Courage

Tentang kita

"Hyung, boleh aku menemanimu bermain gitar?" Chanyeol menarik kursi plastik untuk berada di dekat Yixing. Balkon dorm mereka memang tempat favorit untuk beristirahat. Karena semua tentang EXO selalu penuh dan sesak. Tidak di tempat tinggal, tempat latihan, di belakang panggung apalagi.

Jadi, menyendiri, ditemani gitar kesayangan, kadang membuat Yixing menjadi lebih rileks.

Tapi konsekuensi dari kesendirian adalah kau akan semakin memikirkan banyak hal. Tentang apa yang sudah dan yang belum dilakukan. Tentang pencapaian. Atau hari-hari super padat yang akan datang.

Atau pun tentang rasa yang tabu walau sekedar untuk disapa.

Kehadiran Chayeol menyelamatkan Yixing dari lamunannya yang sudah sampai ke sana.

Yixing menggeser posisinya agara semakin nyaman. Mengijinkan Chanyeol bergabung dengan senyuman yang dibalas Chanyeol dengan senyum yang lebih lebar.

Dua lagu dimainkan. Tanpa suara.Chanyeol dan Yixing memilih bermain akustik untuk fokus pada kemampuan petikan gitar mereka. Lagi pula itu sangat menenangkan.

"Wow, kapan-kapan kita bisa duet di panggung, Hyung!" Tepuk tangan, Chanyeol memberi hadiah terhadap penampilan mereka. "Hahaha tentu saja. First Snow akustik kedengarannya bagus!" jawab Yixing sementara Chanyeol hanya mengangguk setuju.

Malam semakin larut. Di bawah sana terbentang pemandangan kota Seoul yang selalu misterius. Megah bertaburan banyak lampu yang menyilaukan. Tapi seperti kota besar lainnya, semuanya terkesan sepi. Terkesan hampa dan asing.

"Seoul tampak seperti lubang hitam yang akan menyedotku kapan saja kalau aku tidak erat berpegangan ya, Hyung." kata Chanyeol sambil memeluk gitarnya. Mengambil udara banyak-banyak sambil menutup mata, Chanyeol tampak sedang menenangkan diri.

Yixing menyenderkan gitar ke tembok disampingnya."Kau ingin mengatakan sesuatu?" katanya.

Chanyeol segera membuka mata, mengusap belakang leher yang terasa dingin , hanya ada cengiran khas yang muncul setelahnya."Hehehe, serius itu bukan aku sekali ya, Hyung." Yixing menjawab dengan senyuman bahwa setiap orang pasti ada waktunya untuk serius.

Lalu mereka kembali terdiam. Beberapa kali Chanyeol mencoba membuka mulutnya namun sepertinya suaranya hanya tinggal di tenggorokan. Menggantung, tak mau keluar. Akhirnya  yang bisa dia lakukan hanya menghela napas pasrah.

"Apa tidak apa-apa kalau terus begitu?"

"Maksudmu, Hyung?" Yixing tidak menatapnya. Pandangannya terlempar jauh ke titik-titik yang berpendar menyilaukan yang berasal dari gedung-gedung tinggi yang angkuh berdiri menatang langit.

"Kau ... dan Baekhyun. Bukankah ini sudah terlalu lama?" Bukan, Yixing tidak terbiasa mencampuri urusan orang lain. Biasanya dia hanya diam atau pura-pura tidak tahu. Kali ini entah apa yang dia pikirkan kenapa dengan selugas itu dia bisa bertanya pada Chanyeol.

Chanyeol hanya menjawab 'oh' pelan. 

"Ah, maaf Yeol, aku tak bermaksud-"

"Kami baik-baik saja." Yixing terdiam. Kali ini dia melihat Chanyeol yang sedang serius berkata demikian. "Kami cuma memutuskan untuk tidak lagi bersama. Ada hal-hal yang tidak bisa dipaksakan dan terlihat mudah. Kami sudah beberapa kali mencobanya lagi, Hyung, tapi sepertinya selalu berakhir dengan pertengkaran. Aku ...."Jeda, entah atas dasar apa Yixing juga merasakan sesak yang sama. Ditepuknya bahu Chanyeol untuk memberi sedikit kenyamanan. Chanyeol mencoba tersenyum walau terkesan dipaksakan."... aku tak ingin membuatnya menangis lagi. Sungguh. Baekhyun menangis adalah hal terakhir yang ingin kulihat. Tidak apa-apa, Hyung, waktu yang akan menyembuhkan. Saat ini mungkin kami masih terlihat canggung tapi lambat laun kami pasti baik-baik saja."

Yixing tahu itu adalah akhir percakapan mereka jadi dia memilih diam sebentar, setelah diisi lagi dengan keheningan, Yixing memutuskan untuk berdiri, mengambil gitarnya, dan berniat pamit

."Hyung ..." Yixing terhenti tepat di depan pintu masuk. Chanyeol memanggilnya dengan nada serius namun tatapannya tak beralih dari kota Seoul di bawahnya."Tapi tentang kau dan Kris hyung-"

Tanpa sadar pegangan Yixing pada gitarnya semakin erat. Nama itu saat ini tak baik untuk pikirannya.

"Berhentilah saling menahan diri. Berhentilah bersikap seperti orang asing satu sama lain."

Tenggorokan Yixing tercekat. Kenapa?

"Tidak apa-apa kalau sekali-kali kita egois. Tidak apa-apa, Hyung. Kalian saling merindukan satu sama lain tapi terlalu naif untuk mengatakannya. "

Kenapa Chanyeol tahu yang sedang terjadi?

"Mata kalian tidak bisa berbohong. Jadi  kumohon .... berhentilah menahan diri."Yixing tidak menjawab. Hanya dada yag semakin sesak. Dia kira tak ada yang menyadari. Yixing fikir yang terjadi antara dia dengan Kris bukanlah apa-apa. Tapi Chanyeol ...

Segera Yixing masuk ke dalam. Dia butuh minum. Menuju dapur, Yixing menemukan apa yang mebuatnya bertambah sesak.

Kris berdiri di pinggir meja makan, terlihat sibuk sedang membuat minuman. Sewaktu matanya bersirobok dengan Yixing yang hanya berdiri di bingkai pintu, sesaat Kris ingin segera mengakhiri kegiatannya.

Ada perasaan canggung yang tiba-tiba. Entah sejak kapan berdua saja dengan Yixing memebuatnya menjadi lebih gugup. Kris tahu sebabnya namun enggan untuk mengatakannya. Kalau rasa cinta bisa ditaklukkan begitu saja, Kris ingin tahu bagaimana caranya.

 

Namun yang dia lakukan selama ini hanya menghindar. Semakin sakit, akhirnya yang bisa dilakukan menatap Yixing dari jauh adalah yang terbaik.

Kebiasaan buruk itu justru membuat mereka renggang.

Bagi Yixing, perubahan sikap Kris adalah sebuah hal yang baru dalam persahabatan mereka. Dan ini lebih buruk dari pada bertengkar lalu saling mendiamkan. Setiap kali hanya berdua yang terjadi adalah suasana canggung yang tiba-tiba tercipta.

Sudah terlalu lama. Jadi, kalau malam ini dia ingin membicarakannya baik-baik belum terlambat kan?Lagi pula Chanyeol benar, Yixing harus berhenti menahan diri.

Menahan diri dan mungkin juga berhenti menahan perasaannya ....

Yixing mengusap belakang lehernya yang tak terasa dingin, hanya gugup yang ada. Bagaimana kalau dia ditolak? Mengambil udara untuk memenuhi paru-parunya lalu mengeluarkannya pelan, Yixing menahan lengan Kris ketika dia memutuskan untuk berjalan meningggalkannya.

"Ge, minum kopi bersama kurasa bukan ide yang buruk."Awalnya Kris terdiam. Mencoba mencerna kalimat Yixing.

Iya, mungkin ini saatnya ....

"Kau benar, Xing."

.

.

.

.

"Kalau karena seperti itu kenapa kau menghindariku, Ge?"

"Seperti itu bagaimana? Kau juga tiba-tiba canggung sendiri kalau denganku!"

"I-itu karena ....."

"Karena apa?"

"Karena ...."

"Sudahlah, kau tidak akan mengerti, Yixing!"

"Tentu saja aku mengerti! Itu karena aku juga mempunyai perasaan yang sama, dasar dduizang bodoh!"

.

.

.

"Maksudmu .... hei! Kenapa kau mengataiku bodoh?"

.

.

P.s : Makanya kalo saling cinta ga usah gengsi. Sebel yang liatnya. Kesel! 

 

 

 

 

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Clovexo
#1
Chapter 13: rasanya pengen nangis apalagi kalo inget ttg kondisi mereka sekarang.. yaampun.. kalian ketemuan kek di real, trus dipoto paparazi biar para kray shipper pada seneng huhuhu
xokrayxo
#2
Chapter 14: Hihii okedeh
Ditunggu ff fanxing yg lain!
Julianeka
#3
Chapter 14: Iy gpp thor.
Tetep ditunggu ff fanxingnya yg lain :)
ReiSama #4
Chapter 14: oh... okeeee.... yg penting author-nim ttp nulis Kray,,hehehee...

Fighting!!!
:D
---A_V--- #5
Chapter 14: it's okay...as long as you still writing kray fics....hehehe...
Fighting...^_^
llalallala #6
Chapter 14: Aaahh seriusan udahan? Iya sih, aku ngerti deh..
Yang penting author ga berhenti nulis kray ya, walaupun bukan canon lagi hiks.
Makasih buat 'tentang kita' nya yang ngasih banyak inspirasi dan hiburan, bikin aku jadi 'mengenal' yifan-yixing lebih dalam lagi.. Thanks, authornim! Tetep semangat, Fighting!! ^^
kjungxox88 #7
Chapter 12: sweet...!!
flychicken97 #8
Chapter 11: yg terakhir itu loh, horror. si alpaca yg ga jelas cowo apa cewe tiba2 nyengir abis nyium barney -_-
ahhh aku jadi takut kalo boneka bulukan aku dirumah sebenernya bisa kyk barney ><
eh yg aku komenin kok malah barneynya -,-
Clovexo
#9
Chapter 12: yaampun.. ini mereka lucu wakaka