CHAPTER 7

CANDY JELLY LOVE

CHAPTER 7

 

“Jadi, kalau kita belajar bahasa Inggris, ada baiknya kalian memperbanyak kosakata kalian. Itu penting kelaknya ketika kalian mencari pekerjaan. Bahasa Inggris bisa menjadi nilai plus kalian.”

Suara mr. Choi terdengar jelas di telingaku. Aku mencoba berkonsentrasi penuh, namun aku sedari tadi menahan rasa ingin buang air kecil. Setelah merasa tidak tahan lagi, aku pun mengangkat tangan.

“Ada apa Young-Ri?” mr Choi bertanya.

“Pardon me sir, I have to go to toilet.” Aku memperlihatkan skill Bahasa Inggrisku.

“Sure, come back quickly as you can.”

“Yes sir!”

Aku keluar kelas dan sebenarnya aku ingin berlari namun aku takut akan mengganggu kelas lain jikalau aku berlari di lorong sekolah. Akhirnya aku berlari ketika aku dekat dengan toilet. Lega. Aku berhasil melakukan bisnisku tanpa mengalami gangguan.

“Ahh..” aku merasa lega. *laki –laki biasanya tahu perasaan ini.

Setelah mencuci tangan, aku keluar dan berpapasan dengan Kei. Dia akan menuju toilet.

“Tunggu. Bolehkah kita kenalan?” Aku memanggil Kei dari belakang.

Dia membalikkan badannya.

“Boleh.” Dia menjawab.

“Aku Kim Young-Ri, kelas B. Kamu?” aku berpura – pura tak tahu Kei.

“Aku Kei. Kelas C” Jawabnya singkat.

“Hai Kei. Jadi kau baru pindah ke sekolah ini dan...”

Kei memotong pembicaraanku.

“Young-Ri, maaf. Aku mau ke kamar kecil. Kau bisa mengobrol denganku kapan saja tapi tidak sekarang. Oke?” dia tersenyum.

“Maafkan aku.”

Mungkin aku terlalu excited sehingga tidak sadar bahwa dia harus ke kamar kecil.

Kei pun melenggang ke kamar kecil. Dia berhenti sejenak.

Dia kembali membalikkan badannya ke arahku.

“Darimana kau tahu bahwa aku murid pindahan?”

Aku diam. Membeku. Tak berani menjawab.

Kemudian dia kembali berjalan menuju kamar kecil. Dan menghilang.

Bodohnya aku. Aktingku pura – pura tak tahu menahu tentang dia pun kacau. Aku kembali ke kelas dan berkonsentrasi ke pelajaran. Well, aku sedang mencoba berkonsentrasi. Dan itu aku lakukan karena perasaanku sedang senang karena Kei sudah tahu namaku.

 

Bel sekolah berbunyi. Aku terburu – buru memasukkan buku – bukuku ke dalam tas. Aku ingin mencoba peruntungan. Aku ingin bertemu dengan Kei di jalan pulang dan mengobrol lagi dengannya. Aku melihat Jinyoung sedang mengobrol dengan Sujeong. Aku bisa meninggalkannya. Dia sedang asik. Maafkan aku Jinyoung. Aku mau menjalankan misi.

Aku berjalan sambil menoleh kesana kemari. Dengan satu target: Kim Kei. Aku tak menemukannya di lorong kelas. Aku pun berjalan melewati kelasnya. Tidak ada juga. Aku mempercepat langkahku menuju keluar. Aku hampir saja menabrak adik kelasku yang sedang berjalan.

“Spotted!”

Aku melihat Kei sedang di lapangan basket. Dia sedang mengobrol dengan seseorang lelaki. Niatku untuk mendekatinya pun aku urungkan; takutnya mengganggu mereka yang sedang mengobrol. Aku melangkah mundur perlahan dan ketika akan membalikkan badanku, ada seseorang menahanku.

“Siapa kau?” aku masih mencoba berbalik.

Tak ada jawaban. Aku memaksa berbalik dengan tenaga yang lebih kuat. Dan terdengar suara tawa.

“Haha..”

Dan ketika aku berhasil membalikkan badanku, aku melihat sosok Yein.

“Ah, kau ini.” Aku mencubit pipi Yein. (ya, seperti di drama – drama itu).

“Haha..” Dia masih tertawa.

Aku benci melihat tawanya yang membuat matanya hilang. “Sudah. Hentikan tawamu.”

“Maaf. Maaf. Lucu sih soalnya. Oh ya, kamu sedang apa di sini?”

“Aku sedang... sedang melihat orang main basket.” Aku menunjuk ke arah lapangan basket.

“Aku tidak percaya. Pasti bukan itu yang kau kerjakan.” Yein tidak percaya.

“Oh ya, kau mau kemana habis ini?”

“Tidak kemana – kemana. Kenapa?

“Ikut aku makan tteokbbokki. Mau?” Ajakku.

“Kau yang bayar. Oke?”

“Oke!”

 

“Aku bakal dimarahi kalau mamaku tau aku di sini?” Yein membuka obrolan.

“Kenapa memangnya? Kau tidak boleh jajan sehabis pulang sekolah?; Atau kau harus belajar lagi di rumah?” aku penasaran.

“Bukan.” Jawabnya sedih.

“Terus kenapa?” aku semakin penasaran karena Yein terlihat sedih.

“Karena.. karena aku menerima ajakan orang asing.”

Tawa Yein langsung pecah. 2 orang mahasiswi di samping kami langsung menoleh ke arah kami. Aku langsung meminta maaf karena malu. Yein masih tertawa.

“Sudah.. sudah.. kau membuat malu.” Aku mengguncang tubuh Yein.

“Haha.. oke oke.. aku berhenti.” Dia mengelap air mata di matanya.

Damn Yein! Aku kena trikmu.

“Aku sudah serius –serius. Ternyata kau mengerjaiku.”

“Habisnya. Mana mungkin aku tak boleh jajan sehabis sekolah. Kecuali aku tak punya uang jajan.”

Aku menjejalkan Tteokbokki ke mulutku secara paksa. Setelah berhasih menelannya, Jinyoung datang bersama Sujeong.

“Oh.. love birds. Kalian di sini rupanya. Sedang berkencan ya?” Jinyoung menyinggung kami.

“Enak saja, kami sedang diskusi.” Aku menjawab. “Hai Sujeong.” Aku memberikan salamku ke Sujeong.

“Hai Young Ri.” Jawab Sujeong.

“Ayo kalian berdua duduk. Sekarang aku yang bertanya. Kenapa kalian bisa berduaan ke sini?” Yein membalas Jinyoung.

“Anu.. Tadi aku menanyakan dimanakah Young Ri berada dan dia bilang kalian di sini.” Jinyoung mencoba menjelaskan.

“Lalu?” Yein mencoba menguak lebih dalam.

“Lalu aku bertemu Sujeong yang sedang terlihat bingung. Jadi aku ajak saja dia.”

“Benar itu Sujeong?” Yein mengarahkan pertanyaan ke pihak lainnya.

“Eh?” Sujeong kaget. Dia sedang melahap tteokbokkinya ketika Yein bertanya. “Iya, begitulah kira – kira.”

Aku tahu bahwa Sujeong tidak mau meladeni Yein dan Jinyoung. Aku memandang ke Yein dan Jinyoung, mereka masih saja berdebat. Akhirnya aku memotong perdebatan mereka.

“Sudah – sudah. Tidak ada habisnya kalian ini. Mau Jinyoung yang mengajak Sujeong atau Jinyoung suka dengan Sujeong itu tidak masalah. Masalahnya aku mau menikmati makananku dengan damai.”

Aku langsung melihat 3 pasang mata memandang ke arahku.

“Enak saja aku suka Sujeong.” Jinyoung berkilah.

“Aku juga tidak mau dengan Jinyoung. Enak saja.” Sujeong akhirnya angkat bicara.

“Ayolah kalian berdua. Akan lebih indah kalau kalian bisa bersama.” Yein ikut – ikutan.

“ENAK SAJA!” Jinyoung dan Sujeong berteriak secara bersamaan.

Dan aku menggaruk – garuk kepalaku. Apa yang ku katakan tadi salah. Aku malah membuat perdebatan makin menjdai – jadi. Dan sore itu pun dipenuhi dengan argumen – argumen yang tidak jelas.

 

Setelah Yein dan Sujeong tadi turun dari bis, sekarang tinggal aku dan Jinyoung. Dia sedang asik bermain Clash Of Clan. Aku terdiam melihat jalanan.

“Hey, kenapa kau tidak pacari saja Yein?”

Aku kaget. “Kenapa kau tiba – tiba bilang begitu?”

“Ya, kau dan dia sudah mengenal dia. Kan lebih baik pacaran dengan sahabat sendiri. Sudah saling mengerti.” Jinyoung berbicara tetapi matanya masih menuju ponselnya.

“Jadi, aku juga bisa memacarimu juga? Kan kita sahabat.”

“Enak saja. Aku tidak suka padamu; aduh.. aku salah memilih.” Dia menyalahkanku karena kalah dalam game-nya. “Gara – gara kau kan aku salah. Ya kalah deh.”

“Oh ya, kamu dulu pernah bilang kalau suka dengan seseorang, apakah dia itu Sujeong?”

“Oh itu, masih rahasia. Aku akan memberitahumu. Tenang saja.” Jinyoung menepuk bahuku.

“Baiklah.”

“Dan bagaimana kamu dengan murid baru itu. Kei?”

“Aku sudah berkenalan dengannya. Tapi belum ada momen untuk mengobrol lebih lama.”

“Oh begitu.. kalau aku sih lebih baik kau dengan Yein saja.” Jinyoung meletakkan ponselnya ke dalam kantong celana. Itu tandanya dia sudah selesai bermain.

“Aku belum yakin juga.”

Aku terdiam tak melanjutkan obrolan kami sampai kami mencapai tujuan kami.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet