Chapter 3

Anger

Seungwan berjalan melewati lorong rahasia dari kerajaan menuju sebuah hutan tempat para prajurit dari barat yang berhasil melarikan diri. Mereka di sana berlatih dan mempersiapkan diri dengan kekuatan yang ada untuk merebut kembali barat.

“Bulan depan aku rasa kita sudah kembali kuat dan putri tak perlu sering-sering datang kemari, aku kahwatir mereka akan curiga.” Seungwan hanya mengangguk dan segera kembali ke istana. Seperti saran dari salah satu jendralnya, Seungwan tak lagi mengunjungi hutan. Ia percaya para jendral yang tersisa akan mengumpulkan kekuatan dan merebut kembali kerjaan mereka.

“Gadis itu, cuku keras kepala juga.”

“Seungwan memang seperti itu pangeran, ia akan mempertahankan apa yang ia miliki dengan sekuat tenaganya.”

“Apa menurutmu, ia akan menerima tawaranku?”

“Aku rasa tidak pangeran, aku yakin ia akan melawan dan merebut kembali kerajaan ini dari tangan anda.”

“Aku dengar kalian cukup dekat,” Tanya Joo Hyun pada jendral Kang yang cukup terkejut dengan pertanyaan itu.

“Aku rasa,  sekarang ia bahkan tidak ingin melihat saya pangeran.”

“Ah, penghianatan, aku rasa ia sangat mencintaimu, sehingga ia bisa membencimu seperti ini.”

“Kami bersahabat sejak kecil pangeran, kami sudah seperti adik dan kakak,” Joo Hyun menyesap minuman yang di bawa pelayan untuknya.

“Apa kau sudah menemukannya?”

“Sudah pangeran, dan malam ini kami akan menyerang mereka.”

“Bagus.” Joo Hyun tersenyum sambil terus meminum minumannya.

 Malam itu, Seungwan putuskan untuk pergi ke hutan, karena ia ingin melihat sejauh mana perkembangan yang terjadi. Seperti biasa ia akan sendirian menuju hutan. Langkahnya terhenti ketika ia melihat apa dari dalam hutan, membara dan terdengar teriakan dari dalam hutan. Ia yang awalnya berhenti lalu berlari mendekati hutan yang menjadi tempat persembunyian para jendral dan pasukannya. Matanya terbelalak ketika melihat beberapa jendralnya tergeletak di tanah dengan simbahan darah. Ia semakin memasuki hutan dan melihat perkemapungan kecil itu sudah tak bersisa lagi. Mayat bergelimpangan di tanah, dan kengerian malam itu kembali lagi. Tubuh kecilnya gemetar, namun ia berusaha memberanikan diri dan mengambil sebilah pedang, berjalan dan dengan sigap ia menghubunuskan pedang itu pada seorang prajurit lawan.

“Maafkan aku putri,” ujar jendral Han di dalam pangkuan Seungwan dengan darah yang terus mengalir dari wajah dan leher pria itu. Seungwan yang berusaha menghentikan pendarahan itu walaupun ia tahu hal itu akan sia-sia. Seungwan menangis, bukan karena mereka kalah, tapi karena nyawa yang sudah hilang untuk mempertahankan kerajaan ini. Ia melihat ke depan, dan mendapati jendral Kang yang dengan matanya yang tajam menghabisi beberapa prajurit yang menghaliangi jalannya.

“Cukup.” Teriak Seungwan dan menghentikan apa yang sedang jendral Kang lakukan.

“Hentikan semuanya,” Seungwan kembali menangis dan kali ini ia bersimpuh di hadapan jendral Kang yang masih berada di kudanya.

“Bunuh saja aku dan hentikan semuanya.” Seungwan tak sanggup lagi untuk berdiri, ia hanya bisa bersimpuh sambil terus menangis. Jendral Kang meminta semua pasukannya untuk berhenti dan kembali dalam barisan. Ia turun dari kuda, ia ingin membantu Seungwan untuk berdiri, namun gadis itu menolaknya, ia menepis tangan Seulgi. Hati pria itu sebenarnya sakit dengan apa yang ia lihat, namun ia tidak memiliki pilihan lain selain melakukan semua ini.

“Bawa ia kembali ke kerajaan.”

Kali ini Seungwan hanya bisa pasrah, semua harapannya hancur begitu saja. Tak ada lagi yang bisa ia lakukan untuk melindungi kerajaannya.

“Ayah,” ujar Seungwan untuk terkahir kalinya sebelum akhirnya ia pingsan.

Seungwan di tempatkan di kamar miliknya, ia perlahan membuka matanya dan beberapa kali ia mengerjap untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Ia berusaha untuk duduk setelah melihat pangeran Joo Hyun duduk di samping kasurnya.

“Tenanglah aku tidak akan menyakitimu.”

“Tidak menyakitiku?” Suara itu terdengar parau dan penuh rasa kebencian.

“Anda tidak hanya menyaikitiku tapi sudah menghancurkan diriku.” Tatapan itu tidak berubah pikir Joo Hyun, masih sangat membencinya.

“Persiapkan dirimu untuk pernikahan kita Seungwan, baik kau suka atau tidak.” Kali ini Joo Hyun terdengar sangat dingin.

“Ayah,” Seungwan menutup matanya dan kembali menangis, ia kembali menjatuhkan tubuhnya di ranjang. Kali ini ia benar-benar tidak berdaya lagi, mengingat kejadian mengerikan kemarin malam, membuat perutnya mual dan ia muntah berkali-kali sampai tubuhnya tak lagi mampu menopang dan akhirnya ia jatuh ke lantai dan kembali pingsan.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Ririjr26 #1
Chapter 7: Omg finally nemu ff indo yg well written dan easy to enjoy
Semangat thor 🙂
_SWenRene
#2
Chapter 5: Hohohoh please be safe wendy and seulgi!! Joohyun you!! Tak sabar mahu menunggu next update
hardcolors #3
Chapter 3: Well, i rather die
venusearthxx #4
Chapter 2: Poor seungwan, dari tuan puteri sekarang jadi pelayan