dia..” Lee-Ssaem melanjutkan perkataannya, menunjuk wajah Chan Yeol dengan penggaris kayu panjang yang berada di mejanya.

” E-eh?”

” Periksalah buku-buku tugas tersebut, kau pasti tidak menemukan buku tugas Chan Yeol di dalamnya. Iya kan?”

Baek Hyun mengangguk pelan, Chan Yeol mendengus kesal.

” Kau harus bertanggung jawab, Baek! Kau kan ketua kelas, lagipula…” Lee-Ssaem menghentikan ucapannya, menyuruh Baek Hyun agak menunduk, dia mendekatkan mulutnya pada telinga Baek Hyun, berbisik ” Chan Yeol adalah saudara tirimu..” Lee-Ssaem tertawa keras setelah mengatakannya, mengalihkan mata beberapa guru di dalam ruangan untuk menatapnya.

Baek Hyun lagi-lagi tersenyum kaku.

” Ha-ah! Apakah sudah selesai ssaem? Aku pegal..” Ujar Chan Yeol, menggaruk tengkuknya.

” Oke! Sudah selesai! Oh iya, Chan Yeol minggu depan adalah ujian semester akhirmu untuk kelulusan, Baek Hyun, kuserahkan Chan Yeol padamu! Tolong ajari dia..”

” E-EEH?” Baek Hyun terpekik. Chan Yeol menepuk jidatnya, dan Lee-Ssaem tertawa lebar.

 

.

Baek Hyun menghela nafas kesekian kalinya. Ia berada di kelas Jongin, makan sendirian di kelasnya sendiri tidak menyenangkan. Biasanya, mereka berdua makan siang di atap, tapi karena ini masih bulan February yang dingin mau tidak mau mereka makan di dalam kelas.

” Hyeong, ada apa? Sudah hampir lima kali kau menghela nafas selama disini..” Ujar Jongin, menatap Baek Hyun yang masih saja belum membuka tas makan siangnya.

” Lee-Ssaem memintaku untuk mengajari Chan Yeol..”

” EEHHHH?! Serius?!” Pekik Jongin, Baek Hyun mengangguk pelan.

” Lee-Ssaem bilang sebagai ketua kelas aku harus bertanggung jawab..” Keluh Baek Hyun.

” Waaah! Dae-bak! Kau akan terjebak bersama ‘Monster’! Haruskah aku membuat perayaan?” Tanya Jongin setengah bercanda, Baek Hyun menjitak kepalanya.

” Ah..!” Baek Hyun sedikit terkejut begitu membuka resleting tas bekalnya, dia menemukan nama Chan Yeol berada di atas kotak makan tersebut. Joon Myun hyeong salah memberikan tas bekal miliknya.

” Ada apa?” Tanya Jongin.

” T-tas makan siangku tertukar dengan milik Chan Yeol..” Ucap Baek Hyun. Mata Jongin melotot.

” Wah! Kau memiliki takdir buruk hari ini, hyeong..” Jongin terkikik selesai mengatakannya, menertawai kemalangan kakaknya sendiri.

Baek Hyun menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, dia tidak mungkin memakan bekal Chan Yeol, seleranya dengan ‘Monster’ itu sangat berbeda. Namun, dia juga tidak bisa begitu cueknya mendatangi Chan Yeol dan bilang jika bekal makanan mereka tertukar. Baek Hyun menghela nafas, perutnya berbunyi, dia lapar…

Lagi-lagi menghela nafas kasar. Baek Hyun menelan ludah, memberanikan diri, berlalu dari kelas Jongin menuju kelasnya sendiri. Mencari Chan Yeol. Namun, pemuda jangkung itu tidak berada disana. Baek Hyun mengerenyitkan dahinya, menebak-nebak kemana kiranya Chan Yeol akan berada. Dia berjalan menyelusuri lorong gedung kelas 3 namun tidak ada tanda-tanda pria jangkung itu berada disana, sampai di tangga menuju gedung kelas 2 Baek Hyun menangkap sosok Chan Yeol, seperti sedang mengintip.

” Hmm.. Chan Yeol..” Baek Hyun mencoba memanggil Chan Yeol dari jarak 1 meter, seperti dugaan, Chan Yeol tidak mendengar, karena dirinya berbicara dengan sangat pelan.

Baek Hyun menelan ludah lagi, kakinya sedikit gemetar, mencoba lebih mendekat pada Chan Yeol.

” Ch-Chan Yeol..”

Namun, lagi-lagi Chan Yeol tidak bereaksi. Dia sedang asik memperhatikan sesuatu di balik tembok.

Baek Hyun mendekat lagi, kini jaraknya dengan Chan Yeol tidak jauh. Dia berada tepat dibelakang punggung pemuda itu. Dengan jari gemetar, Baek Hyun mencolek punggung Chan Yeol. Chan Yeol menoleh dan sedikit terkejut mendapati Baek Hyun.

” Ish! Kau sedang apa?” Ujarnya

” A-anu..i-itu, i-ini…” Baek Hyun gugup, memperlihatkan tas makan siangnya pada Chan Yeol.

” Apa?” Tanya Chan Yeol, tidak mengerti.

” T-t-tas ma-ma-kan si-si-ang-ku, milik-mu, makan-siang-ku-kamu-tas..” Baek Hyun jadi pusing sendiri, Chan Yeol menghela nafas. Menangkap apa yang ingin Baek Hyun sampaikan, dia menyuruh Baek Hyun mengikutinya. Mereka kembali ke kelas, beberapa pasang mata mengekor keduanya.

” Ini..” Chan Yeol menyerahkan tas makan siangnya pada Baek Hyun.

” Joon Myun hyeong salah memberi tasnya kan?” Ujar Chan Yeol, Baek Hyun mengangguk kecil.

” Kau tidak perlu segugup itu padaku, aku tidak akan memakanmu..” Chan Yeol berkata lagi, Baek Hyun masih menunduk. Chan Yeol menghela nafas. Berlalu dari kelas.

Semua teman-teman di kelas menatap Baek Hyun. Mereka mengerumuninya.

” Apakah kau di ganggu dia, Baek?”

” Kau membuat dia marah?”

” Kenapa kau bertukar tas makan siang dengannya?”

Pertanyaan-pertanyaan itu menjejali telinga Baek Hyun. Namun, dia hanya menjawab dengan gelengan, berlalu menuju kursinya sendiri dan mulai makan siang yang sangat terlambat.

———————————————————-

D A F F O D I L

———————————————————-

Chan Yeol duduk di bangku kayu belakang sekolah, mendongak menatap daun-daun diatasnya.

Angin bertiup lembut, memainkan ujung poninya searah goyangan daun di ranting pohon. Tempat tersebut selalu menjadi tempat terbaik untuk Chan Yeol ketika suasana hatinya sedang buruk.

” Kau sedang memikirkan sesuatu?” Pertanyaan itu membuat Chan Yeol melotot, dia mengenali suara perempuan yang bertanya meskipun tidak melihatnya.

” Apa perdulimu..” Akhirnya kata-kata ketus keluar dari mulutnya. Perempuan itu tertawa, Chan Yeol masih menatap daun-daun, terlihat gadis itu duduk di sampingnya.

” Apa baru-baru ini kau berkelahi lagi? Semua plester dan perbanmu baru..”

Gadis itu bertanya lagi, Chan Yeol menoleh, mendapati wajah cantik dan mungil dengan rambut panjang sepinggang menatapnya sendu. Perasaan Chan Yeol mendadak campur aduk. Ada sesuatu yang mengganggu ketika melihat tatapan itu.

” Lee-Ssaem menggantikannya untukku..”

Gadis itu masih menatap Chan Yeol, mengangkat tangannya, berhenti di depan wajah Chan Yeol.

” Satu, dua, tiga—” Dia menghitung perban dan plester di wajah Chan Yeol.

” Delapan.. Kali ini berkurang..” Tersenyum pada Chan Yeol yang memerah.

” Berhenti menghitung plesterku, Ra Nee..” Ucap Chan Yeol, mendongak kembali, menghindari saling tatap.

Ra Nee –nama si gadis– terkekeh. Keheningan mendominasi mereka, Ra Nee menikmati angin yang berhembus menerpa wajahnya, dan Chan Yeol tengah menenangkan hatinya yang berdegup menghirup aroma gadis itu.

” Dua minggu lagi kita lulus..” Tiba-tiba Ra Nee berkata, membuat Chan Yeol mengalihkan pandangan ke samping, tidak berniat menatap gadis itu.

” Semua orang juga tahu..”

Ra Nee terkekeh lagi.

” Kalau begitu, akhir-akhir ini mungkin terakhir kita bisa bertemu di pohon ini..”

Chan Yeol merasa gusar dengan kata-kata itu.

” Apa kau akan pergi ke suatu tempat?”

Ra Nee tidak menjawab, dia memainkan ujung kakinya, mengetuk-ngetukkan sepatunya pada tanah.

Chan Yeol mendengus.

” Yeol..”

” Hmm..?”

” Kau ingat janjimu ketika kita berada di kelas 2 JHS?” Ra Nee tersenyum.

Chan Yeol tidak buru-buru menjawab.

” Kau bilang akan masuk perguruan tinggi yang sama denganku, agar kita bisa memulai suatu hubungan serius karena kau tidak mau berpacaran jika masih bersekolah… Kemudian kau akan menjadi pengacara dan—-”

” Menikah denganmu(ku)..” Kata-kata itu keluar bersamaan dari mulut Chan Yeol dan Ra Nee.

Gadis cantik itu tersenyum kecil, Chan Yeol masih tidak menatapnya, tengah menahan senyum mengingat ucapan bodohnya saat sekolah menengah pertama.

” Aku menyetujuinya, karena aku yakin kau akan benar-benar melakukannya.. Tapi..” Ra Nee berhenti sebentar dari ucapannya, Chan Yeol menoleh padanya. Gadis itu menunduk.

” Tapi, kali ini aku ragu kau tidak akan melakukan itu semua..”

Detak jantung Chan Yeol terasa berhenti ketika kata-kata itu keluar dari mulut Ra Nee. Gadis itu terlihat sedih.

” Aku ragu kau akan melanjutkan studymu, bahkan masih bercita-cita menjadi seorang pengacara..”

” Apakah—karena aku–ber–masalah? Maksudku—kau–tidak–” Chan Yeol bingung memilih kata-kata untuk mengucapkan maksudnya. Ra Nee menoleh, kedua remaja itu saling bertatapan.

” Kukira, aku tidak akan memegang janjimu lagi.. Sebaiknya, perasaan kita harus segera di akhiri..”

Air mata menetes dari mata teduh Ra Nee. Bibir Chan Yeol bergetar. Dia tidak dapat segera berfikir apa yang harus dilakukan.

” Aku akan melanjutkan studyku ke perguruan tinggi, meskipun ini masih di Korea. J

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
ErnaMurti #1
Chapter 11: Serius, ceritanya bagus banget. Konfliknya ngenaaaaa.. Udah kaya baca fanfic detektif kayanya, banyak teka-tekinya gitu jadi sambil baca sambil mikir juga. Haha, pokoknya daebak deh author! Tapi endingnya kepribadian gandanya sehun tetep ga hilang?
keyhobbs
#2
Chapter 11: aigoo...serius ini keren bnget, cara author mengombang-ambing perasaanku#aciee:D terus gmana cara author membuat aku nebak2 teka-teki yg ada itu tuh keren bnget sumpah! Author I really really really love this story^^
lightmover0488 #3
NICE STORY!! JJANG~
hirosima #4
Chapter 11: sempurna, cinta keluarga. apa kau penulis sungguhan, maksudku kau sudah menerbitkan sebuah buku diluar fanfic? kau seperti profesional. q bkn fans exo tp q menyukai tulisanmu, lepas dr status fans atau grup q salut dg karyamu. keep writing! :)
hirosima #5
Chapter 11: sempurna, cinta keluarga. apa kau penulis sungguhan, maksudku kau sudah menerbitkan sebuah buku diluar fanfic? kau seperti profesional. q bkn fans exo tp q menyukai tulisanmu, lepas dr status fans atau grup q salut dg karyamu. keep writing! :)
dolphin159 #6
Chapter 11: Bru tw ada side storynya, aku bc di ffindo dr part prtm smpe end, critany jd lbih jlas di sini ttg msa kecilnya sehun
eunzha #7
Chapter 11: 대박 ><
asli keren banget banget banget ~>_<~
keren banget ceritanyaaaaa ><
telat bgt bacanya tp ini keren bgt idenyaaa
ampun banget, semua perasaan aku diubek2 sama cerita disetiap chapternya ><
eunzha #8
Chapter 11: 대박 ><
asli keren banget banget banget ~>_<~
keren banget ceritanyaaaaa ><
telat bgt bacanya tp ini keren bgt idenyaaa
ampun banget, semua perasaan aku diubek2 sama cerita disetiap chapternya ><
MinyeolPark #9
Chapter 11: kerennn banget ceritanya,gak nyangka kalo sehun yang selama ini chanyeol tutupi,disini karakter chanyeol bikin aku salut,duh dah gak tau mau ngomong apa,tapii akhirnya keluarga park bahagia :)
Vay1991 #10
Chapter 11: salah sangka deh. ternyata sehun pelakunya. yang punya kepribadian ganda dan kenapa juga chanyeol yang bersikap berbeda kalo d di hadapan sehun.
ceritanya penuh dengan nasihat kehidupan. keren