7: Terungkap

BrightWin ― DEEPER

68747470733a2f2f73332e616d617a6f6e6177732e636f6d2f776174747061642d6d656469612d736572766963652f53746f7279496d6167652f376f71474743587a72375f4c53773d3d2d3931323035313234362e3136323139626236343733393063633039393139373836383538302e6a7067

Warning: ada dialog yang menyebutkan MPREG. Mohon bijak menyikapi jika ini tidak sesuai preferensi membacamu ;)
 

...

..

.
 

Gun adalah sahabat Win. Sahabat yang telah lama ia rindukan. Sepuluh tahun lamanya mereka tak bertemu. Bahkan seisi markas profesor meyakini kalau Gun sudah tidak lagi berada di bumi. Pasalnya sepuluh tahun berlalu, dan Gun tak kembali. Membuat Gun digadang-gadang sebagai contoh pengkhianatan bagi seisi markas.

Jika memang Gun masih hidup, kenapa ia tak kembali ke markas? Tempat paling aman bagi golongannya adalah markas profesor.

Untuk beberapa saat mereka saling tatap tanpa bicara. Mata sendu Gun berbanding terbalik dengan mata penuh kilat emosi milik Win. Sesaat Win juga berpikir kalau Gun benar berkhianat. Tangan kanannya sampai terasa panas.

Bright memberi waktu untuk mereka berdua bicara. Tentu tak semudah itu menenangkan Bright. Amarah sempat naik begitu tahu kalau Win merupakan manusia mutagen, sama seperti Gun.

Itu artinya Win sama seperti Gun, memiliki niat lain ketika datang ke pulau ini. Bright sampai dihantui rasa bersalah. Ternyata orang tuanya benar. Ternyata Pluem benar.

Namun di antara itu semua Bright paling terpukul dengan kemungkinan yang menyakitkan. Ternyata semua yang mereka lalui bersama adalah kepalsuan. Win berbohong padanya. Bright merasa hancur. Tubuhnya terasa dingin. Aliran darahnya seperti tak berfungsi dengan baik.

Namun keraguan Bright sedikit terkikis. Win membungkam rentetan tanya dan senandika sesal dengan pagutan bibir tanpa aba-aba. "Aku bersumpah. Aku benar-benar mencintaimu, Baii." Win mengatakan itu dengan nada sungguh-sungguh dan mata yang lurus menatap ke arah mata Bright. Amarah Bright tak langsung reda setelah mendengar kalimat Win tadi. Tapi setidaknya ia mau untuk sabar menunggu. Seribu tanya siap dilontarkan Bright setelah dua sahabat itu bicara.

"Kau boleh menghukumku." Gun berkata sambil menyodorkan segelas teh hangat untuk Win.

Win mendecih. "Hukum katamu? Apa kau pikir itu cukup?" Wajah sendu Gun membuat Win menarik sahabatnya itu ke dalam pelukan. "Kau tau, aku hampir mati sebatang kara saat kau tak kembali ke markas."

"Maaf." Suara Gun barusan terdengar lemah.

"Kupikir Joss berhasil membunuhmu waktu itu."

Gun menggeleng. "Jumpol menyelamatkanku."

Win tahu Jumpol, Kakaknya Bright. Target Gun saat diberi misi oleh profesor. Orang yang menjadikan Gun pengkhianat karena memilih untuk tak kembali ke markas.

"Dan saat itu pula, anakku harus kehilangan ayahnya."

Mata Win membulat. "Kau berhasil mengandung waktu itu?"

Gun mengangguk. Gun memang hasil percobaan pertama sang profesor. Awalnya seisi markas yakin kalau Gun gagal hamil saat itu. "Tapi aku kehilangan kemampuanku."

Win mengerutkan alisnya. Heran. Saint, salah satu teman mereka, adalah percobaan generasi kedua sang profesor. Ia kembali dalam keadaan mengandung, dan berhasil menurunkan kemampuannya pada sang anak. Saint sama sekali tak kehilangan kemampuannya. Lalu kenapa Gun bisa kehilangan kemampuannya?

"Kemampuanku seperti terambil oleh anakku. Dia bisa membaca pikiran."

Pluem? Di antara bingungnya Win ingat akan Pluem. Jadi ... Pluem adalah anak Gun dan Jumpol?

"Lalu kemampuanmu yang lain?" desak Win masih tak percaya kalau mereka bisa kembali menjadi manusia normal.

"Aku masih bisa melihat masa lalu."

"Hanya itu?"

Gun mengangguk sambil tersenyum. Tentu senyuman itu sama sekali tak membuat hati Win tenang. Gun sama seperti Win dan Saint, memiliki tujuh kemampuan. Itu pulalah yang membuat mereka bertiga dan sejumlah orang –yang sama-sama memiliki tujuh kemampuan—dijadikan objek rekayasa gen oleh profesor. Rekayasa yang membuat mereka memiliki kemampuan untuk menjadi induk kandung.

Tujuannya? Tentu saja untuk menghasilkan lebih banyak manusia dengan revolusi gen yang lebih unggul dari manusia biasa.

Sayangnya tak semua mutagen berhasil mengembangkan kemampuannya untuk memiliki tujuh kemampuan. Win adalah induk kandung terakhir yang berhasil direkayasa oleh profesor. Dia menjadi harapan terakhir bagi manusia golongannya untuk menghasilkan manusia unggul baru.

Gun menyentuh lengan Win. "Terlalu lama jika kau bercerita. Biar aku lihat sendiri."

Win mengangguk. Gun bisa melihat semua yang Win alami hanya dengan menyentuh lengan Win. Jelas itu menyingkat waktu bicara mereka. Soalnya, ada Bright yang sudah tak sabaran di ujung ruangan.

"Kau sudah bertemu dengan Pluem?" tanya Gun antusias ketika melihat apa yang Win lihat.

Win mengangguk. Ia mengatakan kalau Pluem adalah anak yang manis dan baik hati, sama seperti Gun. Raut sedih sedikit tersirat di wajah Gun. Gun memilih mengasingkan diri di tengah hutan demi melindungi Pluem. Ia tak mau membuat Pluem menjadi bahan olokan dan terus dikatai monster.

Dengan kemampuan terakhirnya, Gun merekayasa memori penduduk pulau. Membuat seluruh penduduk pulau yakin kalau Pluem adalah adik kandung Bright.

"Joss?" Tanpa sadar nada bicara Gun sedikit naik. Ia melepas lengan Win lalu bertanya, "tapi kau tidak terluka, kan?"

Win menepuk pelan pundak Gun. Tak ada yang perlu dikhawatirkan tentang Joss. Win tahu persis bahwa Joss bertingkah demikian karena takut kembali kehilangan teman. Walaupun kadang dia juga diliputi rasa kesal dan amarah jika sudah berhadapan dengan Joss, dia yakin Joss tak pernah benar-benar berniat membahayakannya.

Gun pun melanjutkan menyentuh lengan Win. Melihat apa yang Win alami. Setelah beberapa saat ia menjerit sejenak lalu terkikik geli.

Win heran. Apa yang Gun lihat barusan?

Bright sampai mendekat. Karena khawatir, sekaligus penasaran.

Gun masih tertawa geli. Wajahnya sampai merah padam. Tubuhnya terhuyung ke depan untuk menahan rasa sakit diperutnya karena terus tertawa.

Setelah cukup tenang, Gun melirik ke arah Win. Senyuman jahil terpajang di sana. Setelah itu dia melirik ke arah Bright.

"Aku tahu, apa yang kalian lakukan tadi malam."

Semburat merah langsung menyebar di wajah Win dan Bright. Untuk pertama kalinya Bright tersenyum setelah berada di dalam rumah Gun. Dia melirik Win yang juga berhias semburat kemerahan.

Tatapan Win dan Bright bertemu. Tak perlu penjelasan. Ketika mereka sama-sama tersenyum, sudah sangat menjelaskan kalau mereka benar-benar saling jatuh cinta.


 

=0_0=


 

Bright mendekap Win dengan erat. Orang yang ia cintai itu tengah menangis. Air mata kesekian kalinya yang tertumpah malam itu.

Begitu sampai di rumah pondok sementaranya, mereka berdua bicara serius. Win menjelaskan tujuannya datang ke pulau ini. Alasannya karena manusia di pulau ini memiliki darah paling sehat dan cenderung panjang umur. Terbukti dengan banyaknya tetua di pulau ini. Dua hal itu adalah hal yang sangat penting bagi mutagen.

Sama persis dengan yang Gun lakukan ketika datang untuk menjerat Jumpol. Win datang ke pulau ini untuk menjerat agar dibuahi. Dan sama persis dengan yang Gun alami, Win juga jatuh hati.

Bright mengusap wajahnya kasar. Dia melepaskan pelukannya lalu menciptakan jarak sedikit dari Win. Dia masih merasa tertampar karena sudah menentang dan menantang orang tuanya demi membela Win.

"Harus aku?"

Win mengangguk. Dari awal, target misi sudah ditentukan oleh profesor. Manusia dengan kualitas fisik paling sempurnalah yang dijadikan tujuan. Dan Bright adalah definisi sempurna untuk kategori itu.

Bright mengerang geram. Dia merasa bodoh karena percaya akan imajinasi sepihak bahwa Win tertarik padanya sedari awal.

Win memeluk Bright. Dengan lantang Win mengatakan kalau ia benar mencintai Bright. Bukan rekayasa, bukan berpura-pura, dan benar adanya. 

Bright mengusap wajahnya sendiri sekali lagi. Dia mengatur napas lalu menatap Win dengan dalam.

Bright pun paham. Memang sekarang begitu terasa pancaran cinta dari kilau mata Win. Bright yakin ini bukan imajinasinya.

Win pun menjelaskan bahwa ia tak lagi sama. Bright telah menanamkan hidup baru dalam dirinya. Bright heran, namun tak sebesar rasa herannya ketika pertama kali melihat hal tersebut terjadi pada Gun. Tapi dia masih saja merasa tak masuk akal dengan laki-laki yang mengandung.

Win juga menjelaskan bahwa ia harus meninggalkan pulau ini. Kembali ke markas profesor. Karena misinya sudah selesai. Dia tak mau membahayakan kehidupan Bright. Profesor, Joss, dan seisi markas bisa saja menyerang pulau ini demi membawa Win pulang secara paksa. Dan yang paling penting nyawa baru di dalam perutnya.

Kini berbalik Bright yang lalu memeluk Win erat. Jika memang Win bisa mengandung, berarti di perut Win akan ada darah dagingnya. Bright tak mau berpisah.

"Baii, aku janji aku akan menjaganya dengan baik," ucap Win sambil membuat tangan Bright mengelus perutnya. Kalimat barusan terasa begitu berat. Win pun sesungguhnya tak mau berpisah dengan Bright. Tapi ia tak siap hidup sebagai manusia normal. Dia butuh berada di markas profesor. Tempat teraman untuk manusia golongannya. Terutama anaknya nanti.

Walaupun belum begitu hidup, Win yakin di perutnya sudah ada nyawa baru. Dia bukan manusia biasa berjenis wanita yang harus menunggu untuk tahu ada nyawa baru atau tidak. Dia adalah hasil rekayasa gen yang sudah pasti mengandung jika dibuahi.

Bright menggeleng. Dia berpikir cepat. Entah dari mana ide itu muncul. Tapi tak ada salahnya untuk mencoba. "Ayo kita kabur."

Wajah Win yang sempat tertunduk kini terangkat untuk menatap Bright. Sisa isak tangis masih mengular di pipi Win. Dengan lembut Bright mengusap wajah Win sambil mengangguk. Tatapannya hangat dengan senyuman mengulas di wajahnya. Dia seolah meyakinkan Win kalau itu adalah pilihan yang bagus.

Win tampak berpikir dalam ragu. Setelah itu dia menggeleng dengan wajah ketakutan. "Joss pasti tahu. Dia akan mengekori kita. Dan itu akan membahayakanmu, Baii. Aku tak siap kalau kau kenapa-napa!"

Bright mendecak kesal. Dia pernah sekali melihat Joss. Ketika membuat Jumpol meregang nyawa, membuat Pluem kehilangan ayah, dan membuat Gun menangis hingga banyak purnama.

Sejak saat itu, hingga sekarang, kebencian pada Joss semakin bertambah. Dia geram karena laki-laki kejam itu bisa saja mengambil Win kapanpun yang ia mau.

"Pasti ada cara untuk menghindari Joss." Bright memegang pundak Win. "Kau yang lebih mengenalinya, kau yang tahu apa kelemahannya. Dia hanya punya kemampuan membaca pikiran dan berpindah tempat, tentu dia lebih punya banyak kelemahan dibandingkan kau yang punya tujuh kemampuan."

Win mengusap air matanya. Dia tak yakin Joss punya kelemahan. Kemampuan membaca pikiran begitu mumpuni dan membuat Joss bisa mengambil langkah cepat agar tak kalah. Itu pula yang membuatnya dijadikan tangan kanan profesor. "Baii, please. Kita memang tak mungkin bersatu, Baii," desah Win sambil membelai wajah Bright. "Tak mudah membodohi Joss dan Profesor."

"Jika dia memang bisa membaca pikiranmu, kenapa dia tak datang saat kau bertemu dengan Gun?"

Win berpikir. Yang barusan Bright katakan, ada benarnya juga. Bahkan seharusnya, Joss sudah datang saat Win akan bersetubuh dengan Bright. Soalnya, Win sudah mulai jatuh cinta saat itu, bukan semata menyoal menjalankan misi dari profesor. Joss sangat menentang itu. Dia tak mau kembali ada yang berkhianat di markas.

Bagaikan kumpulan cuplikan film, Win pun akhirnya menyadari sesuatu. Joss memang tak pernah mengakuinya. Tapi, jika diingat lagi, Joss tak pernah berhasil membaca pikiran Saint dan beberapa teman induk kandung lainnya setelah satu kejadian. Win tak tahu persis. Tapi, dengan Joss yang tak pernah sadar keberadaan Gun, turut membuktikan kesimpulan Win. 

Win mencoba sekali. Dengan sengaja di dalam pikirannya, Win berteriak, menantang Joss untuk datang saat ini juga. Win menunggu. Dulu dia sering menjahili Joss dengan cara seperti ini. Biasanya Joss langsung datang dalam hitungan detik.

Tapi, hampir semenit sudah. Joss pun tak datang.

Dengan senang hati Win menangkup wajah Bright. "Baii, sepertinya aku tahu kelemahan Joss."
 

Win tak sepenuhnya yakin. Tapi sepertinya ... Joss tak bisa membaca pikiran induk kandung jika sudah dibuahi.




 

=TBC=
 

Haloow... semoga masih betah dan dapet feel ceritanya ya...

Jangan malu-malu untuk meninggalkan jejak ya. Aku nggak gigit kok.

Terima kasih sudah singgah :)

 

14 Juli 2020

@AnubeeNuhippo 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet