Bab 8

My Peter Pan [Indonesian]

Aku melihat ke kotak itu, duduk dibagian sisi tempat tidur, ragu apakah aku seharusnya membukanya atau tidak. Ibuku menyampaikannya padaku, saat kami sampai rumah kemarin.

Aku tahu ini akan menjadi satu-satunya kesempatanku namun aku hanya ragu. Aku tak pernah memakai sebuah gaun sebelumnya dan tak pernah menghadiri sebuah pesta dansa sebelumnya jadi apa yang seharusnya aku lakukan disana? Aku bahkan tak tahu bagaimana berdansa.

Setelah bermenit-menit berpikir, aku memutuskan untuk membukanya.

Kujangkau kotak coklat pastel besar dan membukanya. Didalamnya ada sebuah gaun panjang warna hijau lemon dengan kilauan perak terlipat ke menjadi segi empat. Kutarik keluar dari kotak dan menggoyangkan keluar. Ini jenis gaun yang hanya kau bisa lihat di dalam cerita dongeng. Melambai dengan indahnya dan sebuah tali memberikannya tampilan yang bagus.

Gaun ini sempurna, sangat sempurna yang membuatku berpikir dua kali seandainya aku benar-benar memakainya. Ini aneh namun tiba-tiba aku merasakan kegembiraan. Aku memegang gaun ini dengan kedua tanganku sambil berlari ke dalam kamar mandi dan memakainya.

 

Kumasuki aula dansa dengan langkah gugup. Berjalan dengan pelan karena tak ingin memalukan diriku sendiri dengan tersandung disini.

Setiap orang memasuki aula ini dengan masing-masing pasangan dan teman mereka. Aku mendesah. Aku sepertinya sendirian. Kucoba untuk mencari Luhan dan teman-temannya namun gagal. Setiap orang memakai topeng yang menyembunyikan wajah mereka, bahkan aku juga memakainya.

Aku duduk di sebuah kursi kosong dan mulai minum anggur yang ditawarkan padaku oleh pelayan lebih dulu.

“Hei, mengapa seorang gadis cantik minum sendirian?”, tanya sebuah suara yang akrab. Aku terkejut. Aku tak perlu melihat wajahnya, aku sudah menyadari suaranya.

“B-Bagaimana kau mengetahuiku, Lu?”, tanyaku, tercengang.

“Ibumu mengirimiku pesan. Dia memberitahuku untuk melihat seorang peri yang memakai sebuah gaun seperti milik Tinkerbell.” katanya setelah dia tertawa kecil. Kugigit bibirku dalam keadaan malu. Bu, bagaimana bisa kau menghianatiku? Meskipun aku secara rahasia berterima kasih padanya.

“Lalu, dapatkah kita berdansa, Tinkerbellku?”, katanya bercanda sambil menawarkan tangannya padaku.

“Tinkerbell tak pernah menolak Peter Pan”, kataku sambil menerima tawarannya. Aku tersenyum namun kesedihan terpantulkan ke mataku.

 

Ini karena Tinkerbell tak pernah menolak Peter Pan, jadi dia berakhir sendirian.

 

Dia memimpinku ke lantai dansa. Banyak mata yang melihat kami dan hampir semuanya dari gadis-gadis, mereka sudah melemparkan pandangan mematikan ke punggungku namun aku tak peduli. Aku hanya ingin menikmati saat ini. Jenis dari hal yang hanya terjadi dalam peristiwa yang jarang, namun untukku, ini mungkin hanya terjadi satu kali.

Dia memegangku mendekatinya, sambil dia memegang pinggangku dengan kuat. Kita berdansa dengan lagu yang mengalun lembut, mengayun dengan lembut. Ini sangat natural, aku tak mengetahui dengan pasti bagaimana ini terjadi, bahkan aku tak yakin diriku bagaimana bisa berdansa.

Segalanya bergerak dengan lambat dan semua yang bisa kulihat adalah dirinya. Senyumnya, wajahnya, segalanya. Jantungku berdetak cepat selagi aku tersesat ke dalam matanya. Ya, mata kita saling melihat satu sama lain. Ini kesempatanku, sebuah kesempatan yang sekarang-atau-tidak sama sekali.

“Lu..”, kupanggil namanya dengan lembut.

“Hm?”, jawabnya sambil melihatku dengan mata bertanya.

“Aku punya banyak hal yang akan kukatakan padamu. Aku perlu mengucapkan maaf untuk banyak hal”, kataku dengan jujur.

“Maaf? Mengapa, Eun? Adakah hal yang salah?”, tanyanya, bingung.

“Pertama dari semuanya, Lu, alasan mengapa aku membolos kelas beberapa hari ini karena ibuku sakit”, jelasku. Matanya membesar terkejut.

“Ibumu? Apakah dia baik-baik saja sekarang?” tanyanya cemas, “Aku merasa buruk bahwa tak bisa mengunjunginya”, terusnya.

“Ibuku baik-baik saja sekarang, jadi tak perlu ada rasa buruk itu, Lu”, aku meyakinkannya.

Dia hanya memberikan sebuah anggukan sebelum bertanya dengan manisnya, “ Itulah mengapa kau berkata maaf, Eun?”

Aku tertawa kecil, “Kau sangat norak, Lu. Bagaimana aku berharap bahwa semua..” aku berhenti sebentar sebelum meneruskan, “kau tahu… ibuku butuh bersantai dan beristirahat jadi kita sedang berpikir… kembali ke rumah nenekku”

Aku menunggu untuk sebuah reaksi darinya namun dia hanya tenang melihat ke mataku. Seolah-oleh dia sedang mengecek apakah aku serius atau tidak. “Hei, Lu, aku tak bercanda, sumpah. Kita perlu kembali ke provinsi”, kataku sedih.

“…kau harus pergi, Eun?” ulangnya tak percaya.

“Ya..” jawabku.

“Kapan?”, tanyanya, “Mengapa sangat tiba-tiba?”, tanyanya lagi dan banyak pertanyaan mengikuti. Aku membenci perbincangan tanya jawab namun aku tak bisa menyalahkannya. Ini sangat salah jadi aku hanya menjawab pertanyaannya dengan sepenuh hati.

Kita sangat memusatkan pada perbincangan kita, bahwa kita tak menyadari lagu yang bermain sudah berakhir. Kita mencari meja yang kosong dan sepi namun tak ada. Beruntung, balkon itu terbuka jadi kita berjalan kearahnya.

Kita berdiri di balkon dalam diam. Tak ada yang berani memecah kesunyian ini sambil kita melanjutkan melihat cahaya kota Seoul dan sinar bintang dari langit.

“Eun..”, panggilnya. Aku tak mengatakan sepatah kata pun, namun memutar kepalaku ke arahnya dan melihatnya sementara dia melihat ke atas ke langit.

“Jujur, aku sangat terkejut bahwa kau harus pergi. Kupikir waktu yang kita habiskan bersama belum cukup”, ucapnya.

Matanya tidak berkilauan seperti yang kulihat sebelumnya. Apakah dia benar-benar terganggu? Apakah aku benar-benar terlalu berarti baginya? Akankah dia mendengarku jika aku mengatakan perasaanku yang sebenarnya padanya?

Ah, benar. Aku memberitahu diriku sendiri bahwa ini akan menjadi kesempatan sekarang-atau- tak pernah untukku, kemudian aku akan memberitahunya semua sekarang.

“Bahkan meskipun kita akan  diberikan kesempatan untuk hidup selamanya, kupikir tak akan cukup”, mulaiku. “Aku sangat bahagia karena bertemu denganmu. Aku memiliki teman-teman baru karenamu. Di dalam waktu singkat yang kita habiskan bersama, kau mengajariku banyak hal.” Aku berhenti sejenak sambil mengenang waktu itu.

“Ada satu hal yang kau ajari padaku bahwa bahkan ini abadi tak bisa dihapus..”

Kemudian tiba-tiba ada dentuman ledakan yang mengisi langit dengan cahaya terang. Ini sangat berisik sehingga Luhan dialihkan pikirannya oleh kembang api dan secara naluri dia melihat ke atas dan melihat cahaya cantik yang menari di udara.

 

“Kau mengajariku bagaimana mencintai. Aku benar-benar menyukaimu, Luhan”, aku mengakui. Sebuah pengakuan yang tak pernah terdengar.

 

“Eun! Lihat ke kembang api di atas sana, sangat indah!” seruku.

“Sangat cantik..” aku menyetujuinya meskipun aku tak melihat ke arah kembang api. Aku melihat ke arahnya.

“Ah, Aku tahu! Kita seharusnya tidak bersedih… ayo kita bertemu lagi di masa depan, Eun”, ujarnya sambil melihat ke arahku. Matanya berkilauan lagi. Dia gembira, kan? Kukatakan ini sebelumnya hanya kebahagiaannya sudah cukup.

Ya.. cerita kita tak akan berakhir disini.. kita akan bertemu lagi, Lu..” kataku dengan sebuah senyum kesedihan.

………………

Aku menyesalinya. Aku menyesali segalanya yang kulakukan di hari itu.

Seandainya aku tak takut, kemudian mungkin dia akan mendengarku.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
dNAmaple
Udah hampir 2 tahun.. terima kasih semuanya

Comments

You must be logged in to comment
BintangAnandaa
#1
luhannn:')
luhaena241
#2
Chapter 10: Ok.. sad ending.... #nangis
luhaena241
#3
Chapter 9: Sedih banget :-(
Lu ge mau married!
Yg tabah ya Eun Ae..
luhaena241
#4
Chapter 3: Typo....
Si yeoja berfikir ia tidak akan pernah jatuh cinta, namun anggapan itu salah. Ketika bertemu Luhan, itu semua *berubah~~~~ :D
luhaena241
#5
Chapter 3: Si yeoja berfikir ia tidak akan pernah jatuh cinta, namun anggapan itu salah. Ketika bertemu Luhan, itu semua salah~~~~
luhaena241
#6
Chapter 2: Han ge pakai narik" segala~ Makin menyulitkan sang yeoja dah -_-
savoki48
#7
Ini sangat menyedihkan!
luhaena241
#8
Chapter 1: Oh jd ini flashback gitu ya?
luhaena241
#9
Lu ge jd Peter Pan? Duh bikin potek Tinkerbell deh~
cit___
#10
Mau baca yang versi indonesia-nya ataupun inggris-nya tetep aja bikin air mata meleleh :'D