Chapter 9

Let Me Go

[Narator POV]

Kai membuka kulkas dan menuangkan air dingin ke dalam mug. Kedua bola matanya melihat kesekeliling, semua orang ada di dalam dapur menunggu D.O selesai memasak. Semuanya kecuali Suho, “Hey, Suho hyung pergi kemana?” tanya Kai pada Baekhyun.

“Entahlah, biasanya dia menghabiskan waktu di kamar sambil membaca buku atau pergi ke atas apartemen memandangi lampu, dia memang sedang aneh akhir-akhir ini,” jawab Baekhyun. Kai hanya termanggut sambil bergegas pergi ke kamar hyung-nya itu, ia harus menyelesaikan semua masalah yang sudah ia buat.

“Hyung?” Kai membuka kamar Suho yang kosong, ia langsung melangkah menuju tangga, begitu sampai di ruangan terbuka itu Kai mendengar suara yang merdu.

neoui suhojaro, jeo geosen barameul makgo

ne pyeoneuro, modu da deungeul dollyeodo

hime gyeoun eoneu nal ne nunmureul dakka jul

geureon han saram–

Suho berhenti bernyanyi, tenggorokannya terasa kering. Ia ingin menangis tetapi ia tidak mau menangis sia-sia. Matanya menatap lurus cahaya lampu di seluruh penjuru Seoul, sesekali suara klakson mobil di bawahnya terdengar.

“Mengapa tidak lagi berlatih….hyung?” Suho terkaget begitu menyadari kalau Kai sudah duduk di sebelahnya, lelaki itu sama sepertinya, menerawang cahaya indah Kota Seoul. “Mengapa kau ada disini?” Suho balik bertanya.

“Tempat ini untuk seluruh penghuni apartemenkan? Berarti aku bebas ada disini,” jawab Kai santai. Suho hanya menggerutu kecil mendengar jawaban DONGSAENGnya itu. “Aku kesini untuk mencarimu,” ucap Kai kembali.

“Untuk apa?”

“Membicarakan,” Kai ragu dengan kata selanjutnya, “Minji”.

Angin Kota Seoul membuat kedua orang itu merapatkan jaketnya, “Ada sesuatu yang penting tentangnya?” Suho berusaha untuk dingin walaupun ia gusar karna mendengar nama itu.

“Hyung sekarang kau bisa berhenti berpura-pura, sesungguhnya aku mengetahui semua yang kau sembunyikan dan aku lelah berpura-pura tidak tau tentang hal itu.” Kai memejamkan matanya. “Aku tahu kau mencintai Minji, begitu juga sebaliknya. Apa kau tahu rasanya menjadi tembok penghalang?” lanjut Kai.

“Aku ingin mundur, tetapi aku sangat mencintai Minji dan sama sekali tidak bertepuk sebelah tangan. Aku...aku…” Kai berusaha menenangkan dirinya. “Aku tidak tahan dengan semuanya ini.”

Suho menatap nanar Kai, ia tidak percaya apa yang baru saja ia dengar. “Tenanglah, aku juga ingin melupakannya, kau aman. Lagipula kalau ia mencintaiku lambat laun ia akan melupakanku,” Suho tersenyum sambil menepuk bahu Kai.

Bzzz…

Ding…

Handphone Kai dan Suho berbunyi dalam waktu bersamaan. Keduanya langsung merogoh saku jaket masing-masing.

From: Minji

Aku tunggu kalian di파티오42 jam 8 malam.

 

Melihat kata ‘kalian’ Suho dan Kai saling bertatapan. Mungkin ia ingin ikut membicarakan hal ini juga, pikir keduanya.

Minji melangkah pelan menuju restoran langganannya selama di Korea, biasanya ia datang ke sana dengan semangat setelah menghabiskan seharian di kampus. Namun hari ini tempat itu pasti akan berubah menjadi salah satu kenangan buruk dalam hidupnya.

Begitu melangkah memasuki restoran, dua pasang mata langsung menghujam menatapnya. Minji  berjalan perlahan menuju tempat pemilik kedua pasang mata tajam itu. Jaraknya dengan meja yang di tempati Kai dan Suho hanya beberapa meter, tetapi Minji merasa sesak nafas seakan berjalan berpuluh-puluh kilometer.

“Annyeong,” sapa Minji berusaha tersenyum yang hanya dibalas dua senyum yang sejenis.

“Hai,” ucap Suho dan Kai bersamaan.

“Sudah menunggu lama? Mengapa tidak pesan?” tanya Minji sebelum gadis itu melambaikan tangan memanggil pelayan.

“Black coffe satu, kalian mau apa?”

“Orange juice,” jawab Suho cepat, “Aku juga,” Kai mengikuti. Mereka berdua bingung melihat Minji memesan Black Coffe padahal gadis itu paling tidak suka pada jenis kopi itu.

Setelah pelayan pergi untuk mengambil pesanan mereka, Minji tidak langsung mengutarakan maksudnya, gadis itu malah mengetikan sesuatu di iPhonenya. Begitu Minji mengangkat wajahnya, Kai dan Suho terkejut melihat mata gadis itu merah dan penuh air mata.

“Mi-minji k-k-kau kenapa?” Suho tergagap melihat Minji seperti itu, ia tidak suka melihat gadis menangis terlebih gadis yang ia cintai. “Apa kau baik-baik saja?” ekspresi Kai sama seperti Suho.

“Aku….a-aku….” bahu Minji bergetar, gadis itu berusaha menahan tangisnya pecah. “Kalau kau tidak bias mengucapkannya sekarang tidak apa-apa, kau bisa memberi tahu kami lain waktu,” ucapan Suho dibarengi anggukan Kai.

“Ti-tidak, a-a-ku ha..rus mem..memberi tahu ka-kalian sekarang,” Minji tergagap disela tangisannya. Kai dan Suho hanya menatap sedih gadis yang ada dihadapan mereka berdua. “Lusa..a-aku akan pergi,” suara Minji hampir menghilang karna tangisannya. Mendengar kalimat yang keluar dari bibir Minji sontak Kai dan Suho menegangkan badannya, mereka berdua seperti direndam di dalam air es.

“Kau mau pergi liburan kemana?” tanya Suho, walaupun ia yakin yang dimaksud Minji bukanlah ‘liburan’.

“Aku harus pulang ke USA, Ibuku sakit. Dan sepertinya setelah itu aku melanjutkan kuliah di….Harvard,” Minji kini memantapkan perkataannya. “Kau tidak akan kembali ke sini?” tanya Suho, entah bagaimana ia merasa setengah nyawanya sudah melayang. “Mungkin tidak, tetapi aku pasti mengunjungi nenek-ku di Busan…..mungkin aku bisa mengunjungi kalian,” Minji tidak yakin dengan perkataannya sendiri.

“Jadi…hmm…apa boleh aku, hm maksudku kami mengantarmu lusa?” tanya Kai datar, sejak tadi ia hanya memandangi sepatunya. Mendengar pertanyaan Kai, Minji menggenggam erat handphonenya hingga buku-buku jarinya memutih, air mata terus mengalir dari matanya yang bulat. Suho tidak bisa berbuat apa-apa lagi, lelaki itu memandang kosong kepala Minji yang tertunduk.

“Apa….apa….semua ini tidak akan terjadi kalau aku tidak duduk di mejamu waktu itu?” Suho kali ini memandang Minji dengan lekat, “Apa semua hal ini terjadi karenaku? Kalau aku keluar dari kehidupanmu apa kau tidak akan kembali ke Amerika lagi? Apa yang harus aku lakukan?”

“Hyung sudahlah,” Kai memegang bahu Suho seakan-akan hyungnya itu akan jatuh dari kursi karna terlalu shock, padahal Kai merasa seperti seluruh tubuhnya mati rasa.

“Minji….kau tahu, rasanya aneh kita semua mengucapkan selamat tinggal seperti ini, bagaimana kalau kami semua, ya maksudku kami berenam mengantarmu ke Incheon? Aku rasa kita tidak memiliki jadwal apapun,” saran Kai yang bahkan terlihat lebih tegar dibandingkan Suho.

Minji mengangkat wajahnya yang sudah tampak berantakan karna matanya yang memerah, “Ba-baiklah kalau itu yang ka-kalian mau.”

“Kalau begitu ayo kita pulang, biar aku saja yang membayar pesanan. Ayo hyung!” Kai menarik tangan Suho yang sejak tadi terlihat sangat terpukul. Mereka bertigapun keluar dari restoran, dan Minji pulang dengan taksi setelah menolak tawaran Suho dan Kai untuk mengantar.

Suho dan Kai pun berjalan menuju tempat parker sambil memandang langit yang kelam, sama seperti suasana hati keduanya.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
amusuk
#1
Chapter 2: yak, akhirnya sempet jg baca~
Go!
rirymilky95 #2
Chapter 6: hyaaaaaa lanjut dong min!!
kai~ suho~
mana ini mana??
nora50
#3
Chapter 6: I love your fast update haha XD
Dudu minji pilih siapa yaaa??? I like when kai saying: lbih baik dkejar exotic sampe pingsan >.< (kasian bgt dia sedih...tp kata2 itu bikin pgn ktawa haha)

Fighting author-nim!
rirymilky95 #4
Chapter 5: aduh thor ayo terusin.. asik nih ceritanya ><
dua"nya bias aku pula kkkkk~
agak panjangan dong thor ceritanya hehew
nora50
#5
Chapter 5: It's been a while >.< akhirnya diupdate jg..but why so short?T^T pnasaran bgm kai n suho slnjutnya. Fighting with updating<3
amusuk
#6
yah, q masi bru bc chap1. Q subs dlu yaa.
Minji kyoptaa, kai jugaaa
wahahaha!
nora50
#7
Halo! Wah cerita ini smpt ilang waktu AFF eror...re-read nih, tp gpp ^^ i love your story too! I'm looking forward to your update XD
Fighting!!
nora50
#8
New reader n lgsng jd subscrber... Good job author-nim! Di update yah ^^
mysterydrm
#9
hai juga, makasih ya:D
minariFini
#10
Cerita na bgs. . .xD Q orng indonesia jua lho^^
salam kenal. . *b0w