Bab 9
My Peter Pan [Indonesian]5 tahun kemudian…
“Nona, bisahkah aku mendapatkan 2 potong roti strawberi dan 4 potong roti coklat?” kata seorang wanita sambil menunjuk ke kue itu yang diperlihatkan di rak.
“Ya, tunggu sebentar, nyonya”, jawabku sambil mengambil dan meletakkan ke kotak kue. “Ini” kataku setelah meletakkan kotak ke dalam sebuah tas kertas.
Segera setelah aku menerima pembayaran, aku kembali ke apa yang sedang aku lakukan sebelumnya, yaitu mengisi kembali ruang kosong di rak dengan roti bakar, namun dia meminta perhatianku lagi, “Uh, nona?”
Aku memutar kebelakang, kearahnya, “Ya? Apakah masih ada yang dibutuhkan?” tanyaku
“Aku memesan 2 potong kue strawberi dan bukan kue keju blueberi..” katanya.
“Eh? Maaf. Tolong biarkan aku menggantinya.” Ujarku sambil langsung membungkus 2 potong kue strawberi dan menyerahkannya. “Anda bisa mendapatkan kue keju blueberi juga, nyonya. Aku benar-benar minta maaf.” Aku minta maaf.
Setelah pembeli pergi, aku duduk di kursi terdekat di toko kue kami. Aku hanya mendesah. Ini benar-benar aneh namun segalanya berjalan salah hari ini, mulai dari hal-hal kecil seperti memakai baju terbalik sampai kue yang gosong karena aku meninggalkannya di oven.
“Kau terlihat lelah, sayang. Apakah kau istirahat dengan baik?” tanya ibuku. Aku berbalik ke arahnya, terkejut. Aku tak sadar kehadirannya di sini.
“Ah tidak, ini tak apa-apa, bu.” Ujarku sambil berdiri, “Aku seharusnya pergi membantu nenek-“
“Kau bisa hanya tinggal disini, sayang. Aku akan pergi membantu nenek.” Katanya sambil mendorongku kembali ke kursi.
Aku merengut, “Hmp. Tolong jangan terlalu lelah, bu” kataku
Dia memberikan sebuah senyuman sebelum memasuki dapur.
Aku mendesah lagi, Ibuku benar-benar tak bisa duduk dengan tenang, tidak bisakah? Bagaimana bisa dia tenang dengan cara itu?
Pikiran panjangku dialihkan ketika kulihat seorang pembeli memasuki toko kami.
Aku langsung berdiri dan menyapanya, “Halo, bisa aku membantu Anda, tuan?”
“Selamat pagi, nyonya. Aku sedang mencari seseorang yang bernama Lee Eun Ae, dia disini?” tanyanya. Sekarang jika aku memikirkannya, orang ini terlihat seperti seorang tukang pos…
“Uh ya? Aku Lee Eun Ae. Ada yang bisa kubantu?”, tanyaku penasaran
“Sebuah paket dikirim disini dengan alamat untuk Anda, nyonya. Tolong tanda tangan disini dan disini untuk menegaskan bahwa Anda sudah menerimanya.” ucapnya sambil meletakkan beberapa kertas ke atas meja.
Aku bingung karena aku tidak sedang mengharapkan paket apapun namun tetap menandatanganinya. Sementara aku menanda tanganinya, tukang pos tersebut meletakkan kotak besar ke meja dan pergi tepat setelah aku selesai menanda tangani kertas itu.
Kumiringkan kepalaku dalam kebingungan sambil melihat ke kotak itu. Dari siapa ini? Aku membukanya dan melihat isinya. Didalamnya ada sebuah surat dan kotak putih besar lainnya.
“Hmm..” racauku pada diri sendiri, “Nama pengirimnya seharusnya di sini-“
Aku membeku. Jantungku melewatkan satu detakan ketika aku melihat nama pengirimnya. Dia.
Untuk : Lee Eun Ae
Dari : Luhan
Aku masih tak mempercayainya. Kukira bagaimana dia bisa menemukanku karena kita saling kehilangan hubungan beberapa bulan setelah aku kembali ke provinsi. Aku masih ingat segalanya dengan jelas. Aku tak pernah lupa.
Ini sudah berlalu 5 tahun lamanya… apakah kau masih mengingatku, Lu?
Aku melanjutkan untuk membuka amplop itu. Didalamnya ada sebuah surat yang berkilauan yang tertulis di sebuah kertas yang wangi.
Ini adalah jenis kertas yang biasa digunakan … untuk… undangan…
Jantungku sakit ketika aku tiba-tiba menyadari ini apa.
karena kau sudah membagi ke dalam
hidup kita oleh persahabatan dan cinta, kami
Ji Haera & Lu Han
mengundangmu untuk membagi
permulaan hidup baru kami bersama
ketika kami menukar janji pernikahan
Aku kehilangan kata-kata ketika sebuah tingkat kesakitan baru menubrukku. Kututup mataku untuk menahan air mata yang mengancam untuk jatuh. Tidak sanggup melihat kertas undangan itu lagi, menutupnya dan mengembalikan ke dalam kotak ketika sebuah secarik kertas yang ditulis tangan jatuh keluar dari amplop.
Untuk Eun,
Bagaimana kabarmu? Aku senang bisa menemukan tempatmu dalam hitungan waktu.
Sudahkah kau lihat undangannya? Bahkan aku, diriku masih tak mempercayainya, bahwa aku akan menikah dalam waktu satu minggu lagi.
Sebuah gaun dengan surat ini, Eun. Tentu saja, kau akan berjalan di lorong, juga!
Sampai jumpa disana
Dengan hangat, Lu
P.S. Aku tak pernah lupa, Eun. Kita akan bertemu lagi, ingat? Aku akan menunggumu.
Dia tak pernah lupa? Dia akan menungguku?
Jika aku belum melihat undangan pernikahannya, aku akan sangat senang namun sekarang segalanya berkebalikan.
Aku bahkan tak ingin datang ke pernikahanyya. Namun dia berkata aku adalah teman terbaiknya.
Aku sungguh tak harus datang, kan? Namun dia berkata dia akan menungguku.
Tidak, aku tak akan datang. Namun dia mengingatku…
Aku mendesah sambil menutup mataku lagi. Bahkan setelah semua ini, aku masih tak bisa menolaknya.
Comments