1: Misi

BrightWin ― DEEPER

...

..

.

 

Sosok kurus tinggi berdiri tegap di sisi dermaga. Tubuhnya tersandar ke salah satu tiang lampu yang membiaskan cahaya putih kekuningan. Kepalanya tertutup tudung jubah berwarna hitam. Matanya separuh tertutup oleh bilah kain tudung. Namun jelajah matanya tak terhalang.

Dengan liar matanya menatap selingkung dermaga yang hiruk pikuk dan berbau amis. Sosok yang ia incar belum muncul.

Ia menundukkan kepalanya sedikit ketika beberapa nelayan menatapnya curiga.

Pukul delapan malam. Ia yakin betul kalau dia tak salah mengingat waktu yang ditentukan untuk bertemu dengan sosok itu. Kembali ia lirik jam tangan peninggalan ibunya yang sudah mulai usang. Lima menit berlalu dari waktu yang dijanjikan. Sepuluh menit sudah ia berdiri di sini. Awan hitam pertanda akan hujan mulai mengular di langit malam.

"Ternyata kau tak kabur."

Satu suara menyapanya. Bau amis yang tadi menusuk hidung kini tersamar dengan bau mawar. Dengan kepala yang tertunduk, mata sosok kurus itu menangkap ujung sepatu yang berada di hadapannya. Sekitar satu meter. Kepalanya yang tadi tertunduk pun ia tegakkan.

Itu dia, sosok yang ia tunggu sedari tadi. Tubuh bongsor sosok pendatang baru itu tampak menjulang dibanding tubuhnya.

"Seperti biasa, kau memang hebat dalam hal menunggu." Sosok bongsor itu menganggukkan kepalanya seolah tahu bahwa sosok kurus akan tetap menunggu di sisi dermaga. "Tapi tak kukira, kau masih menungguku, Nong Win!"

Sosok kurus bernama Win itu terus menatap sosok bongsor di hadapannya. Ini bukan soal dia hebat dalam hal menunggu, tapi dia sadar betul bahwa dia harus melakukan semuanya. "Infonya?" Win menjulurkan tangan kanan dengan telapak yang terbuka.

Sosok bongsor itu menaikkan sedikit alisnya sambil menatap remeh telapak tangan Win. "Kukira kau takut, Win." Lagi, sosok bongsor itu memberi tatapan meremehkan. Win menggeratakkan giginya. Sosok di hadapannya pun terkekeh. Lagi-lagi dengan nada meremehkan. "Kau yakin?"

Win makin menjulurkan telapak tangannya yang terbalut sarung tangan kulit berwarna hitam. Ia bukan tak takut, dan sebaliknya, ia bukan sosok pemberani pula. Tapi, Win sadar, hanya dia yang bisa melakukan ini, dan dia harus melakukan ini. Rasa takut harus ia buang. Dia terpaksa siap. Dia harus siap. Dan dia akan siap. "Cepat berikan, atau aku tinggal kau, Joss!" Nada bicara Win pun naik. Dia tak suka diperlakukan seperti ini.

Sosok bongsor bernama Joss itu kembali tertawa. Suara tawa yang membuat Win makin kesal. Win memegang telapak tangannya yang tadi terjulur. Dia menyentuh sarung tangannya.

Tawa Joss terhenti. "Hei, hei, tenang! Aku hanya bercanda!" Ada sedikit rasa takut yang tersirat di suara Joss barusan.

Win kembali merekatkan sarung tangannya. Mata tajamnya dengan serius mengunci tatapan mata Joss. Untung sosok itu paham. Joss merogoh saku jubahnya. Ia keluarkan secarik kertas kecoklatan.

"Jangan sampai salah langkah. Kita sudah kehilangan saudara karena ini."

Win menarik kertas itu dari tangan Joss. Matanya mendelik ke arah Joss yang kini berhias wajah dingin dan datar. "Saudara?" Kini balik Win yang terkekeh merendahkan kalimat Joss barusan.

 

 

=0_0=

 

 

Win mengelap percikan air laut yang menerpa wajahnya. Deru mesin perahu motor mengisi telinganya. Kepala Win sempat terasa berputar tak jelas karena bisingnya deru mesin. Sudah lama ia tak berpindah tempat dengan cara seperti ini.

"Kau sendiri saja?"

Win menoleh ke arah nakhoda. Dia mengangguk dengan memajang senyum palsu. Dia harus tampak ramah dan normal. Jangan sampai ada yang curiga.

"Semalam ini seharusnya kau tak sendiri, Nong." Nakhoda yang sedari tadi terus bicara tentang susahnya mencari penumpang kembali bicara pada Win. Jika Win tak berhasil mengontrol emosinya, mungkin tubuh nakhoda ini sudah tenggelam di laut dalam sejak satu jam lalu. Bahkan setelah satu jam, nakhoda ini masih memiliki banyak hal untuk dibicarakan. Ajaib! "Kau tahu kan, akhir-akhir ini banyak kejadian aneh. Banyak berita mengenai orang hilang..."

Win benci bahasan ini!

"...dan hari berikutnya orang-orang hilang itu ditemukan tak bernyawa dengan kondisi tak biasa," sambung sang nakhoda. "Apa benar ada monster?"

Win memasang senyum palsu lagi, lalu menggeleng. "Aku tidak tahu, Phi Green."

Nakhoda bernama Green pun mengangguk. "Tapi jujurnya aku merasa ini aneh." Dia menelengkan kepalanya ke kanan seolah hal itu membantunya berpikir. "Kurasa berita yang beredar begitu berlebihan. Mana mungkin ada monster. Itu hanya bualan saja."

Lagi, Win benci bahasan ini!

"Oh, itu dia!" Jerit antusias Green barusan menarik perhatian Win. Dia mengikuti arah telunjuk Green yang terentang ke depan.

Win mengembuskan napas lega. Pulau kecil yang menjadi tujuannya sudah sempurna terlihat. Tampak titik lampu yang bergerak membuat satu pola. Win tak begitu mengerti, tapi sepertinya itu adalah kode dari penjaga dermaga untuk sang nakhoda.

"Jangan lupa kabari aku kalau kau ingin kembali ke kota!" ucap Green begitu Win turun dari perahu motornya.

Win mengangguk. "Aku hanya seratus hari di sini. Kau bisa menjemputku di hari itu, Phi."

Green mengacungkan jempolnya. Dengan teriakan antusias berisi janji bertemu seratus hari lagi, Green melambaikan tangannya sambil menjauh dari dermaga.

Mata Win mengantar kepergian Green. Satu tas jinjing besar cukup berat di tangan kirinya, dan satu tas punggung besar yang juga berat membuat tubuhnya mendamba kasur untuk istirahat.

"Dokter?"

Kepala Win otomatis tertoleh ke sumber suara. Setelahnya mata Win terpejam kuat. Tangan kanannya otomatis bergerak naik ke bagian depan matanya. Menghalang sorot cahaya yang berasal dari sosok di hadapannya. Tas punggung yang baru saja akan ia angkut di punggungnya pun terjatuh.

"Oh, maaf." Sosok di hadapannya menurunkan senter yang dia pegang.

Win bernapas lega. Matanya bisa terbuka lebih mudah sekarang. Ia tatapi sosok bertubuh tegap dengan tinggi badan yang tak begitu jomplang darinya.

"Aku Bright," ucap sosok itu sambil menjulurkan tangannya untuk berjabat.

Ini dia target Win. Senyum palsu kembali Win pasang untuk menghiasi wajahnya. Berbanding terbalik dengan sosok Bright yang tersenyum lebar ketika melihat Win. Senyuman dengan tatapan mata yang entah mengapa mengingatkan Win pada serigala.

Win tak mau ambil pusing dengan tingkah Bright. Ia memungut tas punggungnya yang tadi terjatuh, sengaja ia pegang dengan tangan kanannya. Dia lalu melirik ke arah tangannya untuk memberi kode bahwa ia tak bisa berjabat dengan Bright. Tangannya sudah penuh.

"Harit!" Bright sedikit berteriak untuk memanggil seseorang.

Win sempat bingung karena tampaknya Bright datang sendiri tadi. Tak lama kemudian muncul satu sosok yang langsung menarik-narik tas Win. Sosok yang tadi memberi kode untuk kapal Green dengan gerakan-gerakan lampu senter rupanya.

"Biar aku saja, Dokter."

Win hampir lepas kontrol. Dia mengatur pelan napasnya, berusaha menetralkan detak jantung yang sempat terpacu. Senyum palsu kembali ia pasang. Ia harus tenang. "Yang ini saja," ujar Win menyerahkan tas punggungnya.

"Kau yakin? Aku kuat membawa semuanya." Harit menekuk tangan kanannya lalu menepuk lengannya sendiri, seolah meminta Win jangan meragukan kemampuannya.

Win menggeleng sambil tersenyum. Tentu saja senyum palsu lagi. Untung Harit tak memaksa dan memilih berjalan setelah menyalakan senter yang terletak di kepalanya.

"Ayo jalan." Kali ini Bright yang bicara. Dia memberikan satu senter pada Win. Tak lupa Win mengucapkan terima kasih pada Bright setelahnya.

Sebenarnya Win tak begitu membutuhkan senter ini. Namun dia harus melakukan semua hal agar orang-orang di pulau ini tak curiga. Demi melakukan misi penting dalam seratus hari. Tak ada yang sulit untuk berpura-pura menjadi manusia baik dalam seratus hari.

Jalanan yang mereka lalui tak mulus. Jalanan itu terjal membelah hutan pinus, terasa begitu melelahkan. Yang membuat tenang hanyalah suara ombak laut dan suara binatang-binatang hutan.

Sudah lama Win tak berjalan kaki seperti ini.

Yang ada di pikiran Win hanya tempat tidur. Dia tak suka beraktivitas melelahkan begini. Jika bukan karena ia satu-satunya yang bisa melakukan ini, dia mungkin sudah kabur sekarang.

Walaupun tampak mudah, Win benci berpura-pura.

 

 

 

=TBC=

 

Revealed Character

Win

Joss

Joss

Green

Green

Bright

Bright

Bright

Harit

Harit

 

Tertarik untuk lanjut?

Semoga betah ya :)

 

 

 

by AnubeeNuhippo

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet