Chapter 5 : Apology

Second Confession

(Soo Ae POV)

Aku mengedipkan mataku beberapa kali, rasanya tidak mempercayai apa yang ada di hadapanku. Kang Joon tengah menatap ke arahku, dengan tatapan penuh amarah tentunya, ia duduk bersama dengan Min Ah dan seorang wanita cantik yang tidak kukenal. Tapi, tanpa harus bertanya pun, aku mengerti situasinya. Entah Min Ah yang sedang mengenalkan Kang Joon dengan perempuan yang ia anggap memiliki pengaruh terhadap karier adik satu-satunya itu, atau Kang Joon yang tengah mengenalkan teman perempuannya ke Min Ah. Kang Joon tiba-tiba tersenyum licik ke arahku, dan merentangkan tangannya ke arah wanita muda di sebelahnya.

Sebelum sempat aku bereaksi, Dong Won menepuk pundakku dan memberi isyarat untuk melihat ke arah jam 3. Mataku membesar ketika melihat Junsu dan Hani yang sedang menyantap makan malam, berpegangan tangan sambil sesekali tersenyum manis penuh cinta ke arah satu sama lain.

"Ambil gambar mereka sebanyak-banyaknya," ujarku sambil mendekatkan diriku ke arah Dong Won, karena ingin membantu dirinya menutupi kamera yang ia sembunyikan di pangkuannya. Dong Won menoleh ke arahku dan tersenyum penuh kemenangan, "Tenang saja, tim kita akan kembali memenangkan headline di minggu depan,"

Aku tersenyum penuh semangat sambil mengenggam erat pergelangannya. Rasanya tidak sabar untuk segera masuk ke kantor besok dan mulai menulis naskah cerita tentang mereka berdua.

"Bagaimana ini, aku rasanya terlalu estatik. Kau harus membantuku memilih beberapa judul headline yang sudah mulai berterbangan di kepalaku saat ini," ujarku yang dibarengi kekehan Dong Won dengan suara rendah.

Aku berbisik ke arah Dong Won, "Aku akan ke wc sebentar, dan setelah ini kita bisa menikmati makan malam dan pulang ke rumah untuk tidur pulas," yang dibalas dengan kedipan sebelah mata oleh Dong Won.

***

(Seo Kang Joon POV)

Rasanya aku nyaris menjatuhkan rahangku sendiri ketika Soo Ae tidak memberikan reaksi apapun ketika aku menaruh sebelah lenganku ke belakang bangku Seolhyun, padahal Seolhyun saja tersipu malu dan Min Ah tersenyum senang karena merasa aku memiliki tanggapan baik tentang perjodohan hari ini. Padahal bukan itu tujuanku meletakkan sebelah lenganku di belakang Seolhyun ini.

Soo Ae malah membalikkan badannya dan mendekatkan tubuhnya ke arah pria berwajah rubah tersebut. 'Omo! Bagian mana yang ia tempelkan ke lengan pria itu? Dan pria itu hanya diam saja? Seorang pria gentle tidak seharusnya mengambil kesempatan dalam kesempitan seperti itu bukan?' Aku menggelengkan kepalaku di dalam hati sambil mengepal kencang tanganku.

Hatiku kembali terbakar ketika melihat pria tersebut menoleh ke arah Soo Ae dan tersenyum lebar. Bagaimana bisa seorang laki-laki memiliki senyum indah dan memikat seperti itu? Aku saja rasanya nyaris jatuh cinta melihat senyumannya apalagi Soo Ae yang melihatnya dari jarak sedekat itu? Dasar pria hidung belang!!

Dan ke mana pula tangan Soo Ae sekarang? Kenapa dia mengenggam lengan pria itu seperti seolah-olah dia tidak akan pernah melepaskannya lagi? Apakah ia melakukan semua ini untuk membuatku merasa cemburu? Aku segera menyingkirkan pikiran terakhir yang hinggap di kepalaku, karena aku tahu itu tidak mungkin. Dia sudah berbahagia dengan pria lain, jadi dia tidak akan peduli apa yang terjadi pada diriku. Sesekali pria brengsek tersebut tampak menolehkan wajahnya ke arah Soo Ae dan tersenyum manis.

Dan ketika Soo Ae berdiri dari tempat duduknya, aku memukul meja perlahan dan berdiri.

"Ke mana kau akan pergi?" tanya Min Ah yang kaget dengan diriku yang tiba-tiba beranjak dari tempat dudukku.

Aku membuka mulut selama beberapa saat, ekor mataku memiliki gerakan Soo Ae dan menjawab, "Aku sudah kebelet sejak tadi dan ingin ke kamar belakang,"

Seolhyun tertawa kecil melihat ekspresi wajahku sementara Min Ah berusaha mencari tahu ke mana arah pandanganku pergi, tetapi Soo Ae sudah hilang dari balik pintu. Aku tidak benar-benar ingin pergi ke kamar belakang, sehingga aku menunggu di balik pintu wc pria, dan ketika Soo Ae berjalan keluar dari pintu wc wanita, aku berseru dengan suara agak keras agar bisa didengar oleh dirinya, "Jadi itu pria yang bisa menghidupi dirimu dan memberimu hidup enak?"

Soo Ae menghentikan langkahnya dan menatap ke arahku. Tatapan matanya menyembunyikan berbagai macam perasaan, mulai dari penyesalan, kebingungan, dan perasaan tersakiti. Kenapa dia harus memberiku tatapan seperti ini sekarang? Aku hanya mengatakan apa yang dia katakan kepadaku 5 tahun yang lalu tetapi kenapa ia harus menatap ke arahku seolah-olah aku telah mengatakan sesuatu yang saat keterlaluan kepada dirinya?

Karena tidak tahu harus berbuat apa, aku segera berbalik badan, hendak kembali ke ruang makan, ketika Soo Ae membuka suara. Jangan! Aku tidak ingin mendengar kata-kata itu sekarang! Aku masih harus membencinya selama beberapa saat, tapi kalau ia mengatakannya sekarang, ia tahu kalau pertahananku akan runtuh.

"Aku minta maaf, aku minta maaf atas apa yang kulakukan 5 tahun silam. Aku tahu aku tidak pantas mendapatkan pengampunan dari dirimu, tetapi aku tetap harus mengatakannya. Aku minta maaf,"

Kali ini, aku membalikkan tubuhku ke arahnya, ingin rasanya aku segera berlari untuk memeluk wanita di hadapanku tersebut. Ia tersenyum pahit ke arahku, "Pacarmu kelihatannya seorang yang sangat baik. Aku harap kau bisa menemukan kebahagiaanmu dengan dirinya,"

Aku menghentikan niatku untuk berlari ke arahnya. Aku lupa kalau dia juga sudah memiliki pria yang mencintai dirinya. Pria yang ia cintai sepenuh hati. Bagaimana perasaanku saat ini tidak penting lagi karena ia sudah menjadi milik orang lain. Aku hendak membuka mulut, menjelaskan kalau Seolhyun bukan teman wanitaku, tetapi memangnya apa yang berubah dengan menjelaskan hal tersebut kepada dirinya?

Aku ingin bertanya apa yang membuat dirinya tiba-tiba berubah pikiran dan meninggalkan diriku 5 tahun yang lalu, tapi apa yang akan berubah kalau aku tahu alasannya? Apa yang akan berubah kalau aku bisa memaafkannya sepenuh hati dan menerima dirinya sepenuhnya? Toh, sekarang dia sudah menjadi milik pria lain...

Satu-satunya cara untuk membuatnya tidak bisa membuang diriku dari dalam hatinya adalah dengan, "Setelah apa yang kau lakukan 5 tahun yang lalu, kau ingin meminta maaf begitu saja? Hmph, kalau kau memang ingin mendapatkan pengampunan dari diriku, kau bisa berusaha lebih baik dari ini," membalikkan tubuhku tanpa menoleh ke arahnya. Karena aku tahu hatiku akan melemah kalau melihat sinar matanya yang memancarkan rasa sakit karena kata-kata yang keluar dari mulutku.

***

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet