puasa

kisah klasik (untuk masa depan)

 

 

“Ikut puasa, yuk?”

Salah satu alasan Hitomi jatuh hati pada Chaewon empat tahun yang lalu adalah ketersediaannya untuk turut merasakan perjuangan orang lain. Waktu kecil dulu, orang bilang aku ga ada empati, ujarnya kala Hitomi memberanikan diri untuk bertanya di “kencan” mereka yang ketiga. Jadi kadang, biar aku bisa tau dikit soal perasaan orang, aku coba buat ikut ngalamin yang dia rasain juga.

Saat itu, Chaewon mengunjunginya di kios sujebi pinggir jalan tempat Hitomi bekerja paruh waktu, dan dengan antusias menawarkan bantuan tenaga kerja kepada tim yang jelas sedang kewalahan karena aliran pengunjung yang hari itu membludak ingin dihangatkan kuah gurih dari hembus dingin lapisan salju. Chaewon bukan tenaga pembantu paling ahli di dunia—potongan sujebinya kalah konsisten dengan jadwal gaming Mitsu—tapi pemilik kios tersenyum lebar, menggoda Hitomi sesekali, dan mereka berdua disuguhi seporsi sujebi spesial racikan beliau sendiri setelah aliran pengunjung mulai menyurut. Chaewon duduk di sampingnya, lelah tapi tanpa keluh, meniupi sesendok sujebi pelan-pelan sebelum menawarkannya pada Hitomi, dan rongga dada Hitomi serasa dituangi semangkok kuah sujebi yang hangatnya tak tertandingi.

Hitomi tersenyum, sesaat terhanyut di dalam memori masa lalu. Ketika perhatiannya kembali ke masa kini, seorang gadis kecil dengan kedua mata yang berbinar cemerlang sedang merengut di pangkuannya.

“Puasa itu apa, Ma?”

Chaewon tertawa pelan, mengelus rambut hitam anak perempuan mereka. “Coba nanti Choonhee tanya Kak Aisyah,” ujarnya ringan. “Puasa itu salah satu aktivitas yang diwajibkan oleh agamanya.”

Choonhee mengangguk-angguk, walaupun ia belum paham. Setidaknya ia sudah diberi satu petunjuk: Aisyah, mahasiswa student exchange yang sudah dua bulan ini tinggal bersama keluarga Kim-Honda selagi menempuh double degree di Universitas Ewha. Meski ini kali pertama mereka mendaftar untuk menjadi host, Aisyah adalah sosok remaja yang disiplin dan sopan, sehingga Hitomi dan Chaewon merasa lega. Ia tak pernah keberatan menjawab pertanyaan-pertanyaan Choonhee; ‘Kakak kenapa kepalanya ditutup? Kakak sering basuh muka, ya, muka Kakak kering ‘kah? Mama punya face-mask buat kulit muka kering Kak, tanya aja! Eh, eh, Kakak Aisyah, kenapa nggak suka samgyeopsal? Padahal enak lho… Kak! Kak! Tadi Choonhee liat Kakak pakai kostum putih-putih dari jendela, Kakak diam-diam ninja ya?’

Choonhee selalu punya pertanyaan baru setiap akhir minggu, dan Aisyah akan menjelaskan dengan nada suaranya yang selalu riang, tutur katanya lembut meski kadang terpatah saat harus menemukan kata-kata tak lazim di bahasa Korea.

(Lalu, sebagai balas budi, Choonhee sering menanyai Chaewon dan Hitomi kalau restoran atau tempat makan yang mereka datangi punya menu halal. Jika iya, ia akan meminta keduanya untuk membelikan seporsi untuk Aisyah yang masih lembur di kampus. Atau, jika jawabannya tidak, Choonhee akan meminta Hitomi untuk menanyai Aisyah tentang oleh-oleh apa yang ia inginkan. Aisyah sering menolak dengan sopan, tak ingin merepotkan, dan jika sudah begitu, Choonhee akan mengusulkan bungeoppang—karena Aisyah pernah bilang bahwa jajanan yang satu itu pasti halal, dan ia sendiri juga suka. Memang dasar anak kecil.)

“Yakin mau ikut puasa?” tanya Hitomi memastikan.

Chaewon mengangkat alisnya, lalu mengangguk. “Kenapa nggak? Kita coba aja dulu. Mestinya nggak gitu beda sama dulu waktu Minjoo bikin kita ikutan intermittent fasting.

Senyum Hitomi melebar, karena ia tahu Chaewon juga ingin membuat proses berpuasa pertama Aisyah agak lebih mudah. Meskipun mahasiswi itu juga telah terintegrasi ke komunitas Muslim di area kampus, Hitomi juga pernah berbincang tentang kecemasan-kecemasan yang masih dipunyai Aisyah tentang masa tinggalnya di Korea, menyinggung Islam pelan-pelan setelah menceritakan proses adopsi Choonhee dan alasan mereka dalam memutuskan untuk menetap di Seoul.

Hari pertama itu yang paling sulit, ujar Aisyah ketika mereka sampai di topik berpuasa. Tapi saya kuat, kok, orangnya. Senyum gadis berhijab itu tulus, namun Hitomi tahu betul bagaimana rasanya merantau dan merasa sendiri.

Karena itu, usulan Chaewon membuatnya bersyukur. Sebab mereka sehati dalam hal ini, ingin meringankan jalan Aisyah dalam menunaikan ibadah agamanya sekecil apapun itu. Maka ketika bel depan berbunyi dan Choonhee meneriakkan nama Aisyah dengan riang, Hitomi tak serta-mertanya menyusul anak tercinta mereka. Digamitnya tangan Chaewon, menahannya dari menyusul Choonhee ke ruang tamu.

“Hitoma?”

Hangat menyelimuti dada Hitomi berkat sapaan sarat kasih sayang itu, dan ia salurkan hangat itu dengan melangkah mendekat, berjinjit sekilas, dan mencium bibir pemilik relung hatinya itu. Ciumannya ditanggapi dengan rengkuh kedua lengan yang dengan lembut memeluknya, dengan senyuman Chaewon yang masih tersungging ketika Hitomi melepas pagutan bibir mereka untuk menatap wajahnya.

That’s for being an amazing person,” ujar Hitomi pelan, membuat senyum di wajah Chaewon semakin berkembang.

“Soalnya motivatorku ahli nyemangatin.” Dicubitnya pucuk hidung Hitomi. “Soalnya motivatorku kamu.”

Hitomi tertawa, dan kali ini diikutinya langkah Chaewon menuju ruang tamu. Aisyah sedang duduk di sofa, Choonhee manggut-manggut dengan ekspresi penuh konsentrasi sembari mendengarkan penjelasan Aisyah tentang sahur dan buka puasa.

“Choonhee, biarkan Kak Aisyah ganti baju dulu!”

Choonhee mendongak, mengerjap-kerjapkan matanya seolah baru sadar bahwa kedua orangtuanya sudah memasuki ruang tamu. Kemudian sebuah cengiran penuh semangat menghiasi wajahnya, “Mama! Bunda! Choonhee tau gimana caranya buat bikin puasa Kak Aisyah ringan!”

“Oh?” Hitomi dan Chaewon menempati sofa yang belum terisi, posisi duduk agak maju dan perhatian sepenuhnya ke anak perempuan mereka. Aisyah ikut memandangi Choonhee dengan penasaran, sama tidak tahunya dengan ide cemerlang yang dipunyai anak lima tahun itu.

Air muka Choonhee berubah serius. “Tante Sakura ‘kan punya radio sore-sore…”

Hitomi menaikkan alis. “Mmmhm…”

“Kita request adzan Maghrib aja!”

Hening sejenak menyelimuti ruang tamu kediaman Kim-Honda.

Lalu tawa pertama terpecah, dari Aisyah, yang serta merta menyembunyikan tawanya di balik kedua tangan. Chaewon dan Hitomi menyusul, dan Choonhee ikut tertawa karena suara tawa mengindikasikan rasa senang dan Choonhee senang ketika orang lain senang.

 

 

 

(Esok paginya, selagi Hitomi mendiskusikan jam sahur dan makanan apa yang Aisyah rasa paling tepat untuk dimakan saat itu, Chaewon mengajak Choonhee ke luar rumah dan menjelaskan bahwa idenya, meski jenius, masih punya satu kelemahan: Aisyah tidak mau menipu Tuhan. Tapi Choonhee tidak perlu merasa bersalah! Kata Aisyah, Tuhan juga tertawa tadi malam, dan percaya bahwa Choonhee adalah anak Mama dan Bunda yang baik hati dan berhak dibelikan bungeoppang.)

 

 

 

END

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Dandyul0v3
1346 streak #1
Chapter 9: kangen izone TT
Nblash #2
Chapter 5: Habis baca cute, lompat ke treat.. Sungguh ini uwu sekali ~~
cheeky-ssam
#3
Chapter 5: LUCU AAAAA---logat Jawanya awokwokwokwok bikin makin tergelitik. Jadi gatel melanjutkan fanfiksi yang juga tentang maba & kating di fk, tapi ngga sampai hati menulis-- untung ada yang menulis spt ini,, dahaga jadi terpuaskan:D

Thank you for writing this great piece, nont--sama:DDDDDDDDD
Hiinako75106
#4
Chapter 5: Duh maba lutcu, sini dek sama kk aja :D
cheeky-ssam
#5
Chapter 2: Baca ulang karna bentar lagi lepas gelar MABA #Eaaa lama banget anjir w yudisiumnya...

NAKOCHAN SAMA W AJA GIMANA-
taequeen10 #6
Chapter 4: Hiya hiya hiyaaa... Diabetes gue.. Bgus amat kata2nya
letsmeetagain
#7
Chapter 1: damn, i really wish i could understand this smh a whole tragedy, luv
taesecretfan #8
Chapter 4: I wish i can understand at least half of this. But still, i enjoyed reading this. Thank you~
Hiinako75106
#9
Chapter 4: Chaewon : bla bla bla
Gue : *muntah online, cringy bgt anjir
kimtaetaehwang #10
Chapter 4: Baca berkali2 pun pingin rasanya nge geplak chaewon
Gombalannya luar biasa bikin orang pingin muntah
Untung SsamBbang lucu, kan jd tetep aja senyum2 sambil ngeremet guling gara2 saking manisnya coba itu orang lain udah tak tendang kali biar terbang ke luar angkasa biar dimakan alien xD