treat

kisah klasik (untuk masa depan)

 

 

[Draft_Uni101]

     dari: hamba tuhan kedelapan

     untuk: choi yena-nya seluruh umat mipa

     pesan: kak aku yg kemarin kakak bantuin ngeluarin sepeda motor di parkiran depan fapet :’) dulu semasa ospek aku ga paham kenapa temen-temen aku pada kesengsem gitu sama kakak tapi sekarang aku jadi ngerti… makasih buat kebaikannya ya kak, meskipun kakak mungkin udah nggak inget siapa aku hehe. semoga harimu indah, kak. (boleh sayang dikit nggak?) hehe nggaaak nggak bercanda aja, semangat kuliahnya kak! :)

komentar:

  | kimchae_: ngga pada bosen apa ya ngebaca pesan buat dia lagi dia lagi

  | leechae: @chyena umatmu nyariin lagi itu

  | mskr_: dek dia jomblo kok dek deketin aja dek

  | kangyeehaw: ‘semangat kuliahnya kak’ pret yg disemangatin mbangkong padahal

  | chyena: @kangyeehaw DIEM GAK

  | ebkwon: tida hanya mbangkongan, rupanya dia juga kasar guys

  | chyena: gak. jadi. nraktir. bakso.

  | kangyeehaw: @chyena KOK GITU?!?!

 

 

 


“Yuri jadinya ngirim beneran ke draft buta?”

Yuri menoleh dari tempatnya menstabilo lembar-lembar daftar pustaka, sebuah senyum simpul mengembang untuk teman seperospekannya. “Iya. Hitung-hitung numpahin isi hati, biar nggak meledak gara-gara diempet sendiri.”

Nako cuma mengangguk-angguk, seketuk jari telunjuknya membuka aplikasi LINE, di mana draft buta menghiasi linimasa. Absennya perbincangan mereka sejenak diisi oleh deru transportasi yang lalu-lalang, terpecah hanya ketika Nako kembali berujar,

“Lah, isi komentarnya kok kebanyakannya golongannya Kak Yena?”

Yuri tertawa kecil. “Iya, nggak tau tuh. Lucu bacanya, kayak geng anak kecil berantem.”

“Ngerasa aneh gak sih, ngeliat Kak Chaewon muncul juga? Komen pertama lagi.”

“Iya, lumayan aneh, soalnya selama dia jadi disma dia nggak pernah keliatan—"

“Takut khilaf di luar karakter, kali,” Nako mencibir, kerlingan matanya menyenggol sosok Hitomi yang duduk di sebelahnya, tekun mengerjakan laporan praktikum untuk esok lusa. “Kalau nggak ngasingin diri gitu, bisa-bisa sang setan keceplosan jadi malaikat buat mochi tercinta kita sebelum rangkaian ospek kelar. Iya, nggak, Hii?”

Tanggapan Hitomi elegan sangat; cuma setutur, “Apa, sih, kalian?” disusul pukulan ringan ke pundak Nako. Sayangnya ada semburat rona merah menyapu kedua pipinya, bukti nyata yang sudah tentu akan dijadikan senjata oleh Nako—

“Yuri, Yuri!”

—kalau si pendek itu tidak tetiba sibuk menyebut nama Yuri.

“Hah, apa?” tanya Yuri heran, dan mulut Nako komat-kamit tak bersuara. Yuri mengernyit, mencoba membaca gerak bibir Nako. Bunyinya kira-kira, arah jam sepuluh. Kerutan di dahinya mendalam, dan ia memutar tubuhnya ke arah yang dimaksud—

“Hai, Dek!” sapa sebentuk Yena yang datang tiba-tiba.

Yuri ternganga. “Eh—” ia mengerjap, matanya menyipit sejenak karena cengiran Yena yang terlalu silau, “um—halo juga, Kak!” Ini Yuri sedang mimpi, tidak, ya?

“Mau tanya! Katanya Pak Hongki ngajar kelas kalian nanti sore, ya?”

Oh.

“Iya, Kak, jam tiga seperempat di ruang dua titik satu.” Yuri tersenyum, dalam hati merutuki dirinya sendiri karena sudah berpikir aneh-aneh. Yena menghampirinya karena urusan kuliah, bukan apa-apa. “Ada perlu sama beliau, ya, Kak?”

Yang ditanya mengangguk, cengirannya melembut menjadi satu senyuman manis. Hati Yuri berdesir diberi pemandangan begitu, tapi ia bukan siapa-siapa. Semua maba juga tahu Yena itu baik ke semua orang, dan mudah lupa sama wajah-wajah yang ditemuinya—dia pasti sudah lupa tentang Yuri, meskipun mereka masih satu jurusan.

“Dek? Dek?”

Yuri mengerjap, monolognya seketika menguap. “Eh, iya Kak?”

“Kok melamun? Udah punya trauma dari kelasnya Pak Hong?”

“Ih, enggak, Kak! Pak Hongki orangnya baik—”

Pembelaannya terputus oleh suara tawa Yena. “Aduh, bercanda, bercanda.” Empunya sampai memegang perut saking puasnya tergelak. “Jangan serius-serius, ah, Dek! Nanti cepet tua, cepet nambah keriput. Kayak Chaewon—”

“Kayak siapa?”

Bajigur!

Yena melompat ke samping, tepat waktu untuk menghindari ayunan tangan Chaewon yang tahu-tahu hadir. Yuri menggigit lidahnya, menahan diri untuk tak tertawa. Begitu-begitu, Chaewon itu mantan anggota disiplin mahasiswa. Masih terngiang bentakan-bentakan dan sesi penggorengan apel pagi sepanjang ospek, membuat rasa sungkan untuk kakak tingkat satu itu membekas.

“Ditungguin di warung bakso malah modusin maba,” dengus Chaewon, tangannya sekali lagi melayang ke arah kepala Yena.

“Orang lagi mastiin jadwalnya Pak Hong!" balas Yena sambil gerak kesana-kemari, dengan lincahnya menghindari tangan setan yang bertekad untuk menjewer telinganya. "'Kan udah bilang juga di grup.”

Akhirnya Chaewon menyerah, tangannya pensiun dari dunia persilatan dan lebih memilih untuk bertengger di pinggang. “Yaudah, cepetan ayo. Kasian Hyewon udah kayak orang puasa tujuh hari tujuh malem.”

“Iya, iya, ish, nggak sabaran amat. Bentar mau pamitan dulu.”

Pamitan???

“Hitomi!” suara Yena menggelegar, merusak kesunyian gazebo yang syahdu. Yuri meringis, merasakan berat pandangan seluruh penghuni gazebo yang tiba-tiba mengarah tajam ke mereka, namun yang menjadi sumber utama perhatian malah dengan santainya meneruskan, “Ini, Kak Chaewon-nya mau pamit ke warung bakso!”

Jedar.

Di dalam hatinya, Yuri berdoa semoga kematian Yena di tangan Chaewon nanti tidak terlalu nahas.

Ajaibnya, Chaewon tidak langsung men-smackdown Yena di tempat. Wajahnya memang merah padam, tapi dia cuma menendang pantat Yena sekali, lalu—

Lalu dia berjalan ke arah tempat Hitomi duduk.

Di samping Yuri, hidung Nako sudah kembang-kempis, sudut matanya berkedut disuguhi adegan k-drama gratis di siang bolong. Dan Yuri baru saja mau membetulkan posisi duduknya untuk menikmati hal yang sama ketika Yena berdeham,

“Dek.”

Yuri batal balik badan. Dia menoleh ke arah Yena lagi, kedua alisnya naik karena penasaran. “Iya, Kak?”

“Makasih, ya, buat informasinya.”

“Oh, itu.” Tangan kiri Yuri merayap ke leher, jemarinya menggaruk tengkuk yang tak gatal. “Iya, Kak, masama.”

“Aku pamit ke warung bakso, ya.”

Heh?

Yuri mengerjap, sejenak menimbang kalau-kalau Yena ini agak tidak beres. Sesaat kemudian, ia mengangguk, “Um, iya, Kak. Dadah Kak.”

“Terus,” ucap Yena lagi, namun kali ini kalimatnya menggantung, bibir empunya mengerucu sejenak, seperti paruh bebek. “Eh, ini, nggak penting sih, tapi—” Yena melirik ke arah suara derap langkah yang tetiba mendekat dan melotot, “Lah, Chaewon udah kelar? Anjir, bentar—”

“…Kak?”

“Aku inget kamu, kok!” tukas Yena cepat.

Yuri ternganga. Sesaat kemudian Chaewon sudah sampai di sisi Yena dan mencengkeram ujung tasnya, tanpa ampun mulai menggeretnya pergi—tapi Yena belum selesai mengoceh,

“Kalau kelas Pak Hong kelasmu yang terakhir, kita ke parkirannya bareng ya! Aku bantuin keluarin motor lagi!”

Yuri semakin ternganga, dagunya hampir-hampir menyentuh lantai.

Dek dijawab dong—

“Eh, iya, Kak! Iya nanti bareng!” teriaknya pada sosok Yena yang makin menjauh, diseret oleh Chaewon ke arah warung bakso. Yang diteriaki sontak selebrasi, sebelum kemudian dijitak oleh yang menggeretdan dipaksa untuk jalan dengan benar.

Rasanya Yuri ingin terbang.

Di sampingnya, Nako buang ingus tak terima. “Terusin aja semuanya punya gebetan, aku kapan?!

 

 

END.

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Dandyul0v3
1346 streak #1
Chapter 9: kangen izone TT
Nblash #2
Chapter 5: Habis baca cute, lompat ke treat.. Sungguh ini uwu sekali ~~
cheeky-ssam
#3
Chapter 5: LUCU AAAAA---logat Jawanya awokwokwokwok bikin makin tergelitik. Jadi gatel melanjutkan fanfiksi yang juga tentang maba & kating di fk, tapi ngga sampai hati menulis-- untung ada yang menulis spt ini,, dahaga jadi terpuaskan:D

Thank you for writing this great piece, nont--sama:DDDDDDDDD
Hiinako75106
#4
Chapter 5: Duh maba lutcu, sini dek sama kk aja :D
cheeky-ssam
#5
Chapter 2: Baca ulang karna bentar lagi lepas gelar MABA #Eaaa lama banget anjir w yudisiumnya...

NAKOCHAN SAMA W AJA GIMANA-
taequeen10 #6
Chapter 4: Hiya hiya hiyaaa... Diabetes gue.. Bgus amat kata2nya
letsmeetagain
#7
Chapter 1: damn, i really wish i could understand this smh a whole tragedy, luv
taesecretfan #8
Chapter 4: I wish i can understand at least half of this. But still, i enjoyed reading this. Thank you~
Hiinako75106
#9
Chapter 4: Chaewon : bla bla bla
Gue : *muntah online, cringy bgt anjir
kimtaetaehwang #10
Chapter 4: Baca berkali2 pun pingin rasanya nge geplak chaewon
Gombalannya luar biasa bikin orang pingin muntah
Untung SsamBbang lucu, kan jd tetep aja senyum2 sambil ngeremet guling gara2 saking manisnya coba itu orang lain udah tak tendang kali biar terbang ke luar angkasa biar dimakan alien xD