Bab 7

My Peter Pan [Indonesian]

Aku duduk di sebuah kursi dan melihat ibuku tidur dengan tenang di tempat tidur rumah sakit. Dia sudah melewati masa kristis namun aku sangat khawatir. Dokter memberitahuku alasan mengapa ibuku pingsan sebelumnya, dia menderita Aritmia, sebuah gangguan detak jantung yang tak normal yang sering dipicu oleh tekanan, yang bisa terkadang menyebabkan serangan jantung atau kematian tiba-tiba.

Aku bersyukur bahwa ibuku hanya pingsan namun kenyataan bahwa dia bisa meninggal lebih awal masih menggoncangku, membuat lututku lemas. Rasa takut yang tak kusukai memasuki pikiranku. Aku tak mampu kehilangan ibuku juga.

Aku menunduk sambil mengepalkan tanganku, menggumpalkan bajuku. Air mata panas bergulung ke bawah pipiku. Mengapa ibu tak memberitahuku bahwa dia mempunyai jantung lemah dan bahwa ini bisa terjadi kapanpun? Aku merasa sangat tak berguna.

Tangan pucat menggapai tanganku dan memegangnya, membuka kepalan tanganku. Aku melihatnya, terkejut, “Sayang, mengapa kau menangis?”

“Bu..” ucapku dengan suara serak. “Bu… terima kasih Tuhan, kau baik-baik saja”, kataku sambil memeluknya dengan sangat erat.

Dia sedikit tertawa kecil kemudian menepuk kepalaku sebelum berkata, “Aku minta maaf untuk tidak memberitahumu, sayang. Ini hanya tak benar untuk anak perempuan mengkhawatirkan ibunya, benar kan?

“Tapi bu-.”

“Shhh. Aku tahu”, katanya sambil menghapus air mata di wajahku. “Ini hanya karena aku mendapatkan seton kertas kerja akhir-akhir ini, benar-benar tertekan”, jelasnya. Aku menyadari sebelumnya juga. Dia selalu pulang terlambat namun aku tak pernah menganggu untuk bertanya. Aku sungguh anak tak berguna.. “Sayang, ini bukan salahmu. Ibu  akan baik-baik saja dalam beberapa hari”, katanya, seolah-olah dia melihat apa yang sedang aku pikirkan.

“.. tapi bu, kau hanya akan tertekan lagi jika kembali bekerja setelah sembuh”, kataku.

“Ya, jadi aku sedang berpikir untuk keluar dari pekerjaanku dan kembali ke tempat kakek nenekmu. Ibu  bisa tinggal di sana untuk membantu di toko kue kecil mereka”, ucapnya yang mengejutkanku, “Sayang.. jangan cemas, kau tak harus pergi ke sana”, tambahnya ketika dia melihat wajah terkejutku.

“Eh? Aku tak.. harus kembali?” ulangku. Aku bingung.

Dia tersenyum padaku, “Aku tahu kau sangat bahagia disini, sayang. Kau sudah mempunyai teman-teman baru- “ ujarnya. Aku baru saja akan protes namun dia berkata lagi, “Ibu tahu yang terbaik, kan?”

“Bu, akan pergi denganmu”, ucapku, putusanku. Saat ini, giliran membuat ibuku terkejut.

“Kau yakin?”, tanyanya tak percaya.

“Ya, bu..”, jawabku. Kupikir jika mereka akan mengerti.. bahwa aku akan melakukan ini untuk ibuku.

 

Kami tinggal di rumah sakit untuk beberapa hari. Aku tak pernah meninggalkan sisinya. Aku akan pulang ke rumah kami terkadang untuk mendapatkan baju namun aku akan langsung kembali. Aku membolos kelas dan tak memberitahu siapapun tentang apa yang sedang terjadi, bahkan tidak ke Luhan.

Berbicara tentang Luhan.. kemarin, dia terus menelponku namun aku tak ingin menjawabnya jadi aku hanya mematikan telepon genggamku. Aku merasa bersalah pada Lu, dia pasti sangat cemas.

Aku duduk di kursi samping tempat tidur rumah sakit dan memutuskan untuk menghidupkan telepon genggamku. Ada banyak pesan dan missed call.

 

‘Eun, mengapa kau membolos kelas hari ini? :(‘

‘Eun, apakah kau sakit?’

‘Eunnnn, mengapa kau tak menjawab? :(‘

‘Eun, aku akan mengirimmu catatan nanti. Kau harus melihatnya. Kita ada kuis besok.’

‘Aku pergi ke rumahmu hari ini namun tak ada orang disana. Apa yang sedang terjadi, Eun?’

Aku berhenti membaca pesannya karena ada banyak sekali. Baik, aku merasa sangat bersalah sekarang. Aku hanya ingin dia berhenti menghubungiku karena aku akan segera pergi.

Mungkin seharusnya aku balik mengirimi pesan? Apa yang seharusnya kutulis untuknya? Haruskah aku memberitahunya tentang apa yang terjadi? Haruskah hanya menelponnya? Pertanyaan jenis itu yang mengisi pikiranku.

Bingung, aku meninggalkan telepon genggamku ke atas meja dan berdiri untuk mendapatkan makanan dari toko, yang berseberangan dari rumah sakit jadi aku tak mengannggu ibuku yang tertidur.

Aku membeli buah-buahan dan beberapa makanan kecil. Ketika aku kembali, kulihat ibuku sedang memegang telepon genggamku, membaca sesuatu.

“Bu?”, panggilku.

Dia berbalik ke arahku dengan senyum menggoda di wajahnya. “Halo, sayang”, sambutnya.

“Apa yang sedang kau baca, bu?”, tanyaku sambil berjalan kedalam. Kuletakkan makanan yang kubeli ke meja dan berjalan kearahnya. Tiba-tiba aku menyadari apa yang sedang ibu baca. Dengan cepat aku berlari dan mengambil telepon genggamku.

“Buuuuuu”, rengekku seperti anak kecil sambil sedikit memajukan bibirku.

Dia sedikit tertawa sebelum berkomentar, “Anak laki-laki yang malang sangat khawatir.”

Aku terdiam karena merasa sangat bersalah. “Oh, dia mengirimi sebuah pesan baru saja”, tambahnya.

Sebuah pesan? Kubuka kotak masukku dan melihat pesan terbaru.

‘Eun! Ini hanya pengumuman lebih awal, pesta dansa akan dilaksanakan akhir minggu ini dan akan menjadi sebuah pesta topeng. Aku sangat berharap kau bisa datang!’

Pesta dansa? Akhir minggu? Aku menghadiri pesta dansa? Aku sedikit tertawa dalam pikiran pada gagasan itu. Aku tidak terlalu gemar memakai gaun jadi kutepis gagasan itu.

“Pergi ke pesta dansa, sayang”, kata ibuku dengan tiba-tiba.

“Eh? Kenapa, bu?”, tanyaku, bingung.

“Tidakkah kau ingin berbicara dengannya? Seperti mengucapkan maaf dan memberitahunya segalanya?”, saran ibuku.

 

 

Aku terdiam untuk sementara waktu sebelum aku masuk kedalam sebuah kesimpulan.

Ya, ini akan menjadi kesempatan satu-satunya untukku.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
dNAmaple
Udah hampir 2 tahun.. terima kasih semuanya

Comments

You must be logged in to comment
BintangAnandaa
#1
luhannn:')
luhaena241
#2
Chapter 10: Ok.. sad ending.... #nangis
luhaena241
#3
Chapter 9: Sedih banget :-(
Lu ge mau married!
Yg tabah ya Eun Ae..
luhaena241
#4
Chapter 3: Typo....
Si yeoja berfikir ia tidak akan pernah jatuh cinta, namun anggapan itu salah. Ketika bertemu Luhan, itu semua *berubah~~~~ :D
luhaena241
#5
Chapter 3: Si yeoja berfikir ia tidak akan pernah jatuh cinta, namun anggapan itu salah. Ketika bertemu Luhan, itu semua salah~~~~
luhaena241
#6
Chapter 2: Han ge pakai narik" segala~ Makin menyulitkan sang yeoja dah -_-
savoki48
#7
Ini sangat menyedihkan!
luhaena241
#8
Chapter 1: Oh jd ini flashback gitu ya?
luhaena241
#9
Lu ge jd Peter Pan? Duh bikin potek Tinkerbell deh~
cit___
#10
Mau baca yang versi indonesia-nya ataupun inggris-nya tetep aja bikin air mata meleleh :'D