Bab 5

My Peter Pan [Indonesian]

Hari ini, aku tidak merasa baik karena tak bisa tidur tadi malam. Memikirkan banyak hal. Segalanya terjadi begitu cepat, aku tak bisa menahannya lagi. Ini terasa seperti baru kemarin ketika aku bertemu dengannya dan disini aku sekarang, kesal dengan kejadian tadi malam.

Bahkan walaupun aku tak merasa baik-baik saja, aku masih berangkat sekolah. Beruntungnya, aku belum bertemu dengan Luhan. Jujur, aku tak tahu bagaimana menghadapinya tanpa rasa canggung.

Aku tak begitu suka jalan-jalan namun entah bagaimana ini membantuku untuk membersihkan pikiran tak gunaku. Aku sudah berjalan mengelilingi kampus sejak makan siang, ya, aku membolos beberapa pelajaran. Tapi aku bersumpah, ini hanya untuk hari ini.

Aku sedang berjalan dengan kepala menunduk ketika tiba-tiba mendapatkan pukulan sebuah bola. Ketika aku menengadah, mataku membesar. Dari semua orang, mengapa dia? Aku hanya berdiri di sana, tercengang, sementara melihatnya sedang berlari ke arahku.

“Aku sungguh minta maaf! Apakah kau baik-baik saja, nona?” tanya anak laki-laki lain namun aku mengabaikannya. Aku terlalu pusing untuk menjawab. Bisakah kau menyalahkanku? 10 anak laki-laki kecuali anak laki-laki yang bertanya padaku sekarang berkumpul disampingku. Mereka bukan hanya anak laki-laki biasa, mereka semua sangat tampan seperti Luhan. Tidak, biarkan aku mengatakan dengan cara lain bahwa, mereka tampan namun masih, tidak semanis Luhan. Tunggu, apa yang aku pikirkan?

“Dia baik-baik saja, hyung?” anak laki-laki lain bertanya pada Luhan. Dia tetap diam untuk sementara, seolah-olah sedang menganalisa keadaan.

“Eun?” tanya Luhan sambil bersandar. Ketika wajahnya hanya beberapa inchi jauhnya dariku, secara naluri aku melangkah mundur dan kembali ke kenyataan.

“A-Apa yang sedang kau lakukan, Lu!” seruku.

“ Eh? Maaf, kau tidak menjawab pertanyaan kami, jadi-.” Luhan mulai menjelaskan namun tiba-tiba berhenti ketika dia menyadariku yang memberikan tatapan aneh ke 11 anak laki-laki di sekelilingku. Dia tertawa kecil sebelum berkata, “Mereka teman-temanku, Eun”, kemudian dia memulai untuk memperkenalkan mereka padaku.

Aku susah mengingat nama mereka karena 11 nama dalam sekali adalah sebuah angka yang besar, sungguh. Mereka semua sangat manis didalam dan diluar. Mereka semua norak, tak aneh mereka menjadi teman Luhan.

Ketika mereka semua menyelesaikan perkenalannya, mereka memberitahuku untuk memperkenalkan diriku sendiri. Tentu saja, menjadi anti-sosial, aku menolak pada awalnya namun mereka tetap memintaku untuk melakuknnya jadi aku tak punya pilihan. “Baik, uhm, namaku Lee Eun Ae. Err, tak ada yang spesial tentangku.. jadi .. senang bertemu dengan kalian semua.” Kataku dengan kakunya sementara gelisah, hampir tergagap pada beberapa kata.

Mereka semua tertawa, “Aigoo~ kau sangat manis, Eun Ae sshi!” seru anak laki-laki yang terlihat seperti poodle. Baekhyun, kah?

Aku malu dengan pujian itu. Aku sedikit anti-sosial jadi aku tak biasa pada orang yang memujiku. Kemudian anak laki-laki lain meletakkan lengannya ke bahuku, “Ayo berteman juga, Eun Ae-sshi!” kuputar kepalaku dan melihat seorang anak lelaki yang memperkenalkan dirinya sebelumnya sebagai Jongin.

“Heiii~ Dia sahabatku, jadi temukan sahabat yang lain!” rengek Luhan seperti seorang anak kecil sementara memindahkan lengan Jongin yang mengelilingi bahuku. Kita semua menertawakan Luhan. Kemudian mereka mulai menggoda Luhan, bahkan meskipun Luha adalah yang tertua, dia yang paling kekanak-kanakan.

Mereka semua sangat senang. Aku tak bisa membantu hanya tersenyum. Untuk sementar melupakan semua masalah sementara melihat mereka menceritakan lelucon dan saling bermain. Bagaimanapun aku merasa ringan. Ringan karena Luhan bahagia. Hanya kebahagiannya sudah cukup.

“Uhm? Kupikir seharusnya aku pulang sekarang karena..” usahaku untuk mengucapkan salam perpisahan namun mereka bahkan tak membiarkanku menyelesaikannya.

“Eh mengapa tiba-tiba? Kupikir kita akan mempunyai ikatan~” Xiumin, anak laki-laki yang terlihat seperti sebuah bun, berkata sambil memajukan bibirnya.

“Ah itu benar? Mengapa kau tidak menonton permainan bola kami, Eun Ae-sshi?” Suho, anak laki-laki yang mempunyao kulit seputih kertas, menyarankan. Mereka semua setuju pada Suho.

“Kupikir.. aku bisa tinggal untuk sedikit waktu..” kataku yang mendapatkan sebuah ‘yay’ dari mereka.

Jadi disinilah aku, duduk sementara mereka bersenang-senang bermain. Mereka dibagi menjadi 2 kelompok, 6 anggota setiap kelompok. Mereka memberikan yang terbaiknya bahkan meskipun ini bukan pertandingan sesungguhnya.

Aku tidak menjadi olah raga namun aku menemukan diriku bersorak pada siapapun yang akan menyetak sebuah goal. Permaian mereka memakan hampir satu jam dengan kemenangan di tim Luhan.  Mereka berkata bahwa Luhan dan Xiumin sangat menyukai sepak bola itulah mengapa mereka menang. Tidak ada perasaan susah, yang kalah, yaitu tim Suho, bahkan dengan lucunya mereka melempar Xiumin ke udara.

Mereka semua sangat berlebihan, berlari kesana dan kesama, saling menangkap, mereka bahkan menyanyikan sebuah lagu. Mereka sangat berisik namun itu hanya bagaimana mereka saling mengekspresikan perasaan mereka. Hanya sendirian, aku sudah tahu bahwa mereka sungguh sangat salinh menghargai.

“Mereka semua terlalu berisik, iya kan, Eun?” ujar Luhan, muncul entah-darimana lagi.

“Ya. Aku tak tahu kau mendapatkan banyak sahabat”, aku tertawa kecil.

“Hmm, aku merasakan sebuah kecemburuan?” godanya. Ini dia lagi,

“Tidak juga.” Kataku, masih tersenyum.

“Jangan khawatir, Eun! Kau adalah Teman ‘Terbaik’ selamanya. Aku tahu ini terdengar sedikit riang, namun ayo menjadi Sahabat Selamanya, oke?”, ucapnya dengan sebuah senyum lebar.

Kadang-kadang didalam diriku sakit dan wajahku menjadi suram.

Kutak ingin dia melihatnya jadi aku hanya merendahkan kepalaku.

Kukira aku menjadi bahagia karena tinggal dengannya selamanya, namun mengapa aku sedih?

……………….

Jawabannya adalah sejelas kristal untukku sekarang.

Aku sedih karena aku hanya seorang teman.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
dNAmaple
Udah hampir 2 tahun.. terima kasih semuanya

Comments

You must be logged in to comment
BintangAnandaa
#1
luhannn:')
luhaena241
#2
Chapter 10: Ok.. sad ending.... #nangis
luhaena241
#3
Chapter 9: Sedih banget :-(
Lu ge mau married!
Yg tabah ya Eun Ae..
luhaena241
#4
Chapter 3: Typo....
Si yeoja berfikir ia tidak akan pernah jatuh cinta, namun anggapan itu salah. Ketika bertemu Luhan, itu semua *berubah~~~~ :D
luhaena241
#5
Chapter 3: Si yeoja berfikir ia tidak akan pernah jatuh cinta, namun anggapan itu salah. Ketika bertemu Luhan, itu semua salah~~~~
luhaena241
#6
Chapter 2: Han ge pakai narik" segala~ Makin menyulitkan sang yeoja dah -_-
savoki48
#7
Ini sangat menyedihkan!
luhaena241
#8
Chapter 1: Oh jd ini flashback gitu ya?
luhaena241
#9
Lu ge jd Peter Pan? Duh bikin potek Tinkerbell deh~
cit___
#10
Mau baca yang versi indonesia-nya ataupun inggris-nya tetep aja bikin air mata meleleh :'D